Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang masih tinggi di kawasan pesisir barat Aceh sepanjang bulan Agustus 2025.
Petugas Stasiun BMKG Meulaboh–Nagan Raya, Almira Aprilianti, menyampaikan bahwa musim kemarau yang masih berlangsung menjadi penyebab utama meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut.
“Pada saat ini Aceh masih berada di masa kemarau. Kemungkinan terjadinya kebakaran lahan diperkirakan masih cukup besar hingga Agustus,” kata Almira di Aceh Barat, Selasa 19 Agustus 2025.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Ia menyampaikan, sedikitnya pembentukan awan serta kekuatan angin yang rendah menyebabkan cuaca terasa lebih panas dan suhu udara meningkat, khususnya di wilayah pesisir barat Aceh. Kondisi ini berpotensi memicu terjadinya kebakaran.
BMKG menghimbau masyarakat di Aceh Barat, Nagan Raya, dan sekitarnya agar tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar. Warga juga diminta lebih waspada, seperti tidak membuang tangan rokok sembarangan atau membakar sampah, karena dapat menyebabkan kebakaran pada musim kemarau ini.
Kebakaran Hutan: Ancaman Berbahaya Saat Musim Kemarau
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah bencana lingkungan yang sering kali mengancam Indonesia pada musim kemarau. Setiap tahun, beberapa daerah rentan seperti Sumatra, Kalimantan, serta sebagian wilayah Aceh kerap terkena karhutla yang dampaknya menyebar ke berbagai bidang seperti kesehatan, ekonomi, dan masyarakat.
Secara umum, kebakaran hutan dan lahan terjadi ketika tumbuhan di hutan atau area terbuka terbakar, baik disebabkan oleh faktor alami maupun ulah manusia.
Kebakaran kecil bisa dengan cepat berkembang menjadi api besar yang sulit dikendalikan, terutama dalam kondisi cuaca kering, angin kencang, dan suhu tinggi.
Penyebab Karhutla
Beberapa penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan antara lain:
Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan tanaman muda menjadi rentan terbakar.
Suhu atmosfer yang tinggi disertai dengan kelembapan yang rendah.
Sengatan petir di kondisi tertentu.
Kegiatan manusia, seperti membuka lahan dengan cara membakar, membuang tumpukan rokok sembarangan, atau pembakaran sampah yang tidak terkendali.
Kegiatan industri dan perkebunan yang merusak lingkungan.
Bukti menunjukkan bahwa lebih dari 90% kejadian kebakaran hutan di Indonesia diakibatkan oleh tindakan manusia, sementara penyebab alami hanya berkontribusi sedikit.
Dampak Karhutla
Kebakaran hutan menyebabkan dampak yang besar, bahkan melampaui batas negara, antara lain:
Lingkungan: penurunan keragaman hayati, kerusakan lingkungan hidup satwa liar, penurunan kualitas tanah, hingga gangguan pada sistem ekologis.
Kesehatan: kabut asap dapat menyebabkan penyakit ISPA, asma, serta gangguan pernapasan dan iritasi mata.
Ekonomi: kerugian dalam bidang perkebunan, kehutanan, pariwisata, serta gangguan pada penerbangan.
Sosial: kegiatan masyarakat terhenti, sekolah harus ditutup, yang berujung pada timbulnya konflik sosial.
Global: peningkatan emisi gas rumah kaca yang memperparah perubahan iklim.
Daerah Berisiko Kebakaran Hutan di Indonesia
Beberapa wilayah di Indonesia yang terkenal rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan meliputi:
Sumatra: Riau, Jambi, Sumatera Selatan.
Kalimantan: Barat, Tengah, dan Selatan.
Aceh: khususnya wilayah pesisir barat dan selatan.
Papua: terutama pada area gambut.
Lahan gambut menjadi salah satu sumber utama karena kemampuannya yang mudah terbakar ketika kering dan sulit diatasi saat terjadi kebakaran.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Menangani kebakaran hutan dan lahan membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, serta sektor swasta. Beberapa tindakan yang dilakukan antara lain:
Pencegahan
Sosialisasi tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat.
Patroli harian di area yang rentan terhadap kebakaran.
Pembuatan saluran atau bendungan air di lahan gambut.
Penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran lahan.
Penanggulangan
Penggunaan TNI, Polri, BPBD, dan Manggala Agni dalam upaya pemadaman.
Penggunaan alat pemadam kebakaran dengan metode water bombing menggunakan helikopter atau pesawat.
Sistem pendeteksi dini memanfaatkan gambar satelit dan sensor panas.
Mitigasi Jangka Panjang
Pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
Pendidikan bagi petani agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dalam menjaga kelestarian lingkungan.