news  

MPLS, Pengganti MOS yang Tidak Lagi Serupa Perpeloncoan

MPLS, Pengganti MOS yang Tidak Lagi Serupa Perpeloncoan

Peran Orang Tua dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) 2025

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengajak para orang tua untuk turut serta dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2025–2026. Ia menekankan pentingnya kehadiran orang tua di hari pertama sekolah sebagai bentuk dukungan moral dan emosional bagi anak yang memasuki jenjang pendidikan baru. “Kehadiran orang tua sangat berpengaruh dalam membantu anak merasa lebih nyaman dan siap menghadapi lingkungan baru,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa MPLS 2025 dirancang untuk menciptakan budaya sekolah yang ramah. Dengan penambahan materi seperti penguatan pendidikan karakter, pencegahan kekerasan, bahaya narkoba, dan kesadaran terhadap risiko judi online, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman positif kepada siswa baru.

Apa Itu Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)?

MPLS adalah kegiatan orientasi yang dilakukan oleh sekolah untuk siswa baru sebelum proses belajar mengajar dimulai. Tujuan utamanya adalah membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, memahami tata tertib, sistem evaluasi, dan fasilitas yang tersedia. Selama MPLS, siswa diperkenalkan dengan guru, pengurus OSIS, serta staf seperti penjaga kantin dan petugas keamanan.

Berbagai aktivitas dilakukan selama MPLS, termasuk pengenalan materi sosial, aktivitas outbound, hingga kompetisi olahraga antar kelas. Kegiatan ini juga bertujuan untuk membantu siswa merasa lebih nyaman dan mengenal lingkungan sekolah secara baik, sehingga mampu mengikuti pembelajaran secara optimal.

Sejarah dan Perubahan dari MOS ke MPLS

Sebelum MPLS diterapkan, kegiatan serupa dikenal sebagai Masa Orientasi Siswa (MOS). MOS sering dikritik karena adanya praktik perpeloncoan dan kekerasan dari siswa senior terhadap siswa baru. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah melalui Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 melakukan reformasi dengan mengganti MOS menjadi MPLS.

MOS sendiri sudah ada sejak era kolonial, bahkan sejak tahun 1898 hingga 1927 di STOVIA. Kala itu, kegiatan ini disebut ontgroening, yang berarti “menghilangkan kehijauan”, sebagai simbol pendewasaan bagi siswa baru. Awalnya, MOS bertujuan untuk mengenalkan lingkungan sekolah dan mengembangkan kreativitas. Namun sejak 1950-an, MOS mulai diwajibkan dan sering kali disertai tindakan kekerasan, seperti pemaksaan penggunaan atribut aneh, ritual fisik, hingga perlakuan tidak manusiawi.

Dengan adanya MPLS, siswa baru dijamin terlindungi dari perlakuan tidak layak dan dikenalkan pada lingkungan sekolah dengan cara yang positif, kreatif, dan menyenangkan.

Perpanjangan Waktu MPLS 2025

Tahun ini, MPLS akan berlangsung selama lima hari, lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya yang hanya tiga hari. Perpanjangan waktu ini dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman siswa baru terhadap sejumlah materi penting. Materi tambahan mencakup penguatan pendidikan karakter, pencegahan kekerasan, bahaya narkoba, serta kesadaran akan risiko judi online.

Pelaksanaan MPLS terdiri dari dua jenis kegiatan: kegiatan wajib yang mengacu pada silabus nasional, dan kegiatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah. Kegiatan wajib mencakup pengenalan profil sekolah dan lulusan, interaksi dengan warga sekolah, serta pemahaman tentang fasilitas yang tersedia.

Guru-guru juga diharuskan mengenalkan program intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk membantu siswa mengenali bakat dan minat mereka. “Ini bagian dari upaya untuk memperkuat panduan minat dan bakat siswa,” jelas Mu’ti. Dengan demikian, MPLS 2025 tidak hanya menjadi ajang pengenalan lingkungan sekolah, tetapi juga menjadi fondasi awal untuk perkembangan siswa secara holistik.