,
Jakarta
–
Global March to Gaza
, mengutip dari
marchtogaza.net
, merupakan sebuah gerakan sipil yang bersifat independen dan tidak berafiliasi dengan partai politik, ideologi, maupun agama tertentu. Gerakan ini hadir sebagai representasi suara masyarakat dalam seluruh keberagaman dan nilai-nilai kemanusiaan. Prinsip utama yang menjadi pedoman adalah keadilan, martabat manusia, dan perdamaian.
Gerakan ini diikuti oleh sejumlah selebriti, termasuk dari Indonesia, antara lain
Wanda Hamidah
, Zaskia Adya Mecca, Indadari, Ratna Galih dan lainnya.
Mereka berangkat untuk bergabung dalam
Global March to Gaza
, sebuah aksi damai yang menempuh jarak sekitar 50 kilometer dari Kairo menuju Gerbang Rafah, perbatasan Mesir-Gaza.
Aksi ini akan mencapai puncaknya pada 15 Juni 2025, saat ribuan peserta dari lebih dari 50 negara mendesak dibukanya akses misi kemanusiaan ke
Gaza
. Zaskia Adya Mecca, melalui Instagram Stories, menyebutkan bahwa situasi di lapangan cukup menegangkan.
“Yang nanya kabar, alhamdulillah situasi kami aman tapi sangat jauh dari yang diharapkan. Makasih ya semua support dan doanya! Kerasa banget energinya buat kita terus gerak, cari cara dan enggak putus semangat,”
tulisnya pada Sabtu, 14 Juni 2025.
Wanda Hamidah menyampaikan alasan keikutsertaannya dalam aksi Global March to Gaza melalui sebuah video yang diunggah di Instagram Story. Ia menyatakan bahwa dirinya memilih meninggalkan anak-anak dan rumah demi bergabung dalam aksi tersebut karena merasa rakyat Gaza membutuhkan keadilan.
“Hari ini aku meninggalkan anak-anak, aku meninggalkan rumah untuk bergabung dalam aksi Global March to Gaza karena rakyat Gaza butuh keadilan,”
ujar Wanda.
Sementara itu, Ratna Galih yang turut bergabung dalam rombongan aksi dan mengungkapkan bahwa keputusannya untuk ikut serta telah melalui proses diskusi panjang bersama sang suami.
“Aku berangkat ke sini sudah melalui diskusi panjang lebar sama suami aku, sudah menimbang segala risiko yang mungkin terjadi. Walaupun aku perempuan, ya ibu, ya istri, bukan berarti aku gak bisa apa-apa.”
Ia menyampaikan hal tersebut melalui sebuah video yang diunggah di Instagram pada Jumat, 13 Juni 2025.
Apa itu Global March to Gaza?
Global March to Gaza adalah gerakan solidaritas sipil internasional, apolitis, dan independen yang diluncurkan untuk menyoroti krisis kemanusiaan di
Gaza
, Palestina dan mendesak dibukanya akses bantuan melalui perbatasan Rafah.
Dilansir dari
Al Jazeera
, ribuan aktivis dari berbagai negara melakukan
long march
menuju Jalur Gaza sebagai upaya untuk menembus blokade ketat yang diberlakukan Israel serta menarik perhatian dunia terhadap dugaan genosida yang terjadi di wilayah tersebut.
Aksi Solidaritas Internasional Diikuti Sekitar 1.000 Orang
Secara keseluruhan, aksi ini diikuti sekitar 1.000 orang yang melakukan perjalanan menggunakan sembilan bus dengan tujuan menekan para pemimpin dunia agar segera bertindak terhadap situasi di Gaza.
Aksi ini mendapatkan dukungan dari sejumlah organisasi di Tunisia, antara lain Serikat Buruh Umum Tunisia, Asosiasi Pengacara Nasional, Liga Tunisia untuk Hak Asasi Manusia, serta Forum Tunisia untuk Hak Ekonomi dan Sosial. Para peserta juga menjalin koordinasi dengan aktivis dan individu dari 50 negara lain yang terbang ke Kairo, Mesir, pada Kamis, 12 Juni 2025, untuk bergabung dalam barisan menuju perbatasan Rafah secara bersama-sama.
Rencana Perjalanan Menuju Perbatasan Rafah
Rombongan yang dipimpin Tunisia ini yang dinamai Konvoi Sumud. Mereka tiba di Libya pada Selasa pagi, 17 Juni 2025, setelah berangkat dari Tunis sehari sebelumnya. Mereka kini tengah beristirahat di Libya usai menempuh perjalanan panjang dan masih menunggu izin untuk melanjutkan perjalanan melintasi wilayah timur negara tersebut. Usai beristirahat sejenak, rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju ibu kota Mesir, Kairo.
Ghaya Ben Mbarek, jurnalis independen asal Tunisia yang bergabung dalam aksi tak lama sebelum konvoi melintasi perbatasan Libya, menyampaikan bahwa banyak peserta di sekitarnya diliputi semangat dan kemarahan atas situasi yang terjadi di Gaza. “Sebagian besar orang di sekitar saya merasakan keberanian dan kemarahan terhadap apa yang terjadi di Gaza,” ujar Ghaya Ben Mbarek, dikutip dari
Al Jazeera
.
Ghaya Bek mengungkapkan bahwa sebagai jurnalis ia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk berpihak pada kebenaran sejarah, yakni dengan berupaya menghentikan genosida dan mencegah kematian akibat kelaparan.
Setelah bergabung dengan para aktivis lain dalam Global March to Gaza di Kairo, Konvoi Sumud akan melanjutkan perjalanan menuju El Arish di wilayah Semenanjung Sinai, Mesir, sebelum memulai aksi jalan kaki selama tiga hari menuju perbatasan Rafah yang merupakan akses utama ke Jalur Gaza.
Adinda Jasmine
berkontribusi dalam penulisan artikel ini.