Tisu Toilet yang Dapat Digunakan Kembali: Alternatif untuk Mengurangi Limbah
Dalam beberapa tahun terakhir, pandemi Covid-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan sehari-hari. Salah satu perubahan yang menarik perhatian adalah munculnya konsep tisu toilet yang dapat digunakan kembali. Konsep ini muncul ketika pasokan tisu toilet menjadi langka, sehingga orang-orang mencari solusi alternatif yang ramah lingkungan dan efisien.
Tisu toilet yang dapat digunakan kembali, atau sering disebut sebagai reusable toilet paper, berupa kain yang bisa dicuci dan dipakai kembali setelah digunakan. Praktik ini mirip dengan penggunaan popok kain, di mana kain-kain kecil digunakan sebagai pengganti tisu. Setelah digunakan, kain tersebut dikumpulkan dalam wadah khusus dan kemudian dicuci ulang untuk digunakan kembali.
Keamanan dan Risiko yang Perlu Dipertimbangkan
Meskipun konsep ini terlihat sederhana, keamanannya tetap menjadi pertanyaan utama. Menurut informasi dari berbagai sumber kesehatan, risiko utama tidak terletak pada penggunaan kain itu sendiri, melainkan pada proses pembersihan setelah digunakan. Jika tidak dilakukan dengan benar, kain yang kotor bisa menjadi tempat berkembang biak bakteri seperti E. coli yang berbahaya.
Selain itu, sanitasi menjadi tantangan besar dalam praktik ini. Untuk memastikan kain benar-benar bersih dan aman, diperlukan suhu air yang tinggi serta bahan pemutih. Tanpa proses ini, bakteri berisiko tetap hidup dan bisa menyebar ke cucian lain atau permukaan di rumah.
Dampak Lingkungan dari Tisu Toilet Sekali Pakai
Penggunaan tisu toilet sekali pakai memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Berdasarkan laporan dari Ethically Engineered, produksi tisu toilet membutuhkan sumber daya yang sangat besar. Setiap hari, sekitar 27.000 pohon ditebang untuk memenuhi kebutuhan global. Proses pembuatannya juga memerlukan sekitar 473 miliar galon air dan 253.000 ton klorin untuk proses pemutihan.
Selain itu, industri tisu toilet membutuhkan energi listrik sebesar 17,3 terawatt per tahun. Di Amerika Serikat saja, konsumsi tisu toilet mencapai 34 juta gulung per hari. Melihat fakta ini, reusable toilet paper muncul sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan.
Cara Membuat Reusable Toilet Paper Sendiri
Membuat reusable toilet paper ternyata cukup mudah dan bisa dilakukan dengan bahan yang sudah ada di rumah. Beberapa jenis kain seperti flanel bekas seprai, kaus lama, atau handuk lembut bisa diubah fungsi menjadi kain pengganti tisu.
Jika tidak ada bahan bekas yang cocok, alternatif lain adalah membeli kain baru di toko bahan atau secara daring. Setelah bahan tersedia, langkah selanjutnya adalah memotong kain menjadi lembaran persegi. Ukuran yang umum digunakan yaitu sekitar 10 x 20 sentimeter, yang merupakan ukuran yang sesuai dengan tisu basah bayi.
Setelah dipotong, kain-kain tersebut ditempatkan dalam wadah penyimpanan khusus. Dengan demikian, kain siap digunakan kembali setelah dicuci dan dibersihkan.
Kesimpulan
Meskipun reusable toilet paper menawarkan solusi untuk mengurangi limbah, penggunaannya tetap memerlukan pertimbangan yang matang. Proses pencucian yang tepat sangat penting untuk menjaga kebersihan dan mencegah penyebaran bakteri. Selain itu, meskipun konsep ini ramah lingkungan, penggunaannya juga membutuhkan energi dan air dalam jumlah tertentu.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan lingkungan, mungkin saja praktik ini akan semakin populer di masa depan. Namun, penting untuk memastikan bahwa cara penggunaan dan perawatan kain tetap dilakukan dengan benar agar tetap aman dan efektif.