Pura Mangkunegaran Solo: Petualangan Sejarah dengan Tip Mengunjungi Unik

Pura Mangkunegaran Solo: Petualangan Sejarah dengan Tip Mengunjungi Unik

Kota Solo menyimpan sejumlah tempat wisata menarik yang patut didatangi, termasuk Pura Mangkunegaran. Istana bersejarah ini merupakan simbol budaya yang letaknya ada di pusat kota Solo tepatnya di Jalan Ronggowarsito, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Bukan cuma sebagai tempat pariwisata, Pura Mangkunegaran pun berperan penting dalam menjaga warisan seni, budaya, serta arsitektur khas Pulau Jawa. Bagaimana asal-usul dan ciri khususnya? Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Istana Mangkunegaran dirancang dan dipbangun oleh Pangeran Samber Nyawa

Kehadiran Pura Mangkunegaran dimulai ketika terjadi keresahan di dalam Kerajaan Mataram Islam karena campur tangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Kondisi ini mendorong Raden Mas Said untuk memimpin pemberontakan melawan VOC, yang pada gilirannya menimbulkan Penyepakatan Salatiga. Kesepakatan itu sukses membawa damai ke keriuhan yang ada di Kerajaan Mataram Islam.

Pada tanggal 17 Maret 1757, tepatnya pada hari Sabit Legi dan 5 Jumadil Awal tahun Alip Windu Kuntara ke-1638 menurut kalender Jawa, dicapailah suatu persetujuan besar lewat Perjanjian Salatiga. Dalam perjanjian tersebut dibuat Prabuku Mangkunegaran yang dikendalikan oleh Raden Mas Said. Lalu ia menerima penghargaan berupa gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara Senopati Ing Ayudya Sudibyo Ngrangga, seorang penguasa yang lebih dikenali sebagai Pangeran Samber Nyawa.

Berbekal kehadiran Praja Mangkunegaran, posisi Raden Mas Said secara otomatis tertransformasi menjadi Pangeran Miji atau Adipati Anom (adipati junior). Gelar Pangeran Miji atau Adipati merujuk pada derajat di bawah Putra Mahkota dengan gelar Adipati Anom yang diberikan kepada pangeran adipati junior. KGPAA Mangkoenagoro I mendapat wewenang atas lahan seluas 4.000 cacah mencakup wilayah seperti Gunung Kidul, Nglaroh, Kaduang, Matesih, Haribaya, Wiroko, Honggobayan, Sembuyan, bagian utara dan selatan Pajang, serta Kedu.

Mangkunegaran berstatus sebagai kadipaten atau daerah otonom sampai Peristiwa Revolusi Sosial di Surakarta (1945-1950) terjadi. Acara tersebut mengubah situasi sehingga Mangkunegaran tak lagi bertindak dalam urusan administratif pemerintahan. Akan tetapi, institusi ini masih melanjutkan perannya di sektor sosial, budaya, serta aspek-aspek lain diluar wilayah pemerintahan.

2. Ciri khas yang terdapat di Pura Mangkunegaran

Sebagai tempat wisata di kota Solo, Pura Mangkunegaran menawarkan daya tarik unik yang menjadikannya tujuan favorit untuk para pelancong. Berikut beberapa ciri istimewanya:


  • Jenang Suran

Jenang Suran adalah makanan istimewa dari Pura Mangkunegaran yang disajikan dalam bentuk bubur lengkap dengan pelengkap aneka lauk dan sayuran. Hidangan ini baru tersedia ketika memasuki bulan Sura, lebih spesifik di malam hari pertama bulan tersebut. Budaya bagi-bagi Jenang Suran sudah diteruskan sejak pemerintahan KGPAA Mangkoenagoro VI dan bertujuan untuk mengekspresikan rasa bersyukur atas kelancaran kehidupan selama setahun terakhir.


  • Apem khas Mangkunegaran

Apem adalah makanan ringan tradisional yang dihasilkan dari campuran tape ketela pohon, tepung beras, gula, santan, serta sejumput garam. Spesialitas Apem milik Keraton Mangkunegara berbeda dari jenis apem lain karena memakai tape ketela pohon yang diproduksi secara manual; biasanya dikenal sebagai proses pembuatan dalam bahasa Jawa.
diuleni
Proses pembuatan apem ini dilakukan secara turun-temurun dengan menggunakan tungku, hasilnya adalah apem yang matang sempurna dengan tekstur yang lembut. Kue apem melambangkan kesetiaan serta pengabdian pegawai istana kepada Pura Mangkunegara.


  • Pura Mangkunegaran mempunyai variasi tari tradisional

Pura Mangkunegaran dikenal sebagai salah satu lokasi utama untuk melestarikan warisan budaya. Ini tercermin pada sejumlah tarian yang ditampilkan di sana, termasuk Beksan Bedhaya Bedhah Madiun, Beksan Bedhaya Ladrang Mangungkung, serta Beksan Gatot Kaca Dadung Awuk. Semua tarian itu diketahui mencirikan gaya Mangkunegaran berkat keunikannya masing-masing.


  • Batik khas Mangkunegaran

Mengenai batik unik dari Pura Mangkunegaran, daya tarik utama terletak pada polanya yang rumit dan beragam dibandingkan jenis batik lain seantero Pulau Jawa. Warna-warni paduan tersebut menunjukkan suasana enerjik dan hidup layaknya emas muda, cokelat soga, biru laut, serta hijau daun.


  • Koridor Ngarsopuro

Lokasi ini merupakan salah satu destinasi terkenal baik dalam lingkungan kompleks Pura Mangkunegaran maupun seluruh kota Solo. Nama Ngarsopuro diperoleh dari perkumpulan dua kata yakni ‘ngaros’ yang artinya awal atau depan, serta ‘puro’, yang merujuk pada istana; alasannya adalah posisinya tepat di hadapan Pura Mangkunegaran. Situs ini berlokasi di Jalan Diponegoro, Surakarta. Pengunjung dapat menjelajahi daerah tersebut dengan melangkah secara perlahan.


  • Masjid Al-Wustho Mangkunegaran

Masjid Al-Wustho Mangkunegaran adalah tempat ibadah tertua yang terletak di dekat kompleks Pura Mangkunegara. Pembangunan masjid dimulai tahun 1878. Awalnya, Masjid Al-Wustho Mangkunegaran hanya digunakan oleh anggota keluarga kerajaan. Akan tetapi, sejak tahun 1924, masjid tersebut sudah buka bagi masyarakat luas serta menjadi pilihan utama bagi pengunjung Muslim ke Pura Mangkunegara.


  • Ponten Mangkunegaran

Kamar Mandi Umum Mangkunegaran adalah sebuah bangunan yang dipersembahkan oleh KGPAA Mangkoenagara VII. Fungsinya mencakup area untuk mandi, cuci, dan buang air besar (MCK) bagi pegawai kerajaan Mangkunegara serta warga di lingkungan tersebut. Konstruksi Ponten Mangkunegaran dimulai tahun 1936 dan kemudian dinobatkan sebagai situs warisan budaya pada tahun 2013.


  • Restoran Pracima Tuin

Restoran ini menawarkan keseruan berkesenian Jawa dalam setiap aspeknya mulai dari makanannya hingga penataannya. Semua elemen di sini dipenuhi oleh ciri khas budaya Jawa.

Keunikan dan daya tarik tersendiri dari kunjungan ke Pura Mangkunegaran terletak pada kesempatan untuk menyaksikan kumpulan barang-barang bernilai sejarah yang telah dihimpun sejak tahun 1926.

3. Ketentuan Kunjungan dan Harga Tiket Masuk ke Pura Mangkunegaran

Meskipun merupakan tempat pariwisata terbuka untuk publik, Pura Mangkunegaran mengadopsi peraturan khusus untuk para tamunya.


Aturan berkunjung:

  • Menuliskan ucapan di buku kunjungan kantor wisata Mangkunegaran;
  • Menggunakan pakaian yang sopan;
  • Pengunjung tidak boleh memakai batik dengan motif parang atau lereng;
  • Pengunjung tidak boleh memakai baju dari kain beludru.
  • Harus menyingkirkan sendal atau sepatu saat masuk ke wilayah Pendhapa Ageng dan Pringgitan;
  • Pengunjung dilarang menggunakan monopod atau tripod di area Pura Mangkunegaran.

Tiap pengunjung boleh mengelilingi zona Pura Mangkunegaran serta lingkarannya dengan dibimbing oleh sang pemandu wisata yang bakal menerangkan aspek historis dari lokasi tersebut.


Jadwal kunjungan:

  • Senin hingga Minggu dari jam 08:00 s.d. 14:30 WIB
  • Senin hingga Jumat dimulai dari jam 08:00 sampai dengan 14:00 WIB

Biaya masuk ke Pura Mangkunegaran sebesar Rp30.000 bagi pengunjung dalam negeri danRp50.000untuk turis manca negara. Karcis tersebut dapat dibeli melalui loket yang tersedia atau secara online.
online
.

Tempat yang ideal untuk mengeksplor sejarah kemakmuran dahulu adalah Pura Mangkunegaran. Benar sekali, saat ini lokasi tersebut telah menjadi atraksi turis utama di Jawa Tengah, terutama di kota Surakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com