Jakarta – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menguraikan tiga opsi libur selama bulan Ramadan 2025 untuk siswa di seluruh Indonesia, menanggapi wacana yang telah beredar luas di kalangan masyarakat. Dalam konferensi pers yang diadakan hari ini, Mendikdasmen menekankan pentingnya keseimbangan antara pendidikan formal dan peningkatan spiritualitas selama bulan suci.
Opsi Pertama: Libur Penuh Selama Ramadan
Pertama, Mendikdasmen mengusulkan opsi libur sekolah selama satu bulan penuh selama Ramadan. Menurutnya, ini akan memberikan siswa waktu lebih banyak untuk fokus pada ibadah, seperti shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an, dan kegiatan spiritual lainnya. Namun, ia menambahkan bahwa pembelajaran tetap bisa dilakukan secara daring atau melalui kegiatan pesantren kilat yang diorganisir oleh sekolah atau komunitas lokal. “Ini adalah kesempatan untuk anak-anak memahami dan menghormati bulan suci lebih dalam,” ujar Abdul Mu’ti.
Opsi Kedua: Penyesuaian Jadwal dengan Libur Paruh Waktu
Opsi kedua yang dijelaskan adalah pengurangan jam sekolah atau penyesuaian jadwal. Di sini, sekolah akan tetap beroperasi tetapi dengan jam belajar yang lebih singkat, memungkinkan siswa untuk pulang lebih awal dan menghabiskan waktu lebih banyak untuk ibadah. Pendekatan ini dianggap lebih realistis bagi sebagian besar sekolah yang mungkin tidak mampu mengatur kegiatan belajar mengajar secara daring secara efektif. “Kami ingin memastikan bahwa siswa tetap mendapatkan edukasi akademik tanpa mengorbankan spiritualitas mereka,” jelas Mendikdasmen.
Opsi Ketiga: Libur Bertahap dengan Kegiatan Pendidikan AgamaTerakhir,
Opsi ketiga adalah libur selama beberapa hari tertentu di bulan Ramadan dengan sisipan kegiatan pendidikan agama. Ini bisa berupa libur di awal dan akhir bulan Ramadan, sementara di tengah bulan, sekolah tetap berjalan dengan fokus pada pelajaran agama dan moral. Mendikdasmen menjelaskan bahwa ini bisa menjadi solusi di mana siswa tidak kehilangan momentum belajar akademis sambil tetap mendapatkan manfaat spiritual dari Ramadan. “Kami mencari keseimbangan yang tepat antara pendidikan dan spiritualitas,” tambah Abdul Mu’ti.
Dalam kesimpulannya, Mendikdasmen menekankan bahwa keputusan akhir akan diambil setelah konsultasi lebih lanjut dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Agama, para pendidik, dan masyarakat. Ia juga meminta dukungan dan saran dari orang tua dan siswa untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang diterapkan benar-benar memberikan manfaat terbaik bagi peserta didik di masa Ramadan.