news  

Asal Usul Nama Tsunami, Bisa Ditebak Kedatangannya?

Asal Usul Nama Tsunami, Bisa Ditebak Kedatangannya?

Kita pasti masih mengingat peristiwa tsunami Aceh yang terjadi pada akhir tahun 2004. Awalnya dimulai dengan gempa besar berkekuatan 9,3, gelombang tsunami setinggi 30 meter melanda berbagai daerah di Aceh dan menyebabkan 227.898 jiwa meninggal dunia dalam sekejap. Tujuh tahun kemudian, tsunami yang tak kalah mengerikan juga menyerang Jepang dan merenggut 17.759 nyawa. Tidak bisa dipungkiri, tsunami adalah salah satu bencana alam yang paling mematikan dalam sejarah.

Meskipun menyerang daerah pesisir pantai, air bah yang disebabkan oleh gelombang besar menyebar ke berbagai tempat, menyebabkan kerusakan dan korban jiwa. Ditambah dengan kurangnya pengetahuan, membuat bencana ini semakin mematikan. Oleh karena itu, agar kita lebih waspada, mari kita pelajari informasi tentang tsunami. Apakah kita bisa mencegahnya?

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

1. Apa itu tsunami?

Dibandingkan dengan bencana alam lainnya, tsunami memang jarang terjadi. Namun bila terjadi, tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat besar. DilansirNOAAsecara sederhana, tsunami adalah rangkaian gelombang besar. gempa bumi, longsoran tanah, serta letusan gunung berapi dapat menjadi beberapa penyebab terjadinya tsunami.

Namun, di antara beberapa penyebab yang telah disebutkan, gempa bumi di dasar laut adalah penyebab paling umum. Pergerakan lempeng tektonik mengakibatkan perpindahan sejumlah besar air, sehingga membentuk gelombang besar yang bergerak cepat. Berita baiknya, tidak semua gempa bawah laut dapat memicu tsunami, hanya gempa dengan kekuatan minimal skala 7,0 yang mampu menyebabkan terjadinya tsunami.

2. Asal usul nama tsunami berasal dari mana?

Kita sering mendengar istilah tsunami, namun jarang sekali orang memahami makna di balik kata tersebut. DilansirMalteser International, istilah tsunami sebenarnya berasal dari bahasa Jepang yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Inggris. Istilah tsunami sendiri terbentuk dari dua kata yaitu,tsu yang artinya ‘pelabuhan’, dan namiyang berarti “gelombang”. Secara harfiah, tsunami mengacu pada gelombang yang menyerang pelabuhan. Kata ini pertama kali digunakan pada masa Edo (1603-1868) ketika para nelayan pulang dari laut dan menemukan pelabuhan yang sudah hancur total.

Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Mengingat kondisi laut yang tenang pada hari itu, para nelayan mengira gelombang terjadi di sekitar pantai. Seiring berjalannya waktu, diketahui bahwa meskipun gempa terjadi di dasar lautan, gelombang yang terbentuk biasanya tidak melebihi 80 sentimeter. Namun, ketika bergerak dan menabrak daerah pesisir yang lebih rendah, gelombang kecil ini akan mengalami peningkatan massa yang menyebabkan munculnya gelombang raksasa.

3. Apakah gelombang tsunami dapat diprediksi?

Mengingat betapa parahnya kerusakan yang disebabkan oleh tsunami, banyak orang mungkin mengira bahwa bencana ini akan lebih mudah dikelola jika bisa dideteksi lebih awal. Sayangnya, seperti kebanyakan bencana alam lainnya, tsunami juga sangat sulit diprediksi, bahkan ketika penyebabnya terjadi di dasar laut, para nelayan tidak dapat menyadarinya. Meskipun waktunya sempit, kita masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri dan orang sekitar dengan cara mengenali tanda-tanda terjadinya tsunami.

Dilansir NOAA, tanda pertama yang terjadi adalah gempa bumi besar yang menyebabkan kita jatuh, dengan durasi sekitar 20 detik. Setelah gempa reda, tanda selanjutnya dari tsunami akan muncul dari laut. Air laut yang biasanya tenang tiba-tiba surut atau mengalami kenaikan yang tidak wajar, diikuti dengan suara keras datang dari arah laut. Jika kamu mengalami tanda pertama, segeralah meninggalkan daerah pesisir dan pergi ke wilayah pegunungan atau dataran tinggi. Jika hal ini tidak memungkinkan, segera cari bangunan kuat yang tinggi sebagai tempat berlindung. Terakhir, jangan lupa memberi tahu orang di sekitar untuk segera menyelamatkan diri.

4. Seberapa kerap peristiwa tsunami terjadi?

Gempa bumi di dasar laut memang kerap terjadi, namun tidak semua gempa tersebut mampu memicu tsunami. DilansirCBC, gelombang tsunami yang merusak area sekitar biasanya terjadi dua kali dalam setahun. Sementara tsunami yang lebih besar dengan jangkauan lebih dari 1.000 kilometer terjadi dua kali dalam sepuluh tahun. Seperti bencana alam lainnya, kita memang tidak bisa memperkirakan kapan dan di mana tsunami akan terjadi.

Karena seluruh daerah di dunia yang berbatasan langsung dengan laut pasti memiliki potensi. Namun, dibandingkan dengan wilayah lain, negara-negara yang terletak di Cincin Api Pasifik seperti Indonesia dan Jepang menghadapi risiko yang lebih besar. Sejak tahun 1990 hingga 2015, sekitar 78 persen gempa bumi yang memicu tsunami terjadi di Samudra Pasifik, 8 persen di Samudra Atlantik dan Laut Karibia, 6 persen di Laut Tengah, dan 5 persen di Samudra Hindia.

Tsunami jelas bukan hal yang dapat dihindari oleh manusia. Meskipun teknologi yang kita miliki sangat canggih, alam tetap lebih kuat. Namun setidaknya dengan memahami informasi tentang tsunami, kita bisa menghadapi bencana ini dengan lebih baik, termasuk menyelamatkan ribuan nyawa dari situasi yang mengerikan.

7 Perbedaan Antara Tsunami dan Gelombang Pasang, Jangan Salah! 4 Gelombang Tsunami Terbesar di Jepang, Menewaskan Ribu Orang!