news  

RI Akan Miliki Teknologi dan Investasi Melalui IEU-CEPA

RI Akan Miliki Teknologi dan Investasi Melalui IEU-CEPA

Perjanjian Dagang Indonesia-Eropa Diharapkan Tingkatkan Akses dan Kompetitifitas

Indonesia berpotensi mendapatkan akses yang lebih luas ke pasar Eropa setelah penandatanganan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang ditargetkan rampung pada September 2025. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa perjanjian ini akan menjadi pintu masuk bagi inovasi, teknologi, dan investasi dari Uni Eropa.

Menko Airlangga menekankan bahwa tiga hal utama yang diharapkan dapat masuk ke Indonesia adalah sains, teknologi, dan modal. Ia mengatakan bahwa ketiga elemen tersebut akan membantu Indonesia dalam bersaing secara global. “Uni Eropa harapan kita [dengan adanya IEU-CEPA], sains, teknologi, capital. Itu tiga hal yang utama, karena kita akan bersaing kalau kita punya inovasi, punya teknologi didukung sains, pendidikan, dan investasi,” ujarnya saat berada di Paris, Prancis, Selasa (15/7/2025).

Di sisi lain, Airlangga menyebut bahwa Uni Eropa juga diharapkan bisa mendapatkan akses yang lebih mudah terhadap komoditas minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya. Meskipun selama ini sawit dianggap sebagai penyebab deforestasi oleh Uni Eropa, namun dalam perundingan terakhir, negara-negara Eropa menunjukkan minat besar terhadap produk Indonesia ini.

“Jadi walaupun selama ini mereka [Uni Eropa] keras terhadap sawit, tetapi perundingan terakhir kita dengan EU tuh yang paling panjang mengenai sawit. Mereka suka dengan sawit,” jelasnya.

Selain itu, Uni Eropa juga akan memberikan prioritas terhadap ekspor unggulan Indonesia, khususnya dari industri padat karya seperti tekstil. Menurut Airlangga, Uni Eropa akan memberikan bea masuk sebesar 0% untuk produk-produk tersebut. Selain itu, Indonesia akan melakukan transformasi termasuk membatasi penghalang non-tarif selama lima tahun.

“Oleh karena itu, kita bilang mereka akan memberikan kita [bea masuk] 0%, dan kita akan melakukan transformasi termasuk non-tariff barrier maksimum 5 tahun,” tambahnya.

Adapun, Uni Eropa juga meminta agar ekspor produk pertanian seperti anggur dan apel dari Eropa ke Indonesia mendapatkan kemudahan akses. Airlangga menjelaskan bahwa jika importir ingin mengimpor produk tersebut, mereka bisa melakukannya tanpa hambatan. “Mereka [Uni Eropa] mau ekspor anggur, apel. Kalau importirnya mau, silakan saja, karena itu kan tidak kompetitif dengan kita punya agriculture. Kita kan agriculture-nya butuh yang lain,” jelasnya.

Airlangga juga menjelaskan alasan Indonesia memilih perjanjian CEPA dengan Uni Eropa. Menurutnya, perjanjian ini mencakup berbagai aspek, mulai dari energi terbarukan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), serta pengurangan penghalang non-tarif dan perdagangan.

Dalam kinerja tahun 2024, Airlangga mengungkap bahwa Indonesia dan Uni Eropa memiliki surplus neraca perdagangan. Namun, ia memproyeksikan bahwa perjanjian IEU-CEPA akan meningkatkan surplus tersebut. Saat ini, nilai surplus hanya sekitar US$30 miliar, yang dinilai masih rendah.

“Sehingga kalau ini bisa [melalui IEU-CEPA], harapannya bisa naik ke US$60 miliar, karena US$60 miliar pun lebih kecil daripada ekspor Vietnam. Jadi kita harus kejar ke sana,” tutupnya.