,
Jakarta
– Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (
BPOM
) Taruna Ikrar mengatakan lembaganya bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan program
makan bergizi gratis
. Pengawasan ini bertujuan mencegah terjadinya keracunan massal.
“Ada 13 item tanggung jawab kami yang berhubungan dengan makan bergizi gratis. Itu perintah langsung dari Pak Presiden
Prabowo
Subianto. Salah satunya adalah pengawasan supaya tidak terjadi kejadian luar biasa,” ujar Taruna Ikrar di
Puskesmas
Cakung, Jakarta Timur, Jumat, 2 Mei 2025.
Tapi di beberapa tempat, Taruna Ikrar mengakui insiden keracunan masih terjadi. Karena itu, ia meminta puskesmas di daerah-daerah terkait untuk turut memitigasi pelaksanaan program ini. Ia juga meminta mereka berkoordinasi dengan balai besar untuk meningkatkan pengawasan.
Sebetulnya, Taruna Ikrar mengklaim, BPOM telah berpengalaman memitigasi dan menyelesaikan permasalahan kejadian luar biasa yang berhubungan dengan makanan atau
food safety
“Kami memiliki keahlian yang cukup dalam bidang sistem pangan, namun terdapat batasan pada sumber daya kami. Saya percaya bahwa dengan kolaborasi, kita dapat meningkatkannya,” ungkap dokter spesialis jantung tersebut.
Insiden diduga penyalahgunaan makanan dalam skema program makan bergizi gratis menjadi sorotan di beberapa kawasan. Paling tidak ada empat tempat yang sudah mengabarkan kasus semacam itu sejak peluncuran program pada awal tahun 2025.
Insiden terakhir tercatat di kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, khususnya di SDN 33 Kasipute pada hari Rabu, 23 April 2025. Sejumlah belasan siswa mengalami mual dan muntah sesaat setelah mencium bau tidak sedap dari kotak MBG yang memuat nasi.
chicken karaage
, tahu goreng, serta sup sayuran. Ketua Sekolah Lokal, Santi Jamal, menunjukkan bahwa bau tidak enak itu datang dari ayam kripsy yang telah basi. Polisi memverifikasi bahwa terdapat 53 dari total 1.026 kotak makanan yang ternyata sudah kurang segar.
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana menyebutkan bahwa mereka akan menerapkan
standard operating procedure
Untuk mencegah insiden keracunan makanan berulang kali terjadi, misalnya dengan mengembalikan sisanya kepada SPPG atau Unit Layanan Penyedia Makanan agar lebih mudah dilakukan pemeriksaan laboratorium. “Sebab pengujian lab perlu membandingkan contoh dari masakan yang tersimpan di dapur bersama-sama dengan yang telah dikirim ke sekolah,” jelas Dadan ketika bertemu dengan kami di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta pada hari Kamis tanggal 24 April tahun 2025.