Menteri UMKM Maman Abdurrahman menyebut bahwa Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sedang merancang peraturan baru guna meningkatkan pelindungan terhadap pasar dalam negeri. Ia menambahkan bahwa kebijakan ini nantinya akan dimasukkan sebagai salah satu aspek pembicaraan tentang kenaikan tariff yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia bersama dengan AS.
Maman mementahkan bahwa peraturan itu bakal jadi bagian dari pelaksanaan strategi pemerintah dalam bernegosiasi, yaitu diversifikasi pasaran. Ia menyatakan sudah mendesak agar implementasi strategi diversifikasi pasar ekspor sebaiknya disertai oleh peningkatan perlindungan terhadap pasar domestik.
“Peraturan ini sedang kita susun bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Airlangga Hartarto) serta Menteri Keuangan (Sri Mulyani). Peraturan tersebut nantinya akan menjadi bagian dari satu kesatuan dengan pelaksanaan hasil perundingan dengan pemerintah Amerika Serikat,” ujar Maman di ruang kerjanya pada hari Selasa, 6 Mei.
Namun, Maman belum menyadari bahwa kebijakan terbaru itu adalah hasil revisi dari Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 mengenai Kebijakan dan Pengaturan Impor. Baginya, memperkuat pangsa pasar dalam negeri menjadi langkah antisipasi pemerintah karena dampak dari tarif yang diberlakukan oleh Trump.
- Nike, Adidas, Serta Skechers Minta Trump Batalkan Pajak Impor
- Tarif Dagang yang Dicanangkan Trump Memicu Kenaikan Impor, Defisit Perdagangan Barang AS Mengalami Puncak Sejarah
- Impor Bagian dari Cina, Industri Tenaga Surya di Indonesia Disebut Aman dari Pengaruh Tarif Trump
Kementerian Perindustrian mengklaim bahwa Tarif Trump dapat mendorong barang-barang dari Cina yang tadinya tidak diterima di pasaran AS untuk berpindah ke dalam negeri. Ini bisa terjadi karena kenaikan tariff pada produk domestik yang diekspor ke Negeri Hollywood hanya sebesar 32% sebagai dampak dari Tarif Trump.
Ia berusaha mendesak pihak pemerintah untuk memperkuat dukungan terhadap proteksi pasar domestik sebagai bagian dari strategi diversifikasi pasarnya.
Di luar menjaga pasar dalam negeri, pihak berwenang juga sedang menerapkan sejumlah taktik untuk memastikan bahwa efek dari aturan tariff yang dikeluarkan Trump tidak memberi pengaruh signifikan pada ekonomi Indonesia. Lalu, seperti apakah dampaknya bagi negara kita?
1. Gerai Retail di RI Jatuh
Asosiasi Pengusaha Mal dan Gerai Ritel Indonesia (Hippindo) menyatakan bahwa tingginya biaya operasional serta perseteruan perdagangan antara AS dan China merupakan faktor utama penutupan sejumlah gerai ritel di Tanah Air. Di samping itu, ada pula beberapa bisnis ritel yang kesulitan untuk berkompetisi melawan kompetitor besar yang telah memiliki jaringan luas.
“Biaya operasionalnya mungkin cukup tinggi. Sebagai contoh, jika hanya memiliki 10 unit produk di toko, akan sulit untuk berkompetisi dengan toko yang menyediakan jumlah barang lebih banyak,” ungkap Budihardjo saat ditemui di Gedung Smesco, Jakarta, pada hari Selasa, tanggal 6 Mei.
Menurutnya, pola penutupan toko-toko ini merupakan dampak dari perseteruan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina yang telah menyebabkan gulung tikar sejumlah bisnis ritel, baik lokal maupun global. Oleh karena itu, ia menyarankan kepada pihak berwenang untuk menciptakan kebijakan yang mendukung kelancaran proses usaha sehingga industri ritel dapat dengan bebas merambah pasar baru.
“Perang dagang menjadi penyebab hal ini, ekonomi global sedang mengalami kemunduran yang signifikan. Kami hanya menyarankan agar pemerintah membuat proses pembukaan usaha lebih sederhana, mengurangi tarif pajak, dan memberikan bantuan keuangan secara langsung kepada masyarakat, langkah-langkah tersebut diyakininya dapat membantu,” terangnya.
Walaupun begitu, Budihardjo mengantisipasi bahwa sektor ritel di negeri ini masih akan menunjukkan performa positif meskipun banyak gerai ritel tutup. Hal itu karena Indonesia memiliki jumlah penduduk hingga 270 juta orang.
2. PMI Manufaktur Anjlok
Kementerian Perindustrian mengungkapkan penurunan Purchasing Manager’s Index atau PMI sektor manufaktur di bulan April tahun 2025 dipicu oleh keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk meningkatkan bea masuk atas produk-produk impor. Hal tersebut memiliki dampak signifikan terhadap performa perdagangan luar negeri Indonesia baik dalam hal ekspor maupun impornya.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arief menyebut penurunan Produksi Manufaktur Industri (PMI) mencerminkan berkurangnya keyakinan para pemain sektor industri akibat ketidakjelasan situasi. Oleh karena itu, ia percaya penting adanya jaminan hukum lewat regulasi yang dapat mendorong pelaku industri untuk tidak lagi terus-menerus bersikap pasif dengan hanya menonton perkembangan saat ini.
“Kebijakan-kebijakan strategis dari pemerintah yang mendukung proteksi terhadap industri lokal agar mampu bersaing di pasaran dalam negeri ini sedang mereka nantikan,” jelas Febri melalui pernyataan resmi, pada hari Jumat (2/5).
Para pemain industri saat ini mengawasi hasil dari pemerintahan Indonesia dan Amerika Serikat. Kebijakan yang mereka harapkan meliputi proteksi terhadap pasar domestik. Ini karena sekitar 80% produk-produk sektor manufaktur ditujukan untuk memenuhi permintaan dalam negeri, termasuk pembelanjaan oleh pemerintah, bisnis swasta, serta konsumsi rumah tangga.
“Tekanan psikologis sedang dialami oleh para pengusaha dalam menavigasi perang tarif global serta gelombang barang impor yang membanjiri pasaran lokal mereka,” katanya.
Lembaga peringkat global S&P menyatakan bahwa industri produksi di Indonesia mengalami penurunan pada bulan April, kali pertamanya sepanjang tahun ini. Indeks Pengelola Pembelian Manufaktur (PMI) untuk bulan itu adalah 46,7, turun sebanyak 5,7 poin dibandingkan dengan periode sebelumnya. Angka tersebut menunjukkan nilai terrendah semenjak akhir wabah penyakit virus corona.
Angka Indeks Produksi Manufaktur di bawah angka 50 menandakan adanya penurunan, sementara jika berada di atas 50 maka mencerminkan pertumbuhan. Menurut laporan dari S&P Global, penyusutan yang dialami pada bulan April merupakan yang paling parah sepanjang masa pandemi Covid-19 dan sejak Agustus 2021.
3. Harga Nikel Turun
Kementerian ESDM mengantisipasi bahwa harga nikel internasional akan turun. Penyebabnya adalah perlambatan ekonomi global, khususnya di Cina yang menjadi dampak dari perselisihan perdagangan.
“Mungkin dikarenakan pangsa pasarnya untukصند
stainless steel
Atau untuk nikelnya biasanya diekspor ke Cina. Mengingat kondisi industri saat ini yang sedikit merosot, hal ini mungkin menjadi penyebab penurunan harga nikel tersebut,” kata Direktur Jenderal Minerba dari Kementerian ESDM Tri Winarno pada RDP dengan Komisi XII DPR RI di Jakarta seperti dilaporkan Antara, Selasa (6/5).
Tri mengatakan bahwa hampir 65% pasokan nikel global berasal dari Indonesia, dan dari total nikel yang diekspor oleh Indonesia, sekitar 65% digunakan untuk membuat ‘stainless steel’. Namun, Tri masih belum bisa memastikan apakah penurunan pada industri ini benar-benar menjadi alasan utama untuk pengurangan harga nikel di pasar internasional.
Sebenarnya, ini mungkin dan masuk akal. Namun, saya masih belum yakin,” ujar Tri. Di samping perlambatan sektor industri, Tri juga menduga bahwa pengurangan harga patokan nikel terpengaruh oleh surplus suplai serta perang perdagangan.
4. PHK Massal
Serikat Buruh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mengestimasikan bahwa lebih dari 50.000 pekerja dapat mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di awal tahun ini. Hal itu disebabkan oleh dampak penerapan kenaikan tariff impor yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump sebesar 32% kepada Indonesia.
Presiden KSPI Said Iqbal menggarisbawahi bahwa PHK tersebut pada dasarnya akan berdampak di empat industri pengolahan yaitu tekstil, alas kaki, peralatan listrik, serta komponen kendaraan bermotor. Dia menjelaskan bahwa alih lokasi pabrik ke negeri-negeri dengan bea masuk lebih ringan menjadi penyebab dari PHK dalam bidang-bidang ini.
“Terjadinya efisiensi tenaga kerja mungkin saja mengakibatkan tutupnya beberapa pabrik. Buruh dari sejumlah perusahaan di bidang ini telah dilibatkan dalam diskusi,” ujar Said saat Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Ketahanan Ekonomi Nasional di Jakarta, Selasa (8/4).
Perlu diingat bahwa aturan tariff balasan ini menyebabkan semua produk impor yang menuju ke Amerika Serikat terkena beban tambahan. Meskipun demikian, menurut data Departemen Keuangan, beberapa negara menerima tingkat tarif yang lebih ringan dibandingkan dengan Indonesia; misalnya Filipina berada pada angka 17%, Korea Selatan pada kisaran 25%, serta India memiliki tarif sekitar 26%.
Said menyebutkan bahwa beberapa produsen yang berniat untuk menggelontorkan pemutusan hubungan kerja (PHK) memiliki pabrik di negeri-negeri yang menawarkan tarif perjanjian saling kembali lebih ringan dibandingkan Indonesia. Keadaan ini semakin memburuk karena semua kuota ekspor mereka hanya difokuskan pada Amerika Serikat, mirip dengan apa yang telah dipraktikkan oleh pabrik-pabrik terafiliasi dengan PT Toshiba Asia Pacific Indonesia dan PT Panasonic Gobel Indonesia.
5. Banjir Barang Impor
Para pebisnis cemas bahwa Indonesia mungkin akan dipenuhi dengan produk impor dari China akibat peningkatan tariff impor oleh Amerika Serikat. Mereka prihatin bahwa China bisa memindahkan ekspornya ke negara-negara seperi Indonesia.
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia dan juga Chairman ALFI Institute, Yukki Nugrahawan Hanafi mengomentari bahwa walaupun terdapat surplus perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat, pengaruh langsung dari implementasi kebijakan tariff yang baru ini belum begitu besar.
Meskipun demikian, dia mengingatkan pemerintah dan sektor bisnis untuk waspada terhadap efek berkelanjutan dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat, termasuk potensi penambahan tariff lebih lanjut.
“Oleh karena itu, hal ini bisa mengakibatkan gelombang impor barang-barang dari Cina dengan harga yang sangat bersaing memasuki Indonesia,” ujar Yukki saat diwawancarai.
.co.id
, Kamis (3/4).
Mari kita lihat bahwa efek dari kebijakan tariff yang tinggi Amerika Serikat kepada negara-negara ASEAN, lebih-lebih lagi Vietnam, sebenarnya dapat memberikan manfaat untuk Indonesia.