news  

Ucapan Guru Diduga Bully Siswa SMAN 6 Garut, Kepala Sekolah Dinonaktifkan

Ucapan Guru Diduga Bully Siswa SMAN 6 Garut, Kepala Sekolah Dinonaktifkan

Peristiwa Bullying yang Menyebabkan Kematian Siswa SMAN 6 Garut

Seorang siswa SMAN 6 Garut berinisial P, yang berusia 16 tahun, diduga mengakhiri hidupnya setelah menjadi korban bullying. Kejadian ini menimbulkan kecaman dari masyarakat dan pihak terkait, termasuk kepala sekolah yang akhirnya dinonaktifkan.

Orang tua korban, Fuji Lestari, mengungkap bahwa anaknya tidak hanya dibully oleh teman-temannya tetapi juga oleh guru. Ia menyampaikan bahwa ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh guru tersebut sangat memengaruhi psikologis putranya hingga membuatnya nekat melakukan tindakan ekstrem.

Menurut informasi yang diberikan oleh Fuji, peristiwa bullying terjadi sejak hari pertama masuk sekolah setelah liburan, yaitu Senin (14/7/2025). Anaknya dituduh melaporkan temannya yang menggunakan vape di kelas, sehingga membuatnya dikucilkan oleh teman-temannya.

Fuji mengatakan bahwa perubahan perilaku anaknya mulai terlihat pada Desember 2024. Anaknya menjadi lebih tertutup dan jarang berbicara. Ia sempat ingin ikut program Barak Militer Dedi Mulyadi, namun tidak tahu bagaimana cara mendaftar.

Setelah melihat perubahan yang terjadi, Fuji mengajak anaknya untuk konsultasi dengan psikolog. Ia menyatakan bahwa anaknya mulai membaik dalam dua minggu terakhir. Bahkan, ia beli buku sendiri untuk persiapan sekolah.

Namun, pada pagi hari Senin, P ditemukan sudah meninggal tergantung di depan kamarnya. Hal ini mengejutkan keluarga dan menimbulkan rasa sedih serta kekecewaan.

Perlakuan Tidak Mengenakkan dari Guru

Fuji mengungkap bahwa anaknya juga dipojokkan oleh guru-guru di sekolah. Salah satu guru yang terlibat adalah wali kelasnya, Yulia. Ia sering mempermalukan P di depan kelas dengan ucapan seperti “Itu Pria mah gak diurus sama orang tuanya”. Ucapan ini disampaikan di depan kelas saat pelajaran berlangsung.

Selain itu, ada guru lain yang menyebut P sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK) karena tidak bisa mengerjakan tugas. Ucapan ini berasal dari guru Fisika. Menurut Fuji, hal ini sangat menyakitkan bagi anaknya.

Pernah juga, P dipermalukan di depan kelas dan dianggap sebagai contoh buruk. Ia sering dimarahi dan dianggap salah dalam segala hal. Meskipun secara akademis, nilai anaknya telah menunjukkan peningkatan, pihak sekolah tetap memperlakukan P secara tidak adil.

Penonaktifan Kepala Sekolah

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi memutuskan untuk menonaktifkan sementara kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi. Keputusan ini diambil setelah tidak tercapainya rekonsiliasi antara pihak sekolah dan keluarga korban.

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh kepala sekolah, wali kelas, guru BK, guru kimia, dan guru fisika, Dedi Mulyadi menyatakan bahwa kedua belah pihak merasa benar. Oleh karena itu, pihaknya memutuskan untuk melakukan investigasi lebih lanjut.

Dedi Mulyadi menugaskan kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Barat untuk melakukan pendalaman terkait kejadian ini. Tujuannya adalah mencari titik masalah dan memastikan proses yang transparan.

Penjelasan Kepala Sekolah

Sebelumnya, kepala sekolah SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah bahwa kematian P disebabkan oleh bullying. Ia menyatakan bahwa peristiwa bullying tidak pernah terjadi. Ia menjelaskan bahwa P tidak naik kelas karena memiliki tujuh mata pelajaran yang nilainya di bawah KKM.

Pihak sekolah telah memberitahukan kepada orang tua siswa tentang kondisi akademik anaknya. Namun, setelah itu, status anaknya berubah menjadi “nasib malang di sekolah” tanpa penjelasan jelas.

Dadang juga menyatakan bahwa pihak sekolah menawarkan opsi lain agar anaknya bisa naik kelas, yaitu pindah ke sekolah lain. Namun, tidak ada komunikasi lanjutan terkait opsi tersebut.

Peringatan

Berita ini tidak dimaksudkan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan mengakhiri hidup. Jika pembaca mengalami gejala depresi atau berpikir untuk melakukan tindakan serupa, segera kunjungi pusat kesehatan mental atau psikiater.