, Jakarta-– Dalam ritme kehidupan yang semakin cepat dan tekanan sosial yang terus meningkat, masalah kesehatan mental menjadi topik yang semakin penting untuk dibahas. Salah satu isu kesehatan mental yang sering dibicarakan sepertianxietydan kesedihan. Keduanya sering dikira sebagai kondisi yang sama dalam masalah kesehatan yang berbeda. Padahal,anxietydan gangguan depresi memiliki ciri-ciri, gejala, serta dampak yang berbeda.
Apa itu Anxiety dan Depresi?
Dikutip dari Healthline, anxietyatau kecemasan merupakan perasaan takut, cemas, dan khawatir yang muncul secara berkala. Banyak orang pernah mengalami rasa takut, gelisah, dan cemas, khususnya ketika menghadapi tantangan dalam hidup. Contohnya, seseorang bisa merasa cemas sebelum menghadapi momen penting, saat mengambil keputusan besar, atau mencoba sesuatu yang baru.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Namun, jika rasa cemas tersebut terus-menerus muncul dan sangat kuat hampir setiap hari selama beberapa bulan, kemungkinan besar Anda mengalami gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder/GAD) atau jenis gangguan kecemasan lainnya. Kondisi ini berbeda dari rasa cemas yang timbul akibat situasi tak terduga atau tantangan sementara.
Banyak orang yang mengalami gangguan kecemasan sering merasa takut terhadap hal-hal biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesehatan, prestasi di sekolah atau tempat kerja, serta interaksi sosial. Kecemasan yang terus-menerus dapat memicu pikiran negatif yang sulit dihilangkan dan mulai memengaruhi kegiatan sehari-hari.
Tanda-tanda utama gangguan kecemasan antara lain:
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
– Kesulitan mengatasi perasaan takut dan cemas – Kesusahan dalam mengendalikan rasa takut dan gelisah – Keterbatasan kemampuan untuk mengurangi rasa takut dan kecemasan – Kesulitan mengelola perasaan takut dan gelisah – Kesusahan dalam mengontrol ketakutan dan kecemasan
– Cepat tersinggung, gelisah secara fisik, atau merasa kaku
– Perasaan cemas yang berlebihan diikuti oleh rasa takut akan terjadinya hal buruk – Kecemasan berlebihan yang disertai dengan perasaan bahwa sesuatu yang tidak baik akan terjadi – Rasa khawatir yang berlebihan yang disertai dengan keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi – Keadaan cemas yang berlebihan yang diiringi oleh perasaan akan adanya hal negatif yang akan terjadi – Kecemasan yang berlebihan dan disertai dengan rasa takut akan terjadinya sesuatu yang buruk
– Gangguan tidur
– Kelelahan yang terus-menerus
– Kesulitan dalam berfokus atau perasaan kacau (kabut otak)
– Gejala tubuh seperti sakit kepala, ketegangan otot, muntah, hingga buang air besar secara berulang – Tanda-tanda fisik seperti nyeri kepala, ketegangan otot, mual, sampai diare – Keluhan jasmani seperti sakit kepala, kaku otot, muntah, hingga gangguan pencernaan – Tanda-tanda tubuh yang muncul seperti sakit kepala, ketegangan otot, mual, dan diare
Sementara itu, dinukil dari ayosehat.kemkes.go.id, gangguan kesehatan jiwa yang menyebabkan seseorang merasa sedih secara terus-menerus dan kehilangan ketertarikan pada kegiatan sehari-hari yang biasanya dilakukan. Kondisi ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Sayangnya, gangguan depresi sering kali tidak dianggap serius karena dianggap sebagai rasa stres yang biasa. Padahal, mengenali tanda-tanda depresi sedini mungkin sangat penting agar penderita dapat mendapatkan perawatan dan dukungan yang sesuai.
Beberapa tanda-tanda depresi yang perlu diperhatikan antara lain rasa sedih dan murung, kehilangan motivasi serta tenaga, menurunnya selera makan, gangguan tidur seperti kesulitan tidur atau tidur terlalu lama, serta perasaan pesimis dan merasa tidak berharga. Selain itu, penderita sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan membuat keputusan, merasa cemas dan tidak tenang, hingga muncul perasaan bersalah dan putus asa. Dalam kasus yang parah, pikiran untuk melukai diri sendiri atau mengakhiri hidup bisa muncul. Depresi juga dapat menyebabkan keluhan fisik, seperti nyeri punggung dan sakit kepala yang tidak diketahui penyebabnya.
Banyak hal dapat memicu munculnya gejala depresi, contohnya mengalami kejadian traumatis seperti kematian seseorang yang dicintai, penganiayaan, kebangkrutan, atau kehilangan pekerjaan. Riwayat gangguan jiwa di keluarga, penggunaan alkohol atau narkoba secara berlebihan, serta kondisi medis jangka panjang yang sulit disembuhkan, seperti kanker, HIV/AIDS, penyakit jantung, atau cacat fisik juga bisa menjadi pemicu. Selain itu, sifat kepribadian yang cenderung lemah, tidak mandiri, dan terlalu ketat dalam menilai diri sendiri juga turut berkontribusi pada risiko depresi.
Gejala yang Tumpang Tindih
Ditulis di Healthline, meskipun tidak semua individu yang mengalami depresi, kecemasan, atau keduanya menunjukkan gejala yang sama, kedua kondisi ini sering kali memiliki gejala yang mirip. Beberapa tanda umum yang muncul pada salah satu atau kedua gangguan tersebut meliputi perubahan pola tidur, perubahan tingkat energi, mudah marah, kesulitan dalam berfokus dan mengingat, serta gangguan pencernaan atau keluhan nyeri tanpa alasan medis yang jelas.
Selain itu, keduanya sering kali ditandai oleh kondisi yang dikenal sebagai ruminasi. Secara sederhana, ruminasi merupakan situasi di mana pikiran negatif seperti kesedihan, kecemasan, atau perasaan putus asa terus-menerus muncul dalam pikiran seseorang. Meskipun tidak diinginkan, pikiran-pikiran tersebut sulit untuk dihindari.
Pada penderita gangguan kecemasan, pikiran mereka sering kali terjebak dalam siklus kekhawatiran yang berulang, khususnya dalam memprediksi skenario terburuk dari suatu situasi. Mereka kesulitan untuk menghentikan perasaan cemas meskipun menyadari bahwa beberapa hal tidak dapat mereka kendalikan.
Sementara itu, pada individu yang mengalami depresi, ruminasi sering muncul dalam bentuk perasaan bersalah yang terus-menerus akibat kurangnya energi untuk berinteraksi sosial atau melakukan aktivitas yang disukai. Mereka juga sering mengulang peristiwa masa lalu, menyalahkan diri sendiri atas situasi yang sebenarnya tidak dapat mereka kendalikan, termasuk perasaan depresi itu sendiri. Memahami pola pikir dan gejala semacam ini sangat penting agar kita dapat mengidentifikasi dan membedakan antaraanxietyserta gangguan depresi, sehingga tindakan yang sesuai dapat segera dilakukan.
https://www.healthline.com/health/mental-health/depression-and-anxiety#signs-and-symptoms