news  

Aturan BRI Super League Ancam Pemain Lokal

Aturan BRI Super League Ancam Pemain Lokal

Regulasi Super League yang Mengkhawatirkan Nasib Pemain Lokal

Regulasi terbaru mengenai jumlah pemain asing di Super League, yang sebelumnya dikenal sebagai Liga 1, menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak. Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) menyatakan bahwa aturan ini berpotensi memberikan dampak negatif terhadap nasib para pemain lokal.

Menurut APPI, jika tidak ada persaingan yang adil dan kompetisi yang cukup, maka kemungkinan besar pemain lokal akan kesulitan mendapatkan kesempatan bermain. Dalam survei yang dilakukan oleh APPI, mayoritas pemain Liga 1 merasa tidak nyaman dengan regulasi tersebut. Mereka khawatir bahwa jumlah menit bermain mereka akan berkurang secara signifikan karena saat ini hanya ada satu kompetisi profesional yang berjalan.

PT LIB, operator Super League, menetapkan bahwa setiap klub dapat mendaftarkan hingga 11 pemain asing. Namun, dalam pertandingan, hanya delapan pemain asing yang boleh turun. Hal ini berbeda dengan regulasi sebelumnya, di mana setiap klub hanya boleh menggunakan delapan pemain asing, dengan enam di antaranya yang bisa bermain dalam satu pertandingan.

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Ferry Paulus, menjelaskan bahwa peningkatan kuota pemain asing bertujuan untuk meningkatkan kualitas klub-klub Indonesia yang menjadi wakil di Asia. Meski demikian, perubahan ini juga memicu kontroversi, terutama dari sisi pemain lokal.

Presiden APPI, Andritany Ardhiyasa, menilai regulasi baru ini kontradiktif dengan upaya meningkatkan prestasi Timnas Indonesia. Menurutnya, meskipun APPI tidak mempermasalahkan jumlah kuota pemain asing, yang lebih penting adalah bagaimana jam terbang talenta lokal di Indonesia bisa tetap terjaga.

“Jika tujuan dari kompetisi yang lebih berkualitas adalah meningkatkan prestasi Tim Nasional, maka regulasi ini justru bertentangan dengan pernyataan pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert,” ujar Andritany. “Ia pernah menyatakan bahwa tanpa menit bermain di klub, pemain tidak akan memiliki kesempatan.”

Meski APPI melihat kebijakan ini sebagai langkah positif, terutama dalam hal meningkatkan kualitas kompetisi, mereka tetap mengkhawatirkan dampak terhadap pemain lokal. Persaingan ketat antara pemain lokal dan asing dinilai penting untuk meningkatkan kualitas seorang pemain. Namun, regulasi ini juga berpotensi mengurangi jam terbang para pemain lokal.

Dalam keterangannya, APPI menyatakan bahwa jika semua klub Super League memaksimalkan kuota 11 pemain asing, maka sebanyak 198 pemain lokal akan kehilangan pekerjaan atau pindah ke Championship (Liga 2). Hal ini berdampak pada 198 pemain Championship yang juga akan kehilangan pekerjaan atau beralih menjadi pemain amatir di Liga 3.

Dengan begitu, regulasi yang ditetapkan oleh PT LIB bukan hanya berdampak pada pemain asing, tetapi juga pada sistem persepakbolaan Indonesia secara keseluruhan. APPI berharap pihak terkait dapat mempertimbangkan keseimbangan antara kualitas kompetisi dan perlindungan terhadap pemain lokal.