Presiden AS Donald Trump telah merilis informasi detail tentang penerapan bea masukan tambahan bagi beberapa negara global. Tindakan ini dipandang bisa membawa dampak buruk pada industri dalam negeri, tetapi bagaimana situasinya di sektor otomotif?
Menurut pengamat otomotif serta akademisi dari ITB, Yannes Martinus Pasaribu, kebijakan tersebut pastinya memiliki potensi untuk memperlambat ekspor barang-barang otomotif produksi lokal menuju negara superpower itu.
“Bagi Indonesia, hal ini dapat membatasi eksport karena secara tidak langsung membuat harga produk yang perlu dibeli oleh warga Amerika Serikat meningkat paling sedikit 32% daripada sebelumnya,” jelas Yannes kepada , pada hari Sabtu (5/4).
Bila dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, tingkat tarif impor ke Amerika Serikat untuk produk Indonesia yaitu 32% masih di bawah Thailand yang mencapai 37%, serta Vietnam yang menghadapi tarif hingga 46%.
“Tidak berarti aman bagi mereka hanya karena masih dapat bersaing melalui peningkatan efisiensi serta menyederhanakan proses birokrasi dalam eksportasinya ke Amerika Serikat. Mereka bahkan mampu mengambil alih pangsa pasar apabila Indonesia tidak melakukan tindakan apa pun,” tambah Yannes.
Walaupun berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, belum ada produk ekspor otomotif yang secara langsung di Kirim ke Amerika Serikat. Akan tetapi, keputusan ini tidak serta-merta menghilangkan potensi bagi Indonesia untuk memasuki pasar tersebut apabila pada akhirnya berniat melakukan ekspansi ke Negara Paman Sam tersebut.
Indonesia merupakan salah satu pengekspor kendaraan bermotor lengkap atau CBU serta suku cadangnya ke berbagai negara di wilayah Amerika, khususnya Amerika Tengah dan Amerika Selatan seperti Meksiko, Uruguay, Panama, Chili, dan lain-lain.
“Indonesia perlu sangat berhati-hati dan pemerintah harus cepat mengurangi risiko melalui keragaman pasar ekspor. Tidak hanya ke Amerika Serikat saja, tapi juga ke pasaran internasional lainnya, terutama negara-negara BRICS dimana Indonesia telah menjadi bagian dari kelompok tersebut,” ungkap Yannes.
Meskipun pengaruh langsung pada sektor otomotif dalam negeri belum nampak, Yannes menyarankan bahwa negara harus cepat memperbaiki efisiensi regulasi dan dukungan birokratis, serta beragam keringanan untuk eksport harus ditingkatkan lebih lanjut; mungkin saja perlu pemberian insentif bagi eksport.
Di sisi lain, kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan bea masuk baru dipandang menyebabkan dampak negatif pada sektor industri, terutama bagi perusahaan berbasis tenaga kerja dalam negeri.
Di luar sektor bisnis berbasis tenaga kerja intensif, termasuk mereka yang menghasilkan pakaian dan aksesoris baik itu rajutan ataupun non-rajutan, serta grup furniture, perabotan rumah tangga, barang-barang ini dianggap memiliki dampak signifikan: produk-produk hasil pengolahan daging, ikan, crustaceans (termasuk jenis-jenis seperti udang), dan moluska atau makhluk dengan tubuh lentur seperti siput dan cumi-cumi.
“Risiko besar muncul akibat kebijakan tariff AS ini terhadap Indonesia, mengingat hal tersebut berdampak pada sektor industri padat tenaga kerja,” ungkap Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, Christiantoko, dalam pernyataan tertulisnya hari Jumat (4/4).
Christianto menjelaskan alasannya dengan melihat bagaimana beberapa sektor ini sangat dipengaruhi. Dalam rentang waktu antara 2020 hingga 2024, Amerika Serikat membeli lebih dari setengah dari total ekspor ketiga komoditas tersebut dari Indonesia di pasaran global. Sebagai contoh untuk kategori pakaian dan aksesori rajut, pangsa pasar AS mencakup 60,5% atau bernilai $12,2 miliar dalam kurun waktu kelima tahun itu.
***
New Energy Vehicle Summit 2025 akan diselenggarakan pada hari Selasa, tanggal 6 Mei 2025, di lokasi MGP Space yang terletak di Taman SCBD.
Dengan tema “Kolaborasi Menuju Industri Otomotif yang Berkesinambungan,” pertemuan dialog ini menyatukan berbagai pihak terkait seperti tokoh industri, pakar, dan utusan dari pemerintahan guna membahas dan menuangkan ide-ide tentang arah masa depan sektor otomotif yang lestari.
Nantikan infonya di !