news  

Aksi Merger Adira dan Mandala Finance di Tengah Lesu Pasar Otomotif

Aksi Merger Adira dan Mandala Finance di Tengah Lesu Pasar Otomotif



, JAKARTA –  PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau
Adira Finance
dan PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) atau
Mandala Finance
secara resmi telah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham untuk melanjutkan rencana penggabungan usaha, dengan Adira Finance sebagai entitas penerima penggabungan.

Rencananya, penggabungan ini ditargetkan berlaku efektif pada 1 Oktober 2025. Setelah penggabungan berlaku efektif, Adira Finance sebagai entitas penerima penggabungan akan memiliki total aset sebesar Rp38,4 triliun, dengan total pembiayaan yang dikelola mencapai lebih dari Rp62 triliun.

Perusahaan juga akan didukung oleh lebih dari 850 jaringan bisnis di seluruh Indonesia, serta melayani lebih dari 2,6 juta pelanggan aktif.

Dua perusahaan ini merupakan dua pemain pemain besar yang fokus pada pembiayaan kendaraan. Dari 146 perusahaan multifinance terdaftar OJK hingga Februari 2025, Adira Finance pada 2024 menjadi perusahaan dengan total pendapatan terbesar kedua dengan nilai Rp9,99 triliun, sedangkan Mandala Finance mengekor di posisi ke-14 dengan total pendapatan sebesar Rp2,37 triiun.

Secara aset, Adira Finance bertengger di posisi ke-5 perusahaan multifinance dengan aset terbesar dengan nilai Rp32,59 triliun. Sedangkan Mandala Finance ada di urutan ke-30 dengan aset sebesar Rp2,79 triliun.

Dua pemain besar di pembiayaan kendaraan ini melakukan merger di tengah lesunya pasar otomotif. Penjualan motor dalam periode Januari-Mei 2025 tercatat turun 2,4% YoY atau sebanyak 64.593 unit menjadi 2.595.303 unit, dibanding periode yang sama pada 2024 sebanyak 2.659.896 unit.

Sementara untuk mobil, dalam Januari-Mei 2025 total penjualan mobil wholesales turun 5,5% YoY menjadi 316.981 unit, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 335.405 unit. Penjualan mobil secara ritel juga susut 9,2% YoY menjadi 328.852 unit, dibandingkan 5 bulan pertama 2024 sebanyak 362.163 unit.

Dewa Made Susila, Chief Executive Officer Adira Finance, mengatakan saat ini 2/3 pembiayaan industri multifinance disumbang oleh pembiayaan kendaraan. Dengan demikian, jika pasar otomotif lesu maka dampaknya akan sangat terasa di industri multifinance. Di Adira sendiri, sebesar 70% pembiayaan merupakan pembiayaan otomotif.

“Karena kami besar, seluruh Indonesia akan terdampak kecuali kami main di

niche


market

. Kalau

niche market

ada segmen yang tidak kena, ya tidak akan kena. Tapi karena kita segmennya luas membiayai jutaan tiap tahun, dampak kelesuan pasar otomotif ini terasa,” kata Made dalam konferensi pers di Kantor Adira, Senin (30/6/2025).

Made mengatakan saat ini pihaknya pelan-pelan memperbaiki porsi pembiayaan nonotomotif. Strategi ini salah satunya dilakukan sebagai cara bertahan dan terus tetap tumbuh di tengah lesunya pasar otomotif.

Menurutnya, lesunya pasar otomotif saat ini juga dipengaruhi oleh melemahnya ekonomi dan daya beli masyarakat. Hal itu dibuktikan oleh data, bahwa bila dibedah lebih rinci ternyata penurunan pembiayaan industri paling besar adalah dari kendaraan komersial.

“Kalau kendaraan komersial itu turun paling tinggi, ini [kondisi] sekarang. Ini merefleksikan perlambatan efektivitas ekonomi,” tegasnya.

Kondisi Pasar Otomotif

Sementara itu, Sylvanus Gani, Chief of Financial Officer Adira Finance menjabarkan dalam periode Januari-Mei 2025, pembiayaan baru yang dicatatakan Adira Finance turut melambat sejalan melemahnya pasar otomotif.

“Adira menyalurkan pembiayaan Rp13,3 triliun selama lima bulan ini. Cukup besar terpengaruh penurunannya karena penurunan [penjualan] roda empat. Ini cukup signifikan menyebabkan penurunan pembiayaan,” ujar Gani.

Sementara itu, nilai saldo piutang yang dikelola Adira sampai dengan kuartal I/2025 tercatat sebesar Rp54 triliun. Angka ini juga terkoreksi tipis.

Jika menilik dari komposisi portofolio pembiayaan Adira, Gani merinci sebesar 30% pembiayaan saat ini pada roda empat, 45% pembiayaan roda dua, dan sebesar 25% pembiayaan non otomotif.

“Manfaat dari penggabungan [Adira dan Mandala] ini adalah diversifikasi portofolio. Adira mungkin akan membuat suatu komposisi segmen usaha lebih baik, tidak hanya besar di satu segmen saja,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Marketing dan Sales Mandala Finance Sandy Susanto mengatakan penurunan penjualan motor dalam lima bulan pertama 2025 memang menghambat laju pembiayaan kendaraan roda dua oleh perusahaan multifinance.

Namun, Mandala Finance tetap dapat menjaga pertumbuhan positif karena perusahaan telah melakukan strategi diversifikasi pembiayaan.

“Dengan adanya diversifikasi dari produk dan layanan yang ada di Mandala, so far sampai dengan Mei 2025 jika dibandingkan tahun lalu, Mandala Finance masih mencetak pertumbuhan positif single digit, dengan profit yang tumbuh 10% secara tahunan dibanding 2024,” ujar Sandy.