,
Jakarta
– Partai Solidaritas Indonesia atau
PSI
resmi menutup masa pendaftaran calon Ketua Umum sejak Senin, 23 Juni 2025. Pada pemilihan raya ini, terdapat tiga calon Ketua Umum PSI yang akan berkontestasi, yaitu Ronald Aristone Sinaga;
Kaesang Pangarep
; dan Agus Herlambang Mulyono.
Ronald Sinaga didukung oleh 6 DPW dan ada 36 DPD, Kaesang Pangarep didukung 10 DPW dan 78 DPD, dan Agus Mulyono mengantongi dukungan dari enam DPW dan 24 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI. Adapun syarat minimal pencalonan adalah dukungan dari lima DPW dan 20 DPD.
Agenda
pemilu raya PSI
akan dilanjutkan dengan mengumumkan daftar pemilih tetap pada 10 Juli mendatang, dan dilanjutkan dengan pemungutan suara pada 12-19 Juli 2025. Hasilnya akan diumumkan pada Kongres di Solo yang diagendakan pada 19-20 Juli 2025.
Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan, kans Kaesang terpilih kembali menjadi Ketua Umum PSI bukan isapan jempol belaka. Alasannya, sistem pemilu raya yang diterapkan PSI saat ini, sedikit banyak menunjukkan bagaimana partai ini akan kembali dipimpin oleh Keluarga Solo.
Tanda tersebut, Agung menjelaskan, misalnya adalah lokasi kongres yang akan dihelat di Solo atau kediaman Ayah Kaesang, konsep pemilu yang terinspirasi gagasan Jokowi, hingga bagaimana para calon dan internal PSI menginginkan Jokowi masuk dalam struktural PSI. “Status Kaesang juga petahana yang lebih diuntungkan kalau maju kembali,” kata Agung saat dihubungi pada Sabtu, 28 Juni 2025.
Ihwal pemilu PSI yang diklaim dihelat secara demokratis sekadar gimik atau bukan, Agung berpendapat, secara prosedural PSI telah memenuhi unsur demokratis dalam penyelenggaraan pemilu raya. Hal itu ditunjukkan dengan adanya figur lain yang mencalonkan diri, dan konsep pemungutan suara yang didasarkan pada masing-masing kader partai.
“Tetapi, secara substansi apakah bisa dikatakan memenuhi unsur demokratis? Ini yang masih jadi tanda tanya besar,” ujar dia.
Dihubungi terpisah, Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati mengatakan, dipilihnya Solo sebagai lokasi kongres dan pernyataan PSI bahwa partai ini adalah partai Jokowi amat menguntungkan posisi Kaesang di pemira.
Namun, perihal pemilu PSI dijalankan secara demokratis atau tidak, menurut dia, seluruhnya bergantung pada konstituen PSI sendiri. “Apakah masih konsisten dengan esensi pemira atau sebaliknya, ini yang menentukan demokratis atau tidak,” kata Wasis.
Peneliti politik dari Populi Center Usep Saepul Ahyar menilai, keberadaan Kaesang, lokasi kongres, dan bagaimana PSI menginginkan Jokowi masuk dalam struktural kian menguatkan partai ini akan kembali dipimpin oleh Keluarga Solo.
“Kalau bicara gimik atau bukan. Secara konsep memang ada unsur demokratis yang terpenuhi. Tapi secara substansi, demokrasi masih samar-samar,” ujar Usep.
Politikus PSI Ade Armando mengatakan, kans Kaesang terpilih kembali paling besar di antara dua kandidat lainnya. Alasannya, selain petahana Kaesang juga dianggap memiliki rekam jejak bagus selama menjabat Ketua Umum PSI.
“Dan dia (Kaesang) itu anaknya Pak Jokowi. Kepercayaan terhadap Mas Kaesang pasti lebih besar,” kata Ade saat dihubungi, Rabu, 25 Juni 2025.
Ketua Steering Committee Kongres PSI, Andy Budiman, mengatakan PSI menerapkan konsep ”
one man one vote
” untuk memilih Ketua Umum atau setiap kader PSI yang memiliki Kartu Tanda Anggota memiliki hak untuk memberikan suaranya. “Nantinya, pemungutan suara akan dilakukan secara daring melalui sistem
e-voting
,” kata Andy melalui pesan singkat, Sabtu, 28 Juni 2025.
Andy mengatakan, konsep satu orang satu suara merupakan konsep yang dilakukan oleh sejumlah partai di luar negeri dalam memilih Ketua Umum, misalnya Partai Podemos di Spanyol, Partai Movimento 5 Stelle di Italia, dan Partai Piraten di Jerman.
Di Indonesia, konsep satu orang satu suara sempat digagas oleh mantan Presiden Joko Widodo manakala berencana mendirikan partai politik super terbuka atau partai super Tbk, di mana seluruh anggota memiliki peran aktif dalam pengambilan keputusan strategis partai, salah satunya dalam memilih Ketua Umum.
Andy menjelaskan, pemira PSI yang dijalankan menggunakan konsep
one man one vote
ini diharapkan dapat menjauhkan PSI dari label partai keluarga Solo. Sebab, kata dia, pemilihan langsung yang akan dilakukan PSI adalah jawaban terhadap kritik yang menganggap PSI mengandalkan dinasti Jokowi.
Dinasti yang dimaksud, ialah manakala PSI mendapuk putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum pada 25 September 2023. Masalahnya, Kaesang ditunjuk menjadi pemimpin meski baru dua hari bergabung sebagai anggota partai berlambang bunga mawar ini.
Andy Budiman belum menjawab ihwal pertanyaan pemilu raya PSI yang dianggap gimik belaka. Namun, saat dihubungi
Tempo
pada 14 Mei lalu, dia mengatakan pemira adalah bentuk keseriusan PSI untuk menjadi partai yang inklusif.
“Kami ingin membuka diri melalui momentum ini kepada masyarakat yang punya visi yang sama, misi yang sama, punya passion sama untuk melihat sebuah partai yang terbuka ini untuk bergabung bersama PSI,” ujar dia.
Daniel Fajri
dan
Ervana Trikarinaputri
berkontribusi dalam penulisan artikel ini