news  

PGRI Surabaya: MPLS Jadi Cermin Kota Ramah Anak

PGRI Surabaya: MPLS Jadi Cermin Kota Ramah Anak

Pemimpin PGRI Surabaya Beri Pandangan Mengenai Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Surabaya, Agnes Warsiati, memberikan tanggapan terkait pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk tahun ajaran 2025/2026 yang sedang berlangsung. Menurutnya, kegiatan ini harus mencerminkan konsep Surabaya sebagai kota yang ramah anak.

Agnes menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan rapat bersama dengan Dewan Pendidikan, para pengampu di sekolah, serta pengawas. Dalam pertemuan tersebut, mereka sepakat agar MPLS diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan dan mendukung perkembangan anak secara optimal.

Sebagai informasi, MPLS untuk jenjang pendidikan PAUD, TK, SD, SMP hingga SMA di Kota Surabaya telah dimulai sejak Senin (14/7) dan akan berakhir pada Jumat (18/7). Tahun ini, tema yang diusung adalah “Sekolahku Rumahku, Guruku Orang Tuaku”, yang sejalan dengan visi Surabaya sebagai Kota Layak Anak (KLA). Tema ini menekankan pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak.

Agnes menekankan bahwa MPLS harus dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman dan menganggap sekolah sebagai rumah kedua mereka. Ia juga menegaskan bahwa Surabaya sebagai kota ramah anak harus memastikan setiap siswa merasa diterima dan bahagia sejak hari pertama masuk sekolah.

“Jadi jangan sampai mereka tidak senang saat MPLS, karena bagaimanapun Surabaya ini kota ramah anak. Masa pengenalan lingkungan sekolah harus benar-benar membuat anak-anak gembira,” ujarnya.

Kepala Daerah Beri Perintah untuk MPLS yang Ramah dan Menyenangkan

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, memberikan instruksi kepada seluruh jenjang pendidikan untuk menciptakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah yang gembira, ramah, dan bebas dari bullying. Menurutnya, karakter anak-anak akan mulai dibentuk sejak masa pengenalan ini.

“Suasana yang gembira dan nyaman akan membuat siswa betah di sekolah,” kata Eri dalam pernyataannya di Surabaya, Selasa (15/7).

Pengalaman buruk selama MPLS dapat berdampak negatif terhadap kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu, sekolah harus menciptakan suasana penuh kasih sayang, kegembiraan, serta nilai-nilai religius sejak awal.

Pentingnya Suasana yang Mendukung Perkembangan Anak

Dari berbagai pandangan yang disampaikan, terlihat bahwa MPLS tidak hanya menjadi ajang pembelajaran bagi siswa, tetapi juga menjadi momen penting dalam membentuk sikap dan persepsi mereka terhadap dunia sekolah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan MPLS antara lain:

  • Suasana yang menyenangkan: Anak-anak perlu merasa nyaman dan aman agar tidak merasa cemas atau takut.
  • Partisipasi aktif guru dan orang tua: Peran orang tua sangat penting dalam mendukung proses belajar mengajar.
  • Pencegahan bullying: Setiap siswa harus merasa dihargai dan tidak mengalami tindakan yang tidak pantas.
  • Penerapan nilai-nilai agama: Memperkuat moral dan etika melalui pembelajaran yang sesuai dengan norma masyarakat.

Dengan fokus pada aspek-aspek ini, diharapkan MPLS bisa menjadi fondasi kuat bagi perkembangan siswa secara keseluruhan. Selain itu, keberhasilan program ini juga akan berkontribusi pada upaya Surabaya dalam mewujudkan kota yang lebih baik dan ramah terhadap anak-anak.

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com