.CO.ID.
Nilai tukar dolar AS menguat tajam pada perdagangan Jumat (14/6) pagi waktu Asia, seiring meningkatnya permintaan terhadap aset
safe haven
pasca serangan militer Israel terhadap Iran.
Yen Jepang dan franc Swiss juga turut menguat sebagai aset pelindung risiko.
Support kami, ada hadiah spesial untuk anda.
Klik di sini: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Dua pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa Israel telah mulai melancarkan serangan ke Iran, meski tanpa keterlibatan langsung Amerika Serikat (AS).
Laporan lain menyebutkan adanya ledakan di wilayah timur laut Teheran.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, menguat 0,4% ke level 98,07.
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Namun, terhadap yen, dolar justru melemah 0,35% ke posisi ¥143. Sementara terhadap franc Swiss, dolar turun 0,39% ke 0,807 per dolar, menggambarkan pergeseran tajam investor ke mata uang yang dianggap aman.
Sementara itu, mata uang berisiko seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru tertekan hingga 0,9%, seiring meningkatnya kekhawatiran atas eskalasi konflik di Timur Tengah.
Ketegangan Redam Euforia Pemangkasan Suku Bunga
Sebelumnya, dolar sempat tertekan ke posisi terendah dalam beberapa tahun akibat ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif, menyusul data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan.
Namun perkembangan geopolitik terbaru memicu pembalikan arah pasar, mendorong investor beralih ke aset yang lebih aman.
Harga minyak melonjak lebih dari US$4 per barel, sementara emas menguat 0,8% ke level tertinggi sejak awal Mei.
Dolar masih berada di jalur pelemahan mingguan terhadap yen, euro, dan franc Swiss, namun dinamika pasar diperkirakan akan terus dipengaruhi oleh perkembangan lanjutan dari ketegangan Israel-Iran.