Gubernur Jabar Mengungkap Penyebab Kemacetan Bandung dan Solusi yang Diterapkan
Kota Bandung kembali menjadi sorotan setelah dianggap sebagai kota dengan kemacetan terparah di Indonesia berdasarkan hasil survei TomTom Traffic Index 2024. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan respons terkait isu ini. Ia menilai bahwa kemacetan yang terjadi di Kota Bandung tidak terjadi sepanjang waktu, melainkan hanya terjadi pada akhir pekan.
Menurut Dedi, kemacetan tersebut terjadi karena jumlah wisatawan yang datang ke Bandung tidak bisa dibatasi. Kehadiran para pengunjung ini justru membawa dampak positif bagi sejumlah sektor ekonomi seperti pelaku usaha, perhotelan, hingga UMKM.
“Bandung itu kan macet utamanya di Sabtu dan Minggu karena orang Jakarta piknik ke Bandung dan itu membawa keberkahan bagi UMKM dan perhotelan,” ujar Dedi dalam pernyataannya.
Penyebab Utama Kemacetan di Bandung
Dedi menyebutkan bahwa salah satu penyebab utama kemacetan adalah tidak adanya peningkatan infrastruktur jalan. Jumlah dan luas jalanan di Bandung tetap sama sejak dulu, sementara jumlah kendaraan pribadi yang masuk ke kota semakin meningkat setiap tahunnya.
“Nah, problem Bandung itu kan cuma satu. Dari dahulu sampai sekarang jalannya tidak mengalami perubahan,” kata Dedi.
Selain itu, ia juga mengkritik keberadaan lampu lalu lintas (traffic light) yang justru membuat jalan semakin macet. Berdasarkan survei, rata-rata waktu tempuh perjalanan di Kota Bandung mencapai 15 menit untuk jarak 10 kilometer.
“Kita lagi membuat analisis tentang traffic light, karena traffic light itu justru bikin macet. Bisa enggak ke depan, traffic light itu membuat menjadi lancar,” tambahnya.
Dedi menjelaskan bahwa perhitungan penempatan traffic light di Bandung mungkin belum tepat. Oleh karena itu, pihaknya sedang melakukan analisis lebih lanjut agar penempatan lampu lalu lintas dapat lebih optimal.
Solusi dari Masalah Kemacetan
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Gubernur Jabar adalah pengembangan transportasi publik yang terintegrasi. Menurut Dedi, Jawa Barat terdiri dari berbagai kabupaten dan kota dengan keputusan masing-masing wilayah. Namun, kali ini semua bupati dan wali kota kompak dalam menghadapi masalah kemacetan.
“Baru kali ini, Bupati/Wali Kota kompak, terorkestrasi dan kami sudah punya rancangan. Sudah bicara dan berkirim surat ke Kemenhub, rincian biaya yang sudah disampaikan,” ujar Dedi.
Ia juga berharap usulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Bappenas untuk program transportasi publik bernilai investasi Rp 22 triliun dapat terealisasi. Meskipun usulan ini masih dalam tahap penghitungan oleh konsultan, Dedi mengatakan bahwa realisasi proyek ini akan sangat bergantung pada persetujuan pemerintah pusat.
“Ini baru usulan dan baru hasil penghitungan konsultan, realisasinya ya kita tunggu pemerintah pusat. Kalau menyangkut investasi dari luar itu kan harus izin dari Menteri Keuangan,” jelasnya.
Kesimpulan
Dengan berbagai langkah yang diambil, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa kemacetan di Bandung bukanlah masalah yang tidak bisa diatasi. Selain memperbaiki infrastruktur jalan dan sistem lampu lalu lintas, pengembangan transportasi publik yang terintegrasi menjadi prioritas utama. Dengan kolaborasi antar daerah dan dukungan pemerintah pusat, diharapkan kemacetan di Kota Bandung dapat berkurang secara signifikan.