.CO.ID – JAKARTA
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) tengah memikirkan untuk menaruh dananya di bursa saham sebagian dari rencana ker biodiversifikasi portofolio mereka. Satu pilihan yang dipertimbangkan ialah menjadi penyedia likuiditas (liquidity provider).
Chief Investment Officer
Pandantera Dari BPI Danantara, Pandu Sjahrir, menyatakan bahwa sumber pendanaan berasal dari dividen perusahaan milik negara (BUMN) yang bakal mereka terima di pertengahan April 2025. Uang ini saat ini tengah dipersiapkan untuk ditransfer ke berbagai instrumen perdagangan saham dan obligasi.
“Dividen akan mencapai kami akhir bulan ini. Kami sudah mempersiapkan alokasiannya,” kata Pandu saat berada di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).
Walaupun dikenal sebagai penyedia likuiditas, tugas Danantara tidak akan mengacu pada struktur resmi seperti yang ditentukan dalam POJK Nomor 18/2024 yang mensyaratkan persetujuan dari OJK.
Menurut Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, Danantara bisa turut serta secara aktif di pasar meskipun tidak perlu menjadi penyedia likuiditas resmi.
“tidak perlu izin resmi, asalkan aktif di pasaran. itu saja sudah cukup bagus,” terangnya. BEI mengatakan bahwa Danantara bisa memainkan peran sebanding dengan BPJS Ketenagakerjaan dan Taspen sebagai pemodal institusi dalam negeri.
Danantara direncanakan mendapatkan dividennya dari bank BUMN senilai Rp 59,11 triliun di bulan April 2025. Target perusahaan untuk pendapatan dividen adalah sekitar US$ 8 miliar setiap tahunnya.
Analis Ekonom dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan, mengatakan bahwa kedatangan Danantara dalam bursa efek bisa meningkatkan likuiditas serta membantu menjaga stabilitas harga, khususnya untuk saham-saham milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sering kali terdampak negatif oleh aliran modal asing yang keluar.
Meskipun demikian, dia menegaskan pentingnya pasar tidak sepenuhnya bergantung pada Danantara, khususnya di sektor perbankan. Pada saat ini, pemulihan indeks BUMN 20 mayoritas didukung oleh beberapa bank besar.
VP Marketing, Strategi dan Perencanaan dari Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengatakan bahwa peran Danantara memiliki potensi untuk membantu dalam menghadapi tekanan aliran dana asing yang kuat.
Akan tetapi, kekuasaan yang terlalu besar dapat mengakibatkan penyimpangan harga serta risiko jebakan likuiditas, yaitu saat volumen transaksi tidak mewakili realita dari likuiditas di pasaran.
Pada saat yang sama, pasar terus menanti penerapan nyata dari fungsi Danantara. Menurut Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, kedatangan Danantara diharapkan akan mendorong minat para investor asing.
Saham-saham milik Badan Usaha Milik Negara semacam TLKM serta ANTM telah menunjukkan peningkatan, diperkuat oleh aktivitas perdagangan.
buyback
.
Meskipun demikian, menurut Indy, ancaman pelebaran perang perdagangan tetap harus diantisipasi karena bisa berdampak pada performa perusahaan milik negara. Dia menganggap bahwa saham ANTM, BBRI, BMRI, BJBR, serta BBNI masih memiliki prospek yang baik dalam hal penilaian, sedangkan PGAS unggul terkait dengan tingkat pembayaran dividen.
Audi mengusulkan untuk membeli saham BMRI dengan tujuan harga mencapai Rp 5.450, BRIS sebesar Rp 3.190, serta TLKM senilai Rp 3.300. Sedangkan untuk ANTM dan PGAS, dia memberikan saran melakukan transaksi pembelian dengan ambisi target masing-masing menjadi Rp 2.300 dan Rp 1.820 per lembar saham.