news  

Selain Subsidi Tukar Tambah Elektronik, Tiongkok Siap Beri Bantuan 8 Juta Rupiah untuk Anak Batita

Selain Subsidi Tukar Tambah Elektronik, Tiongkok Siap Beri Bantuan 8 Juta Rupiah untuk Anak Batita

Tantangan Konsumsi Domestik di Tiongkok dan Upaya Pemerintah

Pemerintah Tiongkok kini menghadapi tantangan dalam mendorong konsumsi domestik. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah meluncurkan program subsidi tukar tambah yang mencakup berbagai produk rumah tangga. Program ini terbukti efektif dalam meningkatkan penjualan. Namun, kini para ahli mulai mempertanyakan dampaknya setelah beberapa daerah menghentikan subsidi tersebut.

Dana sebesar US$42 miliar (sekitar Rp 678 triliun) dialokasikan untuk program tukar tambah barang konsumsi. Subsidi ini memberikan diskon hingga 20% untuk produk seperti ponsel, peralatan rumah tangga, hingga kendaraan listrik. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan konsumsi yang lesu akibat perlambatan ekonomi dan ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.

Program ini menunjukkan hasil positif. Data dari Mei menunjukkan peningkatan penjualan ritel sebesar 6,4%, melebihi ekspektasi ekonom. Produk seperti iPhone, smartphone Xiaomi, dan AC hemat energi mengalami pertumbuhan penjualan yang pesat. Warga Tianjin bernama Zhan Demi mengaku memanfaatkan program ini untuk memperbarui perangkat rumah tangganya.

Menurut Zhan, banyak orang yang menganggur atau harus berhenti bekerja, bahkan gaji mereka dipotong. Akibatnya, orang-orang cenderung lebih hati-hati dalam membuat keputusan pembelian.

Namun, beberapa kota besar seperti Chongqing telah menghentikan sementara program ini karena dana subsidi nyaris habis. Pemerintah setempat menyatakan bahwa penghentian ini hanya sementara sebelum putaran berikutnya dimulai.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga. Perusahaan jasa keuangan dan perbankan investasi Jepang, Nomura, memprediksi bahwa jika program benar-benar dihentikan, penjualan ritel dapat menurun 0,4 poin persentase pada paruh kedua 2025 dan hampir 1 poin pada awal 2026.

Sebagai alternatif, pemerintah Tiongkok sedang merancang kebijakan tambahan. Salah satunya adalah bantuan tunai tahunan sebesar US$500 (sekitar Rp 8.175.000) per anak bagi keluarga dengan anak di bawah tiga tahun. Langkah ini dianggap sebagai pergeseran pendekatan untuk merangsang konsumsi jangka panjang.

Masalah konsumsi di Tiongkok tidak hanya terkait minat belanja, tetapi juga tingkat tabungan yang tinggi dan minimnya jaminan sosial. Banyak warga, termasuk pekerja sektor informal, tidak memiliki perlindungan yang memadai dari risiko ekonomi.

Meskipun program subsidi tukar tambah telah membawa angin segar bagi penjualan, tantangan struktural ekonomi Tiongkok belum sepenuhnya teratasi. Tanpa kebijakan jangka panjang yang menyasar akar masalah daya beli dan rasa aman finansial masyarakat, lonjakan konsumsi dikhawatirkan hanya bersifat sementara.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat

Beberapa faktor utama memengaruhi konsumsi masyarakat Tiongkok, antara lain:

  • Tingkat Tabungan Tinggi: Banyak warga masih cenderung menabung daripada menghabiskan uang.
  • Minimnya Jaminan Sosial: Banyak warga, terutama pekerja sektor informal, tidak memiliki perlindungan yang cukup.
  • Ketidakpastian Ekonomi: Kondisi ekonomi yang tidak stabil membuat masyarakat lebih waspada dalam berbelanja.

Strategi Pemerintah untuk Meningkatkan Konsumsi

Selain program subsidi tukar tambah, pemerintah Tiongkok juga mengambil langkah-langkah lain untuk meningkatkan konsumsi, antara lain:

  • Bantuan Tunai: Memberikan bantuan langsung kepada keluarga dengan anak di bawah tiga tahun.
  • Pemangkasan Tarif Pajak: Mengurangi pajak tertentu untuk mendorong permintaan.
  • Program Stimulus Lainnya: Membuat kebijakan tambahan yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Tantangan Jangka Panjang

Pemerintah Tiongkok perlu menghadapi tantangan jangka panjang dalam meningkatkan konsumsi domestik. Beberapa tantangan utama termasuk:

  • Perubahan Struktur Ekonomi: Perlu adanya transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan.
  • Peningkatan Kualitas Hidup: Menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi masyarakat.
  • Penguatan Sistem Jaminan Sosial: Memastikan perlindungan ekonomi yang lebih baik bagi semua lapisan masyarakat.

Dengan pendekatan yang tepat dan kebijakan yang berkelanjutan, Tiongkok dapat mengatasi tantangan konsumsi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil.