.CO.ID –
Harga minyak global meningkat pada sesi perdagangan Kamis (29/5) dini hari, bergerak naik usai pengadilan dagang di AS mengeluarkan keputusan untuk mencegah tarif impor yang kontroversial oleh Presiden Donald Trump.
Sentiman pasar juga dipengaruhi oleh ancaman sanksi tambahan terhadap ekspor minyak Rusia serta rencana OPEC+ mengenai kebijakan produksinya untuk bulan Juli yang akan datang.
Melansir
Reuters
, harga minyak mentah Brent meningkat sebesar US$0,81 (1,25%) mencapai US$65,71 per barel sementara itu minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik US$0,83 (1,34%) hingga berada di posisi US$62,62 per barel pada pukul 01.02 GMT.
Mahkamah Perdagangan Internasional Amerika Serikat mengklaim bahwa Trump sudah melebihi batasan wewenangnya saat menerapkan bea masuk universal terhadap barang-barang yang diimpor dari negeri-negeri yang punya defisit dagang dengan AS.
Kebijakan ini memicu kembali sentimen berisiko di pasar global yang sebelumnya melemah karena ketakutan akanperlambatan ekonomi akibat kebijakan tariff.
“Saat ini, investor sedang menikmati istirahat dari ketidakstabilan ekonomi yang biasanya menjadi sumber kekhawatiran bagi mereka,” kata Matt Simpson, seorang analis dari City Index di Brisbane.
Fokus Pasar: Sanksi Terhadap Russia dan Kebijakan OPEC+
Dalam konteks pasokan, pasar sedang mempersiapkan diri untuk potensi hukuman sanksi tambahan dari Amerika Serikat yang ditujukan kepada minyak Rusia. Meski demikian, sampai saat ini, eksportir Rusia cukup tahan terhadap dampak embargo karena serangan di Ukraina.
Vivek Dhar dari Commonwealth Bank of Australia menyatakan, “Mustahil untuk mempercayai bahwa sanksi terbaru Amerika Serikat akan berdampak besar dalam pengurangan ekspor minyak Rusia.”
Pasarnya pun sedang mengawasi keputusan OPEC+ yang akan diambil minggu depan. Grup produsen tersebut kemungkinan besar dapat meningkatkan tambahan produksinya mulai bulan July nanti, sesuai dengan pemulihan permintaan global yang berlanjut.
Pada saat yang sama, Chevron sudah berhenti memproduksi minyak di Venezuela karena izin mereka dicabut oleh pemerintah Trump mulai bulan Maret. Sebelumnya, Chevron mendistribusikan hampir 290.000 barel per hari, melebihi satu pertiga total ekspor minyak di negara tersebut.
Prospek Singkatnya Tetap Optimis
“Data yang mencakup periode dari Mei sampai Agustus mengindikasikan adanya kecenderungan bullish, di mana permintaan diproyeksikan akan melebihi pasokan sebesar antara 600.000 hingga 700.000 barrel setiap harinya,” jelas Mukesh Sahdev dari Rystad Energy.
Pasar sedang mengantisipasi rilis laporan mingguan dari API dan EIA yang akan datang Jumat dini hari. Menurut survei Reuters, para analis menduga bahwa cadangan minyak mentah dan distilat di Amerika Serikat mungkin bertambah, sementara inventaris bahan bakar berbobot lebih rendah diproyeksikan untuk turun.
Akan tetapi, informan dari pasar mengindikasikan bahwa rilis pertama data API mencatat penurunan persediaan minyak dan bensin, sementara distilat meningkat, yang semakin mendukung optimisme tentang pergerakan harga.