Seorang menteri terkemuka pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah Rinto Lestari Priansari Marsudi. Walaupun telah pensiun dari jabatan sebagai Menteri Luar Negeri, Retno tetap memiliki banyak kegiatan. Terlebih di hari libur, ia sering kali menjadi narasumber dalam diskusi tentang kesejahteraan rumah tangga.
Rekannya, Retno, ikut serta sebagai salah seorang pembicara dalam acara diskusi tentang kesehatan ibu dan anak yang digagas oleh Rumah Sakit Bunda Grup (BMHS) di Jakarta pada hari Sabtu tanggal 24 Mei. Beliau menggarisbawahi pentingnya fokus pada kesejahteraan ibu dan anak. “Pembahasan saya mencakup keseluruhan masalah terkait dengan kesehatan wanita dan balita,” jelas dia.
Dia menjelaskan statistik demografis pada tahun 2023, dimana wanita menyumbang 49% dari total penduduk global. Selebihnya adalah pria. Populasi anak-anak (berumur antara 0 sampai 14 tahun) berada di angka 26%. Hal ini cukup mirip dengan situasi di Indonesia yang memiliki proporsi wanita sebesar 49,8%, sementara jumlah anak-anak mencapai 24,4%.
Jadi jika kita membicarakan tentang ibu dan anak, mereka telah menjadi mayoritas,” katanya. Oleh karena itu, usaha untuk memelihara kesejahteraan anak-anak dan ibu amatlah penting. Sebab kekuatan suatu negeri berkaitan erat dengan keadaan sehat masyarakatnya. Kemudian, dengan merawat kesehatan para ibu dan anak, artinya sudah menjamin kesehatan lebih dari setengah penduduk.
Rekannya Retno menyebut bahwa di Indonesia terdapat berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan wanita dan anak. Salah satunya adalah tingkat mortalitas pada ibu hamil. Menurutnya, jumlah tersebut di negara ini mencapai 170 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan tujuan dalam program Sustainable Development Goals (SDGs) ditetapkan menjadi 70 kasus per 100.000 kelahiran hidup. “Perlu upaya ekstra agar dapat mereduksi angka tersebut,” ungkapnya.
Permasalahan lain yang dibahas adalah terkait dengan stunting. Menurut dia, tingkat stunting setiap tahun cenderung berkurang di Indonesia. Saat ini telah mencapai 19%. Namun, sasarannya masih belum tercapai yaitu sebesar 14%. Retno sekali lagi menganjurkan pentingnya kerjasama antar berbagai pihak dalam penanganan masalah tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Retno datang dalam posisi sebagai Komisaris Independen BMHS. Ia menyatakan bahwa untuk memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat, terutama wanita dan balita, diperlukan kerja sama antar berbagai pihak. Ini mencakup sinergi dari sektor swasta maupun pemerintahan. Pertemuan ini turut disertai oleh Komisarius Utama BMHS Ivan Rizal Sini, Direktur Utama BMHS Agus Heru Darjono, serta Chief Financial Officer BMHS Cuncun Wijaya.