news  

Anak Tewas di Gunung Rinjani, Ayah Juliana Marins Kecam Keras Pemerintah Indonesia soal Infrastruktur

Anak Tewas di Gunung Rinjani, Ayah Juliana Marins Kecam Keras Pemerintah Indonesia soal Infrastruktur

Manoel Marins, ayah dari Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal dunia akibat jatuh di tebing Gunung Rinjani pada 21 Juni 2025, menyampaikan protes keras terhadap pemerintah Indonesia. Protes tersebut dilontarkan langsung oleh Manoel saat menghadiri prosesi pemakaman putrinya. Ia menyoroti berbagai hal, mulai dari lambatnya proses evakuasi hingga kritik terhadap infrastruktur dan layanan darurat di Indonesia.

Juliana dinyatakan tewas setelah jatuh dari ketinggian sekitar 600 meter di jalur pendakian Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Evakuasi jenazahnya memakan waktu empat hari karena kondisi medan yang sangat sulit serta cuaca buruk yang menghambat upaya penyelamatan oleh Tim SAR. Keterlambatan ini memicu kekecewaan besar dari keluarga korban dan masyarakat Brasil secara umum.

Dalam unggahan di sebuah akun Instagram yang dibagikan ulang beberapa waktu lalu, Manoel menyampaikan kekesalannya dengan tegas. Ia menilai bahwa pemerintah Indonesia tidak memiliki persiapan memadai untuk menghadapi situasi darurat seperti ini. Menurutnya, ada ketidakpedulian nyata terhadap keselamatan manusia.

“Ini adalah kurangnya kesiapan dan ketidakpedulian terhadap kehidupan manusia,” ujar Manoel dalam pernyataannya. Ia juga menyebut adanya kelalaian sistematis dalam layanan publik yang tersedia, terutama di lokasi wisata alam yang menjadi destinasi internasional.

Lebih lanjut, Manoel menyoroti fakta bahwa Indonesia adalah negara yang sangat bergantung pada sektor pariwisata. Baginya, sebagai tujuan wisata kelas dunia, infrastruktur dan sumber daya untuk menjaga keselamatan pengunjung harus lebih baik. “Sayangnya, ini adalah negara wisata, tujuan wisata yang terkenal di dunia, negara yang bergantung pada pariwisata untuk bertahan hidup, dan seharusnya memiliki infrastruktur yang lebih baik,” ucapnya.

Ia juga menyinggung pentingnya ketersediaan sumber daya darurat yang cepat dan efektif, terutama dalam situasi kritis seperti kecelakaan pendakian. “Sumber daya yang lebih baik untuk menyelamatkan orang,” tandasnya.

Namun, protes Manoel bukan hanya ditujukan kepada pemerintah. Ia juga menyalahkan pemandu pendaki yang mendampingi Juliana saat kejadian. Dalam keterangan yang dirilis sebelumnya oleh media lokal, Manoel menyebut bahwa pemandu tersebut meninggalkan putrinya saat merasa lelah. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 04.00 pagi. Pemandu baru kembali melihat Juliana dua jam kemudian, tepatnya pukul 06.08, setelah menerima video yang menunjukkan kondisi korban.

Menurut penjelasan Manoel, Juliana sempat mengatakan kepada pemandu bahwa ia merasa lelah dan ingin beristirahat. Sang pemandu kemudian mempersilakannya duduk sejenak, lalu pamit untuk merokok selama lima hingga sepuluh menit. Ketika kembali, Juliana sudah tidak terlihat lagi.

“Peralatan satu-satunya yang mereka bawa hanya seutas tali. Mereka melemparkannya ke arah Juliana,” kata Manoel. Dalam keadaan panik, pemandu mencoba turun tanpa alat pengaman dengan mengikatkan tali ke pinggangnya.

Komentar pedas Manoel menuai berbagai reaksi dari netizen Indonesia. Banyak yang memberikan dukungan atas kehilangan yang dialami keluarga korban, namun tak sedikit pula yang memberikan kritik balik. Sejumlah netizen menyarankan agar keluarga melakukan introspeksi, terutama soal kesiapan Juliana sebelum melakukan pendakian.

Beberapa komentar di media sosial menyatakan bahwa perlengkapan pendakian yang lengkap dan sikap disiplin sangat penting untuk menjaga keselamatan diri sendiri. Ada juga yang mengakui bahwa pelayanan publik di Indonesia masih banyak kekurangan, tetapi tetap menekankan pentingnya tanggung jawab individu dalam aktivitas berisiko tinggi seperti pendakian gunung.

Peristiwa ini membuka mata banyak pihak tentang pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap manajemen risiko di lokasi-lokasi wisata alam, terutama yang berpotensi bahaya tinggi. Kejadian tragis yang menimpa Juliana Marins menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak—baik pemerintah, penyedia layanan wisata, maupun para pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com