– Siti Hardijanti Hastuti Rukmana yang lebih dikenal dengan panggilan Tutut Soeharto bukan hanya tokoh yang terkenal dalam dunia bisnis serta berbagai kegiatan sosialnya. Putri pertama mantan Presiden Soeharto ini juga memiliki rasa peduli yang besar terhadap seni dan budaya.
Hal tersebut terungkap dalam buku “Selangkah di Belakang Mbak Tutut”. Buku yang mengumpulkan berbagai kegiatan perempuan yang lahir di Jakarta, 23 Januari 1949, termasuk menunjukkan perhatian Mbak Tutut terhadap seni dan budaya.
Donna Sita Indria, penulis buku “Selangkah di Belakang Mbak Tutut”, menyatakan bahwa Tutut bukan hanya seorang pencinta budaya. Lebih dari itu, dia juga aktif berkontribusi dalam memperkenalkan warisan budaya Nusantara ke panggung internasional.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Salah satu momen yang tak terlupakan adalah saat Mbak Tutut membawa hasil karya kerajinan tangan suku Asmat dari Papua ke Amerika Serikat. Karya seni tersebut berhasil memukau masyarakat di Negeri Paman Sam hingga karyanya dipamerkan di gedung kota New York.
“Saya pernah pergi ke Papua, dulu masih dikenal sebagai Irian Jaya. Mbak Tutut sangat antusias dalam mempromosikan kerajinan Asmat yang asli, lalu memperkenalkannya ke dunia internasional. Hal ini menunjukkan perhatiannya terhadap budaya bangsa,” ujar Donna di kawasan Jakarta Selatan.
Koordinator konser musik Arastio Gutomo yang pernah bekerja sama dengan Mbak Tutut menyampaikan bahwa putri almarhum mantan Presiden Soeharto memiliki rasa cinta yang besar terhadap dunia musik.
Hal tersebut dibuktikan olehnya yang tidak hanya mampu menyanyi, tetapi juga merilis tiga album berisi lagu-lagu ciptaannya sendiri. Mbak Tutut juga mahir dalam memainkan berbagai alat musik.
“Ibu benar-benar memiliki jiwa seni. Ia mampu melukis, menari, serta memainkan alat musik seperti gitar dan piano. Saat berlatih musik, tiba-tiba ia menciptakan lagu. Hal itu luar biasa,” ujar Gutomo dengan penuh kekaguman.
Rinto Harahap hingga Piyu Padi pernah terlihat dalam proses pembuatan album musik Mbak Tutut. Yang menarik menurut Gutomo, Mbak Tutut selalu merasa belum sempurna terhadap karya-karyanya.
“Beliau selalu bertanya kepada musisi atau anggota band, apakah ini sudah enak? Tekniknya sudah sesuai dengan beliau,” katanya.
Ia menambahkan, Mbak Tutut merupakan salah satu yang menggagas hadirnya ajang pencarian bakat menyanyi dangdut KDI sebagai bukti rasa cintanya terhadap dunia musik.
Buku Selangkah di Belakang Mbak Tutut juga memperlihatkan sifatnya yang memiliki bakat luar biasa dalam berbagai bidang. Mulai dari dunia bisnis, kegiatan sosial, seni-budaya, dan sebagainya.
Buku tersebut juga mengungkap kisah di balik layar berbagai peran strategis Mbak Tutut. Seperti keberhasilannya memimpin pembangunan jalan tol pertama di Indonesia menggunakan teknologi Sosrobahu, serta memenangkan lelang internasional saat membangun Metro Manila Skyway di Filipina atas permintaan Presiden Fidel Ramos dan membangun jalan tol Ayer Hitam – Yong Peng Timur di Malaysia.
Selain itu, Ibu Tutut juga terkenal sebagai aktivis sosial yang langsung turun ke lokasi bencana, hingga menginspirasi berdirinya Persatuan Donor Darah Indonesia dan Palang Merah Indonesia.
“Buku ini bukan hanya sekadar catatan sejarah, melainkan ajakan untuk kembali menghargai kejujuran dalam bekerja, kesetiaan dalam keluarga, serta keberanian dalam berkontribusi. Dari keluarga hingga bangsa, dari bisnis hingga sosial, itulah warisan yang disampaikan Mbak Tutut,” ujar Tria S.P. Ismail Saleh selaku penanggung jawab buku.