,
Wonogiri
– Camat Batuwarno Khrisma Eko Sutiyono mengatakan bahwa pembangunan di wilayahnya tidak dapat berjalan dengan maksimal pada tahun ini. Alasannya adalah adanya sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten tersebut.
Wonogiri
ini mengalami defisit
anggaran
yang cukup besar.
Pada tahun lalu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Wonogiri mencatatkan defisit mendekati Rp 1 miliar. Hal ini disebabkan oleh total pengeluaran sebesar Rp 2,4 triliun sementara pendapatan yang masuk ke kas daerah hanya berjumlah Rp 2,3 triliun.
“Anggaran yang diberikan oleh pemerintah cukup terbatas dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan warga di Wonogiri,” ungkap Khrisma ketika hadir pada acara peresmian pembangunan panti asuhan dan panti jompo Yayasan Karya Alam Wisesa di Dusun Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Minggu, 11 Mei 2025.
Dia menyebut bahwa telah ada beberapa program yang memang sudah dirancang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), serta juga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanjda Kabupaten Wonogiri. Namun sayangnya, hingga kini hal tersebut belum dapat dilaksanakan dikarenakan dana cenderung dialokasikan lebih banyak untuk mendukung berbagai kegiatan peningkatan kapabilitas dari program-program milik Presiden Prabowo Subianto.
“Ada
MBG
(Pangan Sehat SecaraGratis), fokus pada tingkat desa dan seterusnya. Dana tersebut bahkan dapat berkurang hingga lebih dari Rp 200 juta yang semestinya bisa dialokasikan untuk pembangunan. Namun, saya percaya bahwa di masa mendatang, saat situasi negeri kita telah membaik, program-program akan lebih banyak menjangkau kegiatan sosial,” ujarnya.
Untuk mencapai kesejahteraan finansial bagi wilayah setempat, penting sekali meningkatkan aktivitas ekonomi serta kapabilitas penduduk di Wonogiri. Memperkuat posisi warga dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana, seperti merawat anak-anak terpinggirkan sehingga mereka memiliki harapan hidup dan nantinya akan berkontribusi dalam pembangunan area asal mereka.
Oleh karena itu, pembangunan panti asuhan serta panti jompo dalam area tersebut memberikan semacam angin segar yang menghadirkan kegembiraan untuk warga setempat dan juga perekonomian Wonogiri. Lahan yang digunakan untuk membangun kedua tempat ini mencakup luasan sebesar tiga hektar. Diharapkan nantinya lokasi tersebut bisa dikembangkan lebih lanjut hingga empat hektar.
Di masa mendatang, area tersebut akan ditambahkan dengan lima tempat ibadah yang mewakili beragam kepercayaan di Indonesia.
Ketua Yayasan Karya Alam Wisesa serta founder dari lembaga penampungan anak, Thomas Johnson mengharapkan bahwa adanya pusat penitipan anak tersebut di kemudian hari dapat memberikan harapan bagi anak yatim agar mereka mampu membantu pembangunan Wonogiri. Proses konstruksi panti ini dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal direncanakan akan didirikan sebuah tempat penitipan anak yang memiliki kapasitas hingga tujuh puluh jiwa, satu area multifungsi, serta lima bangunan untuk kegiatan ibadah.
Proyeks ini diproyeksikan rampung pada tahun ini dan mulai dapat difungsikan di tahun depan. Langkah selanjutnya mencakup konstruksi lengkap bagi panti asuhan serta panti lansia yang bakal memiliki kapasitas total sampai 500 individu. Tempat penampungan tersebut menampung balita berusia antara 5 hingga 18 tahun dan juga para lanjuk usia dari segala latar belakang kepercayaan. Sementara itu, pendidikan untuk anak-anak akan dilakukan melalui sekolah-sekolah terdekat.
Di wilayah panti juga tersedia lahan pertanian serta pemeliharaan hewan seperti sapi dan kambing, yang akan diurus oleh ahli agronomi dan peternaker profesional. Anak-anak akan dilatih dalam berkebun dan mempelajari aspek-aspek dari pertanian dan peternakan. Penjualan produk panen dan ternak ini pun telah ditentukan jalurnya. “Semua hasil tersebut dialokasikan untuk mendukung aktivitas dan peningkatan fasilitas panti,” ungkap Thomas.
Kepala Desa Sumberejo Tri Haryanto dengan senang hati menerima pembukaan panti di daerah tugasnya. “Di luar membantu anak yatim piatu dan lanjut usia, lembaga ini pun akan memacu pertumbuhan ekonomi dalam kampung kami,” ungkapnya. Dia dikenal sebagai ‘Triko’ oleh penduduk setempat.
Berdasarkan daftar Penerima Program Keluarga Harapan (PPKH) Provinsi Jawa Tengah, total anak terlantar di Kabupaten Wonogiri untuk tahun 2024 mencapai angka 6.857 jiwa. Di sisi lain, berdasar informasi dari BPS Jawa Tengah pada tahun 2021, ada lima lembaga pemondokan bagi anak-anak tanpa pengampuan atau janda/duda di Wonogiri dan semuanya dikendalikan secara privat. Seandainya masing-masing tempat penitipan ini memiliki daya tampung hingga seribu orang, maka hanya sekitar dua ribu lima ratus anak saja yang dapat mendapatkan dukungan dalam membangun masa depan mereka.