news  

BKKBN: Ekonomi Jadi Penghalang Keluarga Kota Ingin Punya Banyak Anak

BKKBN: Ekonomi Jadi Penghalang Keluarga Kota Ingin Punya Banyak Anak

Ancaman Penurunan Produktivitas Nasional dari Perubahan Struktur Demografi

Perubahan struktur demografi Indonesia menjadi salah satu ancaman terhadap penurunan produktivitas nasional. Tidak hanya berasal dari sektor ekonomi dan industri, perubahan ini juga memengaruhi keberlanjutan populasi yang menjadi fondasi utama pembangunan negara.

Berdasarkan data yang tersedia, laju pertumbuhan penduduk Indonesia menunjukkan penurunan bertahap. Pada 2015, angka pertumbuhan penduduk mencapai 1,38%, namun angka tersebut terus menurun setiap tahunnya hingga mencapai 1,09% pada 2025. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun tersebut mencapai 284,44 juta jiwa.

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendukbangga) atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Bonivasius Prasetya Ichtiarto menjelaskan bahwa tekanan ekonomi menjadi faktor utama yang menghambat keinginan masyarakat untuk memiliki anak lebih banyak. Ia menyampaikan hal ini dalam acara Peluncuran Desain Besar Pembangunan Kependudukan 2025-2045.

BKKBN baru-baru ini meluncurkan Laporan Kependudukan Dunia bersama United Nations Population Fund (UNFPA) untuk mengetahui permasalahan populasi di Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa meskipun penurunan populasi belum terlihat secara signifikan, ada keinginan masyarakat untuk memiliki anak lebih banyak. Namun, keinginan tersebut tidak tercapai karena adanya tekanan ekonomi.

Secara nasional, angka Total Fertility Rate (TFR) Indonesia masih berada pada kisaran ideal, yaitu 2,1. Namun, Bonivasius mengingatkan adanya gejala penurunan TFR di kota-kota besar yang telah berada di bawah angka 2. Sementara itu, di daerah lainnya, angka TFR masih cukup tinggi, bahkan mencapai 2,5 hingga 2,6 dengan jumlah anak bisa lebih dari 3 atau 5 per keluarga.

Bonivasius menjelaskan bahwa kondisi ini menuntut kebijakan yang tidak seragam. BKKBN sedang menyiapkan pendekatan asimetris dalam pengelolaan program Keluarga Berencana (KB) dengan menyesuaikan kondisi TFR di masing-masing daerah. Program KB tetap berjalan, tetapi akan disesuaikan agar tidak lagi menjadi kebijakan satu resep untuk semua.

Selain soal fertilitas, Indonesia juga mulai menghadapi tantangan aging population atau populasi lansia. Berdasarkan data, lebih dari 10% penduduk Indonesia kini berusia di atas 60 tahun. Jika tidak disiapkan sejak dini, Indonesia bisa mengalami situasi seperti Jepang yang tidak siap dengan lonjakan penduduk usia tua.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, BKKBN telah menyiapkan berbagai kebijakan dalam Dokumen Perencanaan Bidang Kependudukan (DPBK) yang diturunkan menjadi Peta Jalan Pengendalian Kependudukan (PJPK). Di dalamnya, terdapat indeks lansia berdaya yang menjadi dasar penyusunan program dan kegiatan hingga ke tingkat kabupaten/kota.

Salah satu program BKKBN adalah Sidaya, yang menyasar pemberdayaan lansia secara aktif sebelum mereka masuk usia 60 ke atas. Pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri agar program ini bisa diimplementasikan secara efektif sampai ke daerah. Dengan begitu, kebijakan dan program dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat, terutama bagi lansia yang membutuhkan perhatian khusus.

Leave a Reply

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com