Bagaimana Peluang Investasi Obligasi di Tengah Perang Dagang Global?

Bagaimana Peluang Investasi Obligasi di Tengah Perang Dagang Global?





,


Jakarta


– Portfolio Manager PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Laras Febriany membeberkan peluang
investasi
obligasi
saat di tengah perang dagang yang masih berlanjut.

Laras mencontohkan obligasi tenor pendek dengan durasi rendah sebagai opsi investasi yang menarik, khususnya usai Bank Indoesia (BI) memangkas suku bunga acuan dan adanya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate di AS. Sebab, usai
BI
memangkas suku bunga acuan menjadi 5,50 persen, imbal hasil obligasi ikut mengalami penurunan. Sehingga, investasi pada tenor tersebut diharapkan dapat mencetak

capital gain.

“Kupon obligasi juga dapat menjadi bantalan di tengah tingginya ketidakpastian serta volatilitas jangka pendek yang diperkirakan masih akan terjadi,” ucap Laras dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 16 Juni 2025.

Salah satu faktor yang juga menopang pasar obligasi domestik adalah melemahnya dolar AS, yang membuka peluang bagi pemerintah untuk terus menjaga stabilitas rupiah. Menurut Laras, tekanan pada rupiah juga berkurang setelah berlalunya periode musiman pembayaran dividen dan kebutuhan dolar AS terkait ibadah Haji. Dia pun memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 16.200-Rp 16.900 sampai akhir tahun.

Selain itu, Bank Indonesia juga mengindikasikan bahwa ruang pemangkasan suku bunga masih terbuka di tengah inflasi yang terjaga dan adanya urgensi mendukung pertumbuhan ekonomi. Manulife Aset Manajemen Indonesia memprediksi BI rate bisa turun sampai ke level 5.25 persen sampai akhir tahun ini.

Meski demikian, Laras menyebut ada beberapa risiko yang harus dicermati. Salah satunya yaitu berlanjutnya volatilitas pada imbal hasil US Treasury akibat diturunkannya peringkat kredit AS dan perang tarif antara AS dan Cina yang masih berlanjut.

Kemudian dari sisi domestik, risiko muncul apabila stimulus yang digelontorkan pemerintah tidak tepat sasaran. Sehingga, daya beli masyarakat belum bisa pulih sepenuhnya dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Laras mengatakan ada sejumlah katalis positif yang diharapkan bisa menopang pasar. Pertama yaitu terjaganya obligasi denominasi rupiah, dengan rencana kenaikan penerbitan obligasi global. “Baik dalam dolar AS maupun dalam mata uang asing lainnya seperti AUD dan RMB,” kata dia. Ekspektasi penurunan penerbitan SRBI dan tingginya jumlah jatuh tempo Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) di pasar juga diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pada pasar obligasi.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com