Penyebab KLB Keracunan Siswa di Kabupaten Bandung Barat Diduga Akibat Pelanggaran SOP
Sejumlah siswa di Kabupaten Bandung Barat mengalami kejadian luar biasa (KLB) keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran terhadap standar penyajian dan pengelolaan makanan yang diberikan kepada para pelajar.
Menurut Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, ada dugaan adanya pelanggaran terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam proses memasak menu MBG. Ia menjelaskan bahwa makanan harus dimasak hingga matang dan disajikan dalam waktu maksimal 6 jam sejak proses memasak berakhir.
“Makanan tersebut harus langsung disantap setelah dimasak matang. Jika ingin menyajikan makanan pada pukul 07.00 atau 08.00 pagi, maka proses memasaknya harus dilakukan sebelumnya, misalnya pada pukul 02.00 dini hari,” jelasnya saat berbicara kepada wartawan.
Namun, menurut Nanik, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Bandung Barat justru memasak menu MBG pada pukul 08.00 hingga 09.00 malam, sehingga makanan disajikan pada pukul 09.00 pagi. Hal ini dinilai terlalu lama dan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Ia menegaskan bahwa BGN sudah membuat SOP khusus untuk penyajian makanan MBG. Salah satu poin penting dalam SOP tersebut adalah kewajiban adanya chef yang tersertifikasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan aman dan sesuai dengan standar gizi serta kebersihan.
Langkah Penanganan dan Pemeriksaan Lebih Lanjut
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat telah menetapkan status KLB atas dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan siswa. Status ini diberikan agar penanganan kasus dapat dilakukan lebih cepat dan menyeluruh.
Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, menyampaikan bahwa pihaknya bersama instansi terkait sedang melakukan penyelidikan terhadap dapur yang menyediakan hidangan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui penyebab pasti dari kejadian ini dan mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan.
Selain itu, pihak pemerintah juga telah menutup sementara SPPG di wilayah tersebut. Penutupan ini dilakukan sebagai langkah preventif untuk memastikan bahwa standar pengelolaan makanan tetap terpenuhi. Proses pemeriksaan akan terus dilakukan hingga ditemukan solusi yang tepat.
Tindakan Pembenahan dan Peningkatan Kesadaran
Dari kejadian ini, diharapkan terjadi pembenahan dalam sistem penyediaan makanan bagi siswa. Selain itu, kesadaran akan pentingnya SOP dalam pengolahan makanan perlu ditingkatkan oleh seluruh pihak terkait, termasuk tenaga pengolah makanan dan manajemen SPPG.
Pemerintah daerah juga diminta untuk lebih ketat dalam mengawasi operasional SPPG dan memastikan bahwa semua prosedur yang telah ditetapkan benar-benar dijalankan. Dengan demikian, kejadian seperti ini bisa diminimalkan dan kepercayaan masyarakat terhadap program MBG dapat dipulihkan.
Penanganan yang cepat dan transparan menjadi kunci dalam mengatasi situasi ini. Semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan bahwa kesehatan dan kenyamanan para siswa tetap terjaga.