news  

BNPB: Gunung Lewotobi Berbahaya

BNPB: Gunung Lewotobi Berbahaya

.CO.ID, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, untuk memastikan seluruh penduduk keluar dari kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Lewotobi Laki-laki setelah erupsi besar yang terjadi pada Jumat (1/8) malam. Kepala BNPB Suharyanto menyampaikan, hingga saat ini masih ada warga Desa Boru yang tidak bersedia meninggalkan wilayah KRB.

Suhariyanto menyampaikan, aktivitas vulkanik gunung terus meningkat dan tingkatannya tetap berada pada Level IV atau Siaga.

Support kami, ada hadiah spesial untuk anda.
Klik di sini: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

“Gunung ini sudah tidak aman. Seluruh penduduk harus meninggalkan kawasan KRB, tidak boleh ada yang kembali ke desa asalnya,” tegas Suharyanto dalam rapat tertutup bersama Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Sabtu (2/8/2025).

BNPB juga mendorong percepatan pembangunan rumah sementara (huntara) tahap III agar para pengungsi secepatnya dapat dipindahkan dari tenda darurat. Dari target sebanyak 100 unit kopel huntara, sudah sebanyak 68 unit selesai dibangun.

BNPB berharap seluruh masyarakat yang terkena dampak dapat mulai tinggal di hunian sementara pada pertengahan Agustus 2025 untuk menghindari ancaman bahaya lanjutan akibat aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki.

Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Sejak awal tahun 2024, Gunung Lewotobi Laki-laki telah enam kali berada dalam status Awas. Gunung yang memiliki ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut ini dikenal dengan sifat erupsinya yang eksplosif, serta risiko erupsi magmatik yang dapat mengakibatkan aliran lava dan awan panas jatuhan.

Letusan pada hari Jumat (1/8) merupakan salah satu yang terbesar sepanjang tahun ini. Kolom abu mencapai ketinggian 18 kilometer dari puncak kawah, diikuti oleh letusan berikutnya beberapa jam kemudian dengan ketinggian kolom sekitar 10 kilometer. Kegiatan ini memberikan dampak yang luas hingga wilayah selatan Nusa Tenggara Timur.