news  

Alasan Diplomat Senior Mengucap Kematian Arya Daru Terkait Pekerjaan, Banyak Bahaya yang Mengancam

Alasan Diplomat Senior Mengucap Kematian Arya Daru Terkait Pekerjaan, Banyak Bahaya yang Mengancam

Kematian Arya Daru: Dugaan Terkait Profesi dan Kemungkinan Pembunuhan

Dari pengalaman puluhan tahun sebagai diplomat, Ple Priatna mengungkapkan bahwa kematian Arya Daru Pangayunan (39) kemungkinan berkaitan dengan pekerjaannya. Ia menilai, banyak profesi di bidang diplomatik yang sering kali terlibat dalam situasi berisiko.

Pekerjaan ini sering kali bersifat rahasia atau terbatas, dan dilakukan secara mandiri. Priatna menegaskan bahwa kondisi seperti ini sangat mungkin terkait dengan risiko yang dihadapi oleh para diplomat. “Kondisi ini yang menurut saya sangat berkaitan dengan pekerjaan. Apapun yang sedang ditangani atau tidak,” ujarnya dalam tayangan Metro TV.

Priatna juga setuju dengan pendapat anggota Komisi I DPR RI yang menyebut bahwa kematian Arya bukan hanya karena statusnya sebagai diplomat, tetapi juga sebagai pejuang kemanusiaan. Menurutnya, Arya telah aktif membela hak-hak Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri, termasuk masyarakat keturunan Indonesia yang hampir tidak memiliki kewarganegaraan atau stateless di Taiwan.

“Ada anak-anak 7 atau 8 yang tidak jelas orangtua tapi dia orang Indonesia. Dia (Arya) dengan timnya dari Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) membawa (anak-anak ini). Dia menarik jangan sampai stateless statusnya. Jadi kita ambil,” kata Priatna.

Ia percaya bahwa kematian Arya pasti memiliki motif dan keterkaitan dengan pekerjaannya. “Salah satu berkaitan dengan pekerjaan. Status dia sebagai ASN ataupun diplomat. Apalagi akhir bulan ini berangkat ke Helsinki. Semua ada rentetan dengan pekerjaan,” tambahnya.

Priatna menilai wajar jika kematian Arya ini mendapat perhatian publik, bahkan netizen membuat tagar @justiceforaryadaru. Menurutnya, ini adalah bentuk empati publik yang besar terhadap kasus yang dianggap tidak wajar dan mengenaskan.

Kemungkinan Terkait Pekerjaan dan Penyelidikan

Sebelumnya, mantan Kabareskrim Polri, Komjen Purn Ito Sumardi, menyampaikan dugaan bahwa kematian Arya bisa terkait dengan profesi. Ito menekankan bahwa di beberapa negara, WNI sering menjadi korban perdagangan orang (TPPO), yang memiliki jaringan dan sindikat kuat.

“Sering terjadi di beberapa negara, warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban TPPO. TPPO ini kan mereka punya jaringan, punya sindikat, ini tentunya akan menjadi salah satu objek daripada penyelidikan,” ujarnya.

Ito juga menyarankan agar penyelidik mempertimbangkan kemungkinan dari profesi korban. “Salah satunya dari profesi yang bersangkutan,” katanya.

Fakta Awal Kematian Arya Daru

Arya Daru Pangayunan ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025). Menurut keterangan kerabat korban, Iyarman Waruwu, kamar tersebut merupakan kos campuran.

“Pagi ini kami mendapatkan berita duka cita bahwa kerabat kami, Arya Daru Pangayunan, itu yang merupakan pegawai dari Kementerian Luar Negeri, ditemukan pada pagi hari ini dalam kondisi sudah tidak bernyawa di dalam kamar kosannya,” ujar Iyarman.

Menurut Iyarman, kepala Arya dililit lakban. “Tapi saya belum bisa memastikan lakbannya jenis apa, yang jelas itu warna kuning lakbannya, dan kemudian dalam posisi tidur telentang, kakinya ketekuk dan berada di bawah selimut,” tambahnya.

Polisi masih melakukan penyelidikan terkait kematian ini. Hasil awal menunjukkan adanya sidik jari korban pada lakban yang melilitnya. “Kalau dari olah TKP (tempat kejadian perkara) awal masih kelihatan sidik jari si korban itu,” terang Kapolsek Menteng Kompol Rezha Rahandhi.

Selain itu, polisi juga memeriksa CCTV di sekitar lokasi kejadian untuk mencari petunjuk lebih lanjut. “Sudah ada dua (CCTV) yang kita periksa, cuma masih belum, masih biasalah gambarannya,” ujar Rezha.

Analisis Kriminolog: Kecenderungan Pembunuhan

Kriminolog Haniva Hasna menyatakan bahwa kematian Arya Daru condong ke arah pembunuhan. Ia menjelaskan bahwa penggunaan lakban sangat jarang terjadi dalam kasus bunuh diri. “Korban akan menggunakan cara sangat cepat untuk mengakhiri hidupnya. Sementara kalau lakban dia harus menggunakan peralatan yang lebih lama dia kehilangan nyawanya dan membutuhkan keterampilan khusus,” ujarnya.

Haniva menyoroti bahwa penggunaan lakban bisa menunjukkan adanya sesuatu yang tidak lazim. “Lakban itu digunakan untuk menutup sesuatu atau membungkam sesuatu. Benarkah ini untuk membungkam diri sendiri, ketika dilakukan oleh korban itu sendiri. Atau oleh pelaku, dimana korban ini dianggap punya akses terhadap informasi sensitif karena dia profesinya seorang diplomat,” tambahnya.

Ia menyebut ada dua kemungkinan dari penggunaan lakban di mulut terhadap korban. Pertama, upaya untuk membungkam agar korban tidak boleh berteriak. Kedua, korban sudah terbunuh tetapi ada orang lain yang pura-pura merekayasa pembunuhan ini seolah-olah menjadi korban bunuh diri.

Analisis Lakban dalam Penyelidikan

Pengamat kriminalitas dan dosen purnabakti Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto, menyoroti pentingnya analisis lakban dalam penyelidikan. Menurutnya, posisi lakban pada wajah korban bisa menjadi petunjuk penting.

“Apalagi juga kita sudah menerima informasi bahwa pada lakban itu juga sudah ditemukan sidik jari. Jadi lakban ini akan menjadi kunci untuk mengungkap lebih jauh,” ujarnya.