– Kalau kamu sering menonton drama Korea Selatan, terutama yang bergenre fantasi atau horor, pasti tidak asing dengan sosok bernama mudang.
Dalam banyak drakor dan film Korea terbaru, seperti The Haunted Palace (2025), Head Over Heels (2025), dan Exhuma (2024), karakter mudang sering muncul dan menjadi bagian penting cerita.
Namun sebenarnya, apa itu mudang? Mudang adalah sebutan untuk dukun Korea yang berperan sebagai perantara antara dunia roh dan manusia.
Dalam drakor, mereka biasanya digambarkan memiliki kemampuan paranormal luar biasa, sering kali melawan roh jahat atau bahkan menggunakannya untuk kepentingan pribadi.
Mereka biasanya muncul sebagai sosok yang kuat, mampu berkomunikasi dengan dunia gaib, dan terkadang menjadi penentu nasib tokoh utama dalam cerita.
Walau gambaran ini kadang dilebih-lebihkan, keberadaan mudang di dunia nyata tetap ada dan dihormati oleh sebagian masyarakat Korea.
Selain itu, mudang juga dikenal dengan ritual khas yang melibatkan tarian dan musik tradisional.
Merangkum dari laman Creatrip dan Thoughtco, mari kita kenali lebih jauh siapa sebenarnya mudang dan bagaimana peran mereka dalam budaya Korea.
Apa Itu Mudang?
Mudang (무당) adalah istilah untuk seorang dukun laki-laki atau dukun perempuan dalam tradisi shamanisme Korea.
Dukun Korea ini bertindak sebagai medium yang menghubungkan manusia dengan makhluk spiritual, seperti roh leluhur, dewa lokal, dan arwah.
Saat melakukan ritual, roh akan “turun” dan berkomunikasi melalui tubuh mudang untuk menyampaikan pesan kepada manusia.
Dalam kepercayaan shamanistik Korea, tidak ada satu Tuhan tunggal, melainkan banyak dewa dan roh yang disembah, tergantung pada wilayah dan kemampuan mudang tersebut.
Awalnya, istilah mudang merujuk khusus pada dukun perempuan, sedangkan dukun laki-laki disebut baksu atau baksa.
Namun saat ini, kata mudang sudah umum dipakai untuk semua jenis dukun, meskipun kebanyakan masih mengasosiasikannya dengan perempuan.
Apa Pekerjaan Dukun Korea?
Ritual yang dilakukan oleh mudang dikenal dengan nama gut (굿). Gut adalah upacara yang berisi persembahan kepada para roh atau dewa, dengan tujuan memohon keberuntungan, kesehatan, atau keselamatan.
Prosesnya bisa sangat beragam, mulai dari menari dengan pakaian warna-warni, melafalkan mantra, hingga menari di atas pisau tajam yang disebut jakdu.
Ada banyak jenis gut yang masing-masing memiliki tujuan berbeda. Misalnya, nara gut adalah ritual yang dilakukan untuk negara atau raja.
Ada juga cheonshin gut untuk kemakmuran keluarga atau usaha, jinhon gut untuk kesejahteraan arwah orang yang sudah meninggal, seongju gut untuk keberuntungan keluarga, dan byeong gut untuk kesembuhan orang sakit.
Di Korea Selatan yang kini sudah modern, pandangan terhadap ritual mudang jadi terbagi. Ada yang menganggapnya sekadar takhayul, ada yang percaya akan kekuatannya.
Meski demikian, banyak yang sepakat bahwa tradisi ini penting untuk dilestarikan. Selain sebagai praktik budaya, ritual ini juga menjadi sumber penghasilan utama bagi para mudang.
Soalnya, harga untuk satu ritual bisa mencapai puluhan juta won, tergantung dari popularitas sang dukun Korea tersebut.
Bagaimana Cara Menjadi Mudang?
Ada dua tipe mudang. Pertama, kangshinmu yang menjadi dukun lewat pelatihan dan kemudian dirasuki roh. Kedua, yaitu seseummu yang mewarisi kemampuan secara turun-temurun.
Proses inisiasi mudang disebut shinbyeong atau “penyakit roh,” yang ditandai dengan gejala fisik seperti kehilangan nafsu makan, lemas, halusinasi, dan komunikasi dengan roh.
Satu-satunya cara sembuh dari shinbyeong, yaitu melalui upacara penerimaan roh yang disebut gangshinje.
Melalui ritual tersebut, roh yang akan memberikan kekuatan shamanisme masuk ke dalam tubuh mudang.
Muism, Kepercayaan di Balik Dukun Korea
Kepercayaan yang dianut oleh para mudang disebut Muism, yang memiliki kemiripan dengan praktik shamanisme di Mongolia dan Siberia.
Meskipun sebelumnya mudang dikenal memiliki kekuatan magis dan sering melakukan pengobatan tradisional, mereka justru tergolong dalam kasta sosial rendah di masa lalu, setara dengan pengemis dan gisaeng (semacam geisha Korea).
Muism mencapai puncak kejayaannya pada masa dinasti Silla dan Goryeo. Namun, pada era Joseon yang sangat menganut Konfusianisme, praktik mudang mulai ditekan karena Konfusianisme memandang negatif perempuan yang berkuasa.
Di abad ke-19, misionaris Kristen juga melarang praktik Muism, sehingga banyak mudang harus bersembunyi. Baru-baru ini, mudang mulai muncul kembali sebagai bagian dari kebudayaan Korea Selatan.
Dukun Korea atau mudang bukan hanya tokoh fiksi dalam drama dan film, melainkan bagian penting dari warisan budaya Korea yang kaya akan tradisi dan kepercayaan shamanistik.
Meskipun zaman telah berubah dan pandangan masyarakat juga beragam, keberadaan mudang tetap lestari dan bahkan mulai mendapat tempat kembali dalam budaya modern Korea.
Itu dia serba-serbi mengenai dukun Korea alias mudang. Jadi, saat menonton drakor dan melihat sosok mudang, kamu kini bisa lebih memahami makna dan sejarah di baliknya.






