news  

Ucapan Terakhir Prada Lucky untuk Ibu yang Menyentuh Hati, Kondisi Koma: Syalom Mama, Saya Rindu

Ucapan Terakhir Prada Lucky untuk Ibu yang Menyentuh Hati, Kondisi Koma: Syalom Mama, Saya Rindu

Ibu kandung Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Epi Sepriana Mirpey menyampaikan kemarahannya kepada Dansi Intel yang berusaha menutupi tindakan penganiayaan.

Prada Lucky meninggal dunia setelah menjadi korban penganiayaan oleh seniornya di Batalyon Infanteri TP 834/WM, Aeramo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.

Kematian Prada Lucky menyisakan luka paling dalam bagi orangtuanya. Ayah Lucky, Serma Christian juga menyimpan rasa benci terhadap 20 pelaku yang menganiaya anaknya.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Prada Lucky pernah menyampaikan bahwa ia menjadi korban kekerasan dari seorang senior di rumah sakit. Perihal ini ia sampaikan kepada dokter tersebut.

Setelah menjalani perawatan intensif selama empat hari, Prada Lucky meninggal dunia, tepatnya pada hari Rabu (6 Agustus 2025).

Prada Lucky mengalami cedera parah berupa memar, luka bacok, dan patah tulang yang menyebabkan ia jatuh ke dalam koma dan akhirnya meninggal.

Selain itu, ibu tersebut, Epi, mengungkapkan kemarahannya terhadap Dansi Intel yang menyembunyikan kondisi anaknya.

Sebelum meninggal, Prada Lucky sempat menghubungi ibunya dari RSUD Aeramo saat kondisinya sangat sakit. Suaranya lemah tetapi penuh rindu.

“Mama, mama, syalom mama, Lucky baik-baik saja. Mama bagaimana kabarnya? Saya rindu mama. Mama datang ke Nagekeo ya? Mama bulan depan akan datang ke sini dengan pesawat, nanti Lucky yang memesan tiket pesawat,” kata Epi meniru perkataan anaknya di rumah duka, Kuanino, Kota Kupang, Jumat (8/8/2025).

Pada masa itu, ibu tersebut tidak mampu menahan air matanya sambil terus bercerita hingga akhirnya ia bisa pergi ke Nagekeo untuk melihat kondisi anaknya di RSUD Aeramo Nagekeo, Flores.

Perbincangan tersebut terjadi setelah perjuangan panjang yang dilakukan ibu untuk meminta izin kepada atasan Lucky agar diperbolehkan berkomunikasi dengan anaknya.

Sebelumnya, Epi Sepriana mengatakan bahwa ia tidak menerima informasi apa pun mengenai kondisi anaknya yang sudah sakit dan sedang dirawat di rumah sakit.

“Saya menghubungi Dansi Intel, hanya untuk dibaca. Sampai saya memohon-mohon, saya berkata, tolong beri tahu kabar anak saya. Saya merasa pikiran saya sudah kacau,” katanya sambil menangis.

Dalam pernyataannya, Epi mengungkapkan bahwa keadaan Lucky mulai memburuk sejak berada di rumah pengasuhnya, Ibu Iren.

Tubuh Lucky penuh luka dan memar. Melalui panggilan video, Lucky sempat menyampaikan bahwa dirinya dianiaya dan dihukum dengan cambuk oleh sejumlah personel di unitnya.

Ia berkata, “Ibu saya dipukul, dihukum oleh Pak Mat dan Dasintel,” katanya seperti itu. Ia berkata, “Ibu tolong, ibu.” Saya meminta dia untuk berobat terlebih dahulu, namun tidak lama kemudian mereka menelepon lagi, mengatakan bahwa Lucky harus kembali ke Batalyon,” jelas Epi.

Setelah kembali ke Batalyon, keadaan Lucky diduga semakin memburuk. Ibu dari Lucky menduga anaknya kembali menjadi korban kekerasan.

“Mungkin mereka semakin memperparah perlakuan di sana. Itu yang membuat kondisinya semakin buruk. Saya tidak mengerti,” katanya dengan penuh kesedihan.

Epi mengatakan pihak Batalyon pernah menyembunyikan informasi mengenai keadaan anaknya. Ketika dia meminta penjelasan, seorang perwira intelijen menyatakan bahwa Lucky dalam kondisi baik-baik saja.

“Pasi Intel mengatakan anak saya dalam keadaan baik-baik saja, padahal kenyataannya dia sudah dalam kondisi koma di ICU. Mereka melakukan panggilan video, tetapi hanya menunjukkan wajah Pasi Intel saja. Dia mengatakan Lucky sedang beristirahat, padahal Lucky sudah koma,” kata Epi dengan penuh emosi.

Karena meragukan informasi tersebut, Epi langsung memesan tiket pesawat dan terbang ke Nagekeo pada Selasa, 5 Agustus 2025. Setibanya di RSUD Aeramo, ia segera pergi ke ruang ICU dan menemukan anaknya dalam kondisi tidak sadarkan diri.

“Saya bisikkan di telinganya, saya katakan, ‘Lucky, ibu datang, sayang. Ibu akan menjaga Lucky di sini.’ Dia langsung melawan saat mendengar suara saya,” kata Epi dengan suara lembut.

Dokter yang menangani Lucky menyampaikan bahwa prajurit tersebut mengalami gagal ginjal, paru-paru terisi cairan, serta luka memar di seluruh tubuhnya.

“Saya melihat semuanya dengan mata kepala sendiri. Bukti-bukti semua ada di tangan saya, seperti foto dan video, sudah saya kirimkan ke Intel dan Denpom,” ujar Epi.

Ia juga menyebut bahwa bukan hanya empat orang yang diduga sebagai pelaku, melainkan sampai 20 orang, termasuk anggota Bamak dan Dansi Intel. Nama Andre Manoklory disebut sebagai salah satu dari pelaku yang diduga meninju Lucky dengan selang.

Sekarang, ibu tersebut meminta agar semua pihak yang terlibat diteliti secara menyeluruh dan diberikan sanksi yang tegas. Ia mengharapkan Danrem Wirasakti Kupang hingga Panglima TNI turut campur dalam menangani kasus kematian anaknya.

Saya tidak ingin ada Prada Lucky yang lain. Jika dia gugur dalam pertempuran, saya bisa menerima. Tapi ini dia meninggal karena tangan rekan-rekannya sendiri. Saya tidak menyebut institusi, saya menyebut oknum yang keji!

Epi Sepriana juga berharap agar keadilan diwujudkan, pelaku diangkat dari jabatannya, dan peristiwa ini menjadi awal perubahan dalam penerapan disiplin di lingkungan TNI.

“Jangan sampai anak saya menderita lagi, jangan sampai saya sebagai seorang ibu merasakan penderitaan ini. Jangan biarkan ibu-ibu lain mengalami hal yang sama seperti yang saya alami hari ini,” ujarnya sambil menangis.

Masih dalam proses penyelidikan oleh Sub Denpom Ende, kasus ini akan terus dipantau oleh TribunFlores.com dan informasi terkini akan segera diumumkan seiring berjalannya proses hukum.

Nanti Diproses

Berdasarkan pernyataan Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 21/Komodo, Letkol Inf Agus Ariyanto, kasus tersebut saat ini sedang ditangani oleh penyidik Polisi Militer.

“Kita serahkan segalanya kepada penyidik yang terkait, yaitu Polisi Militer,” kata Agus, seperti dilaporkan Kompas.com, Kamis (7/8).

Agus menekankan bahwa penyelidikan dilakukan guna mengungkap kasus kematian Prada Lucky Namo, termasuk pelaku yang terlibat dalam kejadian tersebut. Hal ini dilakukan karena ada indikasi bahwa Prada Lucky meninggal akibat dihukum oleh senior.

Jika terbukti korban meninggal dunia akibat penganiayaan, pelaku akan ditangani sesuai dengan peraturan yang berlaku.

“Pasti akan ada proses selanjutnya,” katanya.

Kepala Kompi (Danki) dari satuan tempat Prada Lucky bertugas, Rahmat tidak ingin memberikan komentar karena bukan kewenangannya.

“Jika terkait benar tidaknya adanya tindakan penganiayaan, saat ini masih dalam proses penyelidikan oleh Sub Denpom Ende, sehingga belum ada hasilnya, jadi saya tidak berani mengeluarkan pernyataan,” katanya, dikutip dari Pos-Kupang.com.

Namun demikian, ia memastikan bahwa kasus kematian Prada Lucky sedang diteliti oleh Sub Denpom Ende.

Mengenai kasus kematian almarhum, saat ini masih dalam proses penanganan oleh Sub Denpom Ende karena komandan batalyon sedang tidak berada di lokasi. Oleh karena itu, saya tidak dapat memberikan pernyataan lebih lanjut, bukan karena tidak mampu, tetapi prosesnya saat ini sudah ditangani oleh Sub Denpom Ende,” tegasnya.

Di sisi lain, Kapenrem 161/Wira Sakti Mayor Inf. I Gusti Komang Surya Negara mengakui sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.

Ia masih belum mampu memberikan komentar banyak mengenai kematian Prada Lucky.

“Kami masih dalam proses,” katanya singkat, dilaporkan dari Pos-Kupang.com.

Beredar Kronologi

Sebelumnya, tersangka pelaku penganiayaan terhadap Prada Lucky Namo, Tabakpan 2.2 Ru 3 Ton 1 Kipan A Yonif TP 834/WM NRP 1725104030035583 di Marshalling Area Yonif TP 834/WM, Aeramo, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur ternyata diduga berjumlah 20 orang.

Akibat perlakuan kekerasan tersebut, Prada Lucky sempat menjalani perawatan intensif di RSUD Aeramo karena mengalami luka potongan dan memar di berbagai bagian tubuh hingga akhirnya meninggal dunia pada Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 11.23 WITA.

Angka para tersangka ini terungkap dalam laporan yang disampaikan kepada Asintel Kasdam IX/Udayana, yang kini tengah viral di media sosial.

Danki C Yonif 834/WM, Lettu Inf Rahmat yang dikonfirmasi oleh TribunFlores.com, Jumat (6/8/2025) pagi mengenai laporan tersebut kini menjadi viral di media sosial, menyebut bahwa saat ini Sub Denpom Ende masih melakukan penyelidikan terhadap kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan Prada Lucky Namo.

“Masih dalam pemeriksaan,” ujar Lettu Inf Rahmat singkat.

Ia juga menyebut bahwa belum dapat memberikan penjelasan lebih rinci karena saat ini dirinya masih berada di Markas Sub Denpom Ende dalam rangka penyelidikan terkait kematian korban.

Chronology of the alleged abuse case based on a report to Asintel Kasdam IX/Udayana, which is now widely circulating on social media, began when Staff-1/Intel conducted an examination of Prada Lucky Chepril Saputra Namo who was suspected of having a sexual deviation (LGBT) on Sunday, July 27, 2025 at 21:45 WITA.

Sayangnya, dalam laporan tersebut tidak secara jelas dijelaskan perilaku penyimpangan seksual (LGBT) yang dilakukan almarhum Prada Lucky Namo.

Esok harinya, Senin, 28 Juli 2025 sekitar pukul 06.20 WITA, Prada Lucky Chepril Saputra Namo melarikan diri saat mendapat izin ke kamar mandi untuk buang air besar. Kejadian ini diketahui oleh anggota Staf Intel, Serda Lalu Parisi Ramdani saat sedang memeriksa kamar mandi. Setelah mengetahui bahwa juniornya kabur, Serda Lalu Parisi Ramdani kemudian memberitahukan kejadian tersebut kepada Sertu Thomas Desambris Awi.

Kira-kira pukul 09.25 WITA pada hari yang sama, Serda Lalu Parisi Ramdani memberitahukan kejadian mengenai kaburnya Prada Lucky Chepril Saputra Namo kepada Danki A, Lettu Inf Ahmad Faisal, selanjutnya Danki A memerintahkan anggota Kipan A untuk melakukan pencarian di sekitar area Pelabuhan, arah kota, serta beberapa lokasi yang pernah dikunjungi oleh Prada Lucky.

Kira-kira pukul 10.45 WITA, Prada Lucky ditemukan di rumah seorang warga bernama Ibu Iren, yang merupakan ibu asuh dari Prada Lucky Chepril Saputra Namo. Setelah diketahui keberadaannya, Prada Lucky dibawa kembali ke Marshalling Area oleh Sertu Thomas Desambris Awi, Sertu Daniel, Serda Lalu Parisi S. Ramdani, dan Pratu Fransisco Tagi Amir.

Kira-kira pukul 11.05 WITA, Prada Lucky kembali menjalani pemeriksaan di kantor Staf-1/Intel. Pada saat itu tiba-tiba datang beberapa senior Prada Lucky yang membawa selang dan secara bergantian memukulinya.

Kira-kira pukul 23.30 WITA, Danyonif TP/834, Letkol Inf Justik Handinata menginstruksikan Danki C Yonif 834/WM, Lettu Inf Rahmat untuk datang ke kantor Staf-1/Intel agar memberi perintah kepada bawahannya agar tidak melakukan tindakan pemukulan serta menekankan bahwa tidak boleh ada kekerasan dalam mendidik junior.

Prada Lucky bersama rekan satu kesatuan Prada Ricard Junimton akhirnya menjalani hukuman di kamar tahanan di pos jaga kamp.

Dua hari kemudian, tepatnya pada hari Rabu, 30 Juli 2025 sekitar pukul 01.30 WITA, empat anggota Batalyon TP 834/WM Nagekeo, yaitu Pratu Petris Nong Brian Semi, Pratu Ahmad Adha, Pratu Emanuel De Araojo, dan Pratu Aprianto Rede Raja pergi ke rumah jaga kesatrian tempat Prada Lucky dan Prada Ricard Junimton tinggal serta melakukan pukulan terhadap keduanya dengan tangan kosong.

Tiga hari setelahnya, tepatnya pada hari Sabtu, 02 Agustus 2025 sekitar pukul 09.10 WITA, Prada Ricard Junimton Bulan mengalami demam sedangkan Prada Lucky Chepril Saputra Namo mengalami muntah-muntah sehingga keduanya dibawa ke Puskesmas Kota Danga untuk menjalani pemeriksaan.

Setelah pemeriksaan tersebut, Prada Ricard Junimton diperbolehkan pulang, sementara Prada Lucky Namo harus dirujuk ke RSUD Aeramo karena kadar Hemoglobin (Hb) yang rendah. Setelah menerima perawatan, keesokan harinya, tepatnya pada hari Minggu, 03 Agustus 2025, kondisi Prada Lucky Namo dilaporkan mulai membaik setelah ditangani oleh dokter di rumah sakit tersebut.

Prada Lucky sempat tertawa dan berbincang dengan Ibu Iren, yang dikenal sebagai ibu asuhnya, saat ia datang mengunjungi Prada Lucky di RSUD Aeramo pada hari Senin, 04 Agustus 2025 sekitar pukul 19.00 WITA hingga pukul 21.30 WITA.

Ibu Iren sempat memberikan dukungan kepada anak didiknya tersebut dan pernah memberinya makan Prada Lucky Namo.

Sayangnya, sekitar pukul 23.30 WITA, keadaan Prada Lucky Namo memburuk sehingga dia dipindahkan ke ruang ICU. Bahkan, alat bantu pernapasan dipasang untuk membantu pernapasan Prada Lucky pada Selasa, 05 Agustus 2025 sekitar pukul 04.47 WITA.

Selanjutnya, personel yang terlibat dalam pukulan terhadap Prada Lucky Chepril Saputra Namo antara lain:

Pemukulan mengunakan selang:

a. Letnan Infanteri Thariq Singajuru

b. Sertu Rivaldo Kase

c. Sertu Andre Manoklory

d. Sertu Defintri Arjuna Putra Bessie

e. Serda Mario Gomang

f. Pratu Vian Ili

g. Pratu Rivaldi

h. Pratu Rofinus Sale

i. Pratu Piter

j. Pratu Jamal

k. Pratu Ariyanto

l. Pratu Emanuel

m. Pratu Abner Yetersen

n. Pratu Petrus Nong Brian semi

o. Sersan Emanuel Nibrot Laubura

p. Pratu Firdaus

2. Pemukulan dengan tangan:

a. Pratu Petris Nong Brian Semi

b. Pratu Ahmad Adha

c. Pratu Emiliano De Araojo

d. Pratu Aprianto Rede Raja

Saat ini Staf-1/Intel Yonif 834/WM sedang melakukan pemeriksaan terhadap anggota yang diduga terlibat dalam kasus penganiayaan yang mengakibatkan kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo.

Sebelumnya dilaporkan, sehari setelah kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo, tim Batalyon TP 834/WM Nagekeo berhasil menemukan para tersangka yang diduga melakukan penganiayaan terhadap prajurit TNI AD tersebut.

Kepala Kompi (Danki) C Yon TP 834/WM, Lettu Inf Rahmat mengungkapkan, setelah melakukan pemeriksaan lokasi kejadian, timnya berhasil menemukan keterlibatan empat anggota Batalyon TP 834/WM Nagekeo yang berpangkat Pratu dan juga merupakan teman korban.

Setelah melakukan pemeriksaan di lokasi kejadian, tim berhasil menemukan empat orang yang diduga bertanggung jawab atas pemukulan terhadap almarhum Prada Lucky. Keempat tersangka tersebut memiliki pangkat Pratu, kata Lettu Inf Rahmat, pada hari Kamis (7/8/2025).

Lettu Rahmat juga menyebutkan bahwa keempat tersangka pelaku saat ini telah ditahan di Sub Denpom Ende untuk menjalani pemeriksaan.

(*/)

Artikel sudah tayang di tribun-flores

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti pula informasi lainnya diFacebookInstagram , Twitter dan WA Channel