Percaya bahwa intermittent fasting memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan fisik. Tetapi masih ada banyak tanya jawab mengenai kemungkinan metode ini mendukung peningkatan fertilitas serta mendorong cepatnya terjadinya kehamilan.
Apa itu intermittent fasting?
Sebelum kita mendalami lebih lanjut mengenai apakah metode intermittent fasting bisa meningkatkan fertilitas serta mempercepat kehamilan, Bund harus paham dulu apa itu Intermittent fasting.
Intermittent fasting merupakan pola makan di mana seseorang membatasi waktu konsumsi makanan dalam periode tertentu dan kemudian melakukan fast sebelum masa makannya kembali. Studi-studi sudah membuktikan bahwa gaya hidup ini bisa efektif untuk mengontrol bobot tubuh serta melindungi dari beberapa macam penyakit.
Makan terbatas waktu, atau dikenal juga sebagai puasa bergantian, merupakan gaya hidup diet yang sedang naik daun. Dalam beberapa tahun belakangan, banyak individu ikut mencoba metode ini dengan tujuan untuk mengecilkan berat badan serta menjaga keseimbangan massa tubuhnya melalui pembatasan konsumsi makanan hanya pada periode tertentu setiap hari.
Akan tetapi, penelitian terkini ini menyebabkan para pasangan yang merencanakan kehamilan mengubah pandangan mereka tentang gaya hidup makan sehat yang sedang trend.
Dikutip dari laman
The Bump
Para ilmuwan dari Universitas East Anglia menyelidiki dampak puasa berjangka pada tingkat fertilitas. Mereka mengevaluasi mutu spermatozoa dan ovum tiap ikan, selain juga mencatat produktivitas generasi mendatang mereka.
Penelitian itu menyimpulkan bahwa fasting memberikan dampak pada kesuburan ikan jantan dan betina dengan cara yang berbeda. Ikan perempuan mampu menghasilkan jumlah anak yang lebih besar usai berpuasa, namun mutu telur mereka menjadi kurang baik, hal ini bisa berpengaruh terhadap kondisi generasi penerusnya.
Selama periode puasa, mutu spermanya jantan juga mengalami penurunan. Menariknya, dampak tersebut tetap bertahan meskipun ikan zebra sudah dikembalikan ke rutinitas pemberian makan biasa tanpa ada pembatasan.
Walau penelitian tersebut dijalankan pada ikan zebra dan temuannya tak bisa secara langsung dipakai bagi manusia serta reproduksi manusia, akan tetapi masih dibutuhkan penyelidikan tambahan guna memverifikasi atau menyangkal dampak dari puasa berwaktu tertentu terhadap kesehatan tubuh manusia dan tingkat kesuburannya.
“Ini menggarisbawahi kebutuhan untuk memikirkan bukan saja dampak puasa pada kesehatan fisik, tapi juga pada pembentukan sel telur dan spermatozoa,” ungkap peneliti utama Dr. Edward Ivimey-Cook.
Menurut Dr. Edward, perlu ada penelitian tambahan untuk mengetahui durasi yang dibutuhkan bagi sperma dan sel telur agar dapat pulih setelah masa puasa.
Sangatlah relevan bahwa sejumlah dampak merugikan terhadap mutu telur dan spermatozoa baru nampak ketika binatang-binatang ini telah pulih dan mengonsumsi porsi makanan biasanya pasca menjalani puasa yang dibatasi durasinya.
Keuntungan dari puasa berputar-putar bagi kesuburan wanita
Sampai sekarang, dampak puasa intermiten terhadap tingkat hormon reproduksi pada manusia masih kurang dipahami, mengingat tidak adanya ulasan literatur tentang hal tersebut. Meskipun demikian, intermittent fasting memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan wanita menurut sumber web tertentu.
Healthline
.
1. Kesehatan jantung
Penyakit jantung merupakan alasan terbesar mengapa orang meninggal di penjuru dunia. Hipertensi, kadar kolesterol LDL yang melampaui batas normal, serta tingkat trigliserida yang tinggi menjadi sejumlah besar pemicu primer bagi timbulnya gangguan pada jantung.
Suatu penelitian di tahun 2009 yang mencakup 16 orang baik laki-laki maupun perempuan dengan kondisi kelebihan berat badan mengungkapkan bahwa puasa secara berkala dapat menurunkan tekanan darah hingga 6 persen hanya dalam waktu delapan minggu. Penelitian serupa ini juga mendeteksi bahwa metode tersebut mampu meredukasi kadar kolesterol jahat sebanyak 25 persen serta tingkat trigliserida senilai 32 persen.
2. Diabetes
Puasa bergantian juga bisa efisien dalam membantu kontrol serta pengecilan risiko timbulnya diabetes. Sejalan dengan batasan asupan makan pada puasa bergantian sepertinya dapat memperkecil berbagai elemen yang meningkatkan risiko diabetes. Ini dicapai utamanya melalui pendarahan tingkat insulin dan penyusutan ketidakpekaan terhadap insulin.
Pada penelitian terkontrol secara acak di tahun 2011 yang mencakup lebih dari seratus wanita dengan kegemukan atau obesitas, diet puasa bergilir selama enam bulan berhasil menurunkan tingkat insulin hingga 29% serta memperbaiki resistensi insulin sebanyak 19%. Namun demikian, konsentrasi glukosa dalam darah tidak mengalami perubahan signifikan.
3. Penurunan berat badan
Puasa bergantian bisa menjadi metode mudah dan efisien untuk menurunkan berat badan jika dijalankan secara tepat. Hal ini disebabkan oleh periode tidak makan singkat yang rutin dapat membatasi asupan kalori sehingga menyebabkan penurunan bobot tubuh.
Beberapa riset mengindikasikan bahwa puasa intermiten sama efisien dengan diet pengendalian kalori konvensional dalam hal penurunan berat badan pada periode singkat.
Tinjauan studi tahun 2018 tentang orang dewasa dengan obesitas mengungkapkan bahwa puasa intermittent memicu penurunan bobot rata-rata sebesar 15 pon (6,8 kilogram) selama jangka waktu antara 3 hingga 12 bulan.
Penelitian dari tahun 2014 menyatakan bahwa metode puasa bergantian dapat mengecilkan berat badan hingga 3–8% bagi orang dewasa dengan indeks massa tubuh lebih tinggi atau obesitas dalam durasi antara 3 sampai 24 minggu. Selain itu, penelitian ini juga melaporkan bahwa para partisipan berhasil mengurangi ukuran lingkar pinggang mencapai 3-7% di waktu yang bersangkutan.
Secara singkat, puasa intermiten kelihatannya mendukung pengurangan berat badan. Akan tetapi, besarnya bobot yang dapat dihilangkan mungkin bergantung pada berapa banyak kalori yang dikonsumsi saat masa tidak berpuasa serta sejauh mana Anda konsisten dengan pola hidup tersebut.
Walaupun intermittent fasting memberikan manfaat bagi wanita, namun jika tujuannya adalah meningkatkan fertilitas dan mempercepat kehamilan, lebih baik berkonsultasi dulu dengan dokter. Nanti, dokter akan menyusun rencana gizi optimal yang bisa membantu mencapai sasarannya tersebut. Jelas saja, anjuran ini mungkin berbeda-beda bergantung pada catatan medis, pola hidup, serta aspek-aspek lainnya.
Semoga pengetahuan ini berguna untuk Bunda.
Pilihan Redaksi
|
Untuk ibu-ibu yang ingin berbagi pengalaman tentang mendidik anak serta memiliki kesempatan untuk memperoleh hadiah menarik, silakan bergabung dengan komunitas Squad. Untuk mendaftar, cukup klik link ini.
SINI.
Gratis!