JAKARTA, Munculnya kelompok yang jarang membeli (rojali) dan kelompok yang hanya bertanya (rohana) di berbagai pusat perbelanjaan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Kedua istilah tersebut menggambarkan tindakan konsumen yang datang ke pusat perbelanjaan secara jumlah besar, namun hanya berjalan-jalan atau bertanya tanpa melakukan pembelian.
Ekonom dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada Triwulan I 2025 tidak akan melebihi pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2024 yang mencapai 5,08 persen. “Saya perkirakan pada Triwulan I 2025, perekonomian kita akan tumbuh antara 4,6 hingga 4,8 persen,” katanya saat dihubungi., Senin (4/8/2025).
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Penghambatan pertumbuhan ekonomi di semester pertama tahun ini terjadi akibat tidak adanya aktivitas pemilihan umum.
Pada periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 5 persen karena didukung oleh pemilu yang menyebabkan banyak dana dialokasikan untuk kampanye.
Selain itu, penurunan aktivitas ekonomi juga terlihat dari realisasi penerimaan pajak dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) yang mengalami penurunan sebesar 19,7 persen atau senilai Rp 267,27 triliun pada Semester I 2025.
“Belum lagi tren rojali-rohana, penurunan saldo tabungan, kenaikan pinjaman online, serta indeks PMI di bawah 50 dalam beberapa bulan terakhir. Semua ini menunjukkan perlambatan kegiatan ekonomi,” tambahnya.
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menyatakan bahwa fenomena rojali dan rohana menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih lemah.
“Karena kondisi ekonomi yang memburuk, semakin banyak masyarakat yang datang ke mal hanya untuk melihat barang atau sekadar berjalan-jalan, tetapi tidak melakukan pembelian,” kata Bhima kepada, Senin.
Akibatnya, dengan melemahnya daya beli masyarakat, ia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II 2025 hanya akan berada dalam kisaran 2,5 hingga 4,7 persen.
Mengingat pengeluaran rumah tangga memberikan kontribusi lebih dari 50 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada Kuartal I 2025, misalnya, pengeluaran rumah tangga berkontribusi sebesar 2,61 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2025 yang mencapai 4,87 persen. “Karena tidak ada lagi faktor musiman setelah Lebaran. Daya beli sedang menurun, PMI Manufaktur juga mengalami kontraksi, sementara ekspektasi lapangan kerja melemah,” katanya.
Bahkan, penurunan ekonomi ini, menurut Bhima, masih akan berlanjut pada Kuartal III dan IV 2025 karena sektor industri sedang bersiap melakukan penghematan besar-besaran akibat tarif balasan Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya impor barang dari AS yang bisa dikenakan pajak impor 0 persen.
“Kita berada pada perfect storm, badai yang sempurna baik dari segi eksternal maupun internal. Kuartal III dan IV kemungkinan akan lebih berat,” katanya.