Terbentuknya ATRAKSI, Wadah Profesional untuk Seniman Tari dan Koreografer Indonesia
Setelah sekian lama menjadi wacana, Asosiasi Tari dan Koreografer Seluruh Indonesia (ATRAKSI) akhirnya resmi diluncurkan sebagai wadah profesional yang mewadahi para seniman tari dan koreografer dari berbagai daerah di Indonesia. Keberadaan ATRAKSI diharapkan dapat memperkuat posisi para pelaku seni tari dalam ekosistem industri pertunjukan yang semakin berkembang.
ATRAKSI hadir sebagai bentuk komitmen untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap profesi koreografer dan penari. Inisiatif ini juga didukung oleh pemerintah melalui kolaborasi lintas kementerian, termasuk Kementerian Ekonomi Kreatif dan Kementerian Kebudayaan. Selain itu, partisipasi BPJS Ketenagakerjaan juga sangat penting dalam memberikan perlindungan sosial bagi anggota asosiasi agar profesinya lebih terlindungi dari risiko pekerjaan yang ada.
Denny Malik, seorang koreografer senior yang turut serta dalam penggagas ATRAKSI, menyampaikan rasa syukurnya atas realisasi pembentukan asosiasi ini. Ia mengatakan bahwa setelah hampir 20 tahun menantikan kehadiran wadah seperti ini, akhirnya para penari dan koreografer Indonesia memiliki tempat yang bisa mewakili mereka.
“Saya bersyukur mendapat dukungan langsung dari Pak Yovie Widianto sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif. Kami butuh pemimpin yang mengerti dunia pertunjukan. ATRAKSI akan menjadi jalan untuk membangun sistem dan manajemen yang profesional agar karya tari Indonesia bisa mendunia,” ujarnya.
Lebih lanjut, Denny menekankan bahwa tari hari ini bukan lagi hanya sebagai latar dalam sebuah pertunjukan, tetapi sudah menjadi elemen utama. Oleh karena itu, profesionalisme dan perlindungan kerja menjadi hal yang tidak terpisahkan.
Ketua Umum ATRAKSI, Reza Muhammad, menyebut momen ini sebagai hasil dari perjuangan panjang. Ia merasa bangga atas terbentuknya ATRAKSI, yang menandai pengakuan terhadap profesi seni tari di era Presiden Prabowo. Reza berharap ATRAKSI dapat menjadi wadah yang mampu menghubungkan generasi dan genre yang berbeda, sehingga seluruh seniman tari dapat berkembang bersama tanpa adanya batasan.
Ari Tulang, seorang koreografer dan tokoh tari yang dikenal lintas disiplin, juga menekankan pentingnya ATRAKSI sebagai ruang komunikasi. Ia mengatakan bahwa kehadiran asosiasi ini memungkinkan para seniman tari dan koreografer saling berdiskusi dan berbagi ilmu.
“Adanya dukungan dari berbagai kementerian dan BPJS Ketenagakerjaan juga membuat kami merasa lebih dihargai dan dilindungi secara profesional,” tambahnya.
Dr. Rosmala Sari Dewi, M.Sn., Wakil Ketua Umum ATRAKSI, menyampaikan pandangannya mengenai perkembangan seni tari di Indonesia. Dirinya sangat bangga melihat seni tari berkembang pesat dan berkomitmen untuk mendukung potensi para penari dan koreografer Indonesia. ATRAKSI juga bertekad untuk mempromosikan kekayaan budaya tari Indonesia ke tingkat internasional.
Namun, meskipun ada progres, para seniman dari berbagai genre masih menghadapi tantangan. Mulai dari kesejahteraan yang belum layak, kurangnya perlindungan hukum, minimnya akses panggung untuk berkarya, hingga terbatasnya informasi dan penyuluhan di daerah karena kurangnya dukungan moril dan materiil.
“Bertemunya saya dengan Bapak Yovie membuka harapan baru, sebuah peluang kolaborasi dan komunikasi aktif dengan pemerintah. Ini adalah awal dari perjuangan yang lebih luas,” ujar Dr. Rosmala Sari Dewi.
Dengan semangat Lintas Generasi, Lintas Genre, ATRAKSI bertekad menjadi kekuatan kolektif yang menjembatani kepentingan seni, industri, dan kesejahteraan bagi para seniman tari dan koreografer Indonesia.