Perayaan Bastille Day dan Sejarah Revolusi Prancis
Setiap tahun pada tanggal 14 Juli, masyarakat Prancis merayakan peringatan Bastille Day. Tahun 2025 ini, Presiden Prabowo Subianto turut serta dalam perayaan penting ini yang menjadi momen bersejarah dalam sejarah Revolusi Prancis.
Bastille Day merupakan salah satu peristiwa paling penting dalam Revolusi Prancis. Revolusi ini mengubah sistem monarki absolut yang digunakan Prancis saat itu menjadi sistem demokrasi republik yang masih digunakan hingga kini. Selain memengaruhi kondisi dalam negeri, Revolusi Prancis juga memberikan dampak besar terhadap tatanan politik di seluruh dunia.
Revolusi Prancis menjadi awal dari penerapan prinsip-prinsip universal seperti hukum tertulis, perlindungan hukum, partisipasi politik, dan hak asasi manusia (HAM). Selain itu, revolusi ini menjadi contoh bagaimana pemerintahan bisa dibentuk oleh rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Semangat yang ada dalam Revolusi Prancis juga menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan revolusioner di berbagai belahan dunia.
Revolti Prancis dimulai pada tahun 1789 dan berakhir pada tahun 1799 ketika Napoleon mengakhiri revolusi dan mengambil alih kekuasaan. Dalam kurun waktu tersebut, terdapat beberapa peristiwa penting, salah satunya adalah penyerangan Bastille atau yang dikenal dengan Bastille Day. Penyerangan ini terjadi pada tanggal 14 Juli 1789 dan menjadi awal dari Revolusi Prancis.
Peristiwa Bastille merupakan respons dari kekecewaan dan kemarahan masyarakat terhadap kepemimpinan monarki yang korup. Beberapa tokoh penting terlibat dalam peristiwa ini, antara lain Louis XVI dan istriya, Marie Antoinette.
Louis XVI
Louis XVI merupakan raja terakhir dari monarki Prancis. Ia adalah raja dari Dinasti Bourbon yang memimpin negara sejak tahun 1774 setelah menggantikan kakeknya, Louis XV. Ia memimpin Prancis saat negara sedang menghadapi krisis ekonomi dan keuangan. Untuk mengatasi masalah tersebut, ia mencoba melakukan reformasi kebijakan termasuk mengubah aturan perpajakan. Namun, langkah-langkah ini ditolak oleh kalangan gereja dan bangsawan. Akibatnya, situasi dalam negeri semakin memburuk dan akhirnya memicu revolusi.
Louis XVI lahir pada 23 Agustus 1754 di Versailles, Prancis. Ia menikah dengan Marie Antoinette dari Austria di usia 15 tahun. Pada usia 20 tahun, ia menjadi raja setelah kakek dan ayahnya meninggal. Akhir dari masa pemerintahannya terjadi pada tahun 1792 ketika sistem monarki dihapuskan. Ia dan istrinya dieksekusi mati dengan pisau pancung di Place de la Révolution atau sekarang dikenal sebagai Place de la Concorde di Paris.
Marie Antoinette
Marie Antoinette merupakan ratu terakhir dari Prancis sekaligus istri dari Louis XVI. Ia lahir pada 2 November 1755 dari keluarga bangsawan Austria. Gaya hidupnya yang mewah dan boros di Istana Versailles sering dikaitkan dengan ketidakpekaannya terhadap kondisi masyarakat yang sedang menghadapi krisis ekonomi. Salah satu bentuk kemewahan yang ia bangun adalah Petit Trianon, tempat tinggal pribadinya.
Meskipun tidak ada bukti sejarah bahwa ia pernah mengatakan “let them eat cake”, idiom ini sering dikaitkan dengan dirinya. Makna dari idiom tersebut adalah seseorang yang tidak peduli dengan kesulitan orang lain. Marie Antoinette dan suaminya sempat mencoba kabur ke Varennes, tetapi gagal. Keduanya akhirnya dieksekusi mati di tempat yang sama.
Bernard-René de Launay
Bernard-René de Launay adalah gubernur Bastille yang menjadi salah satu pemicu kerusuhan pada penjara Bastille pada 14 Juli 1789. Ia bertugas menjaga keamanan penjara yang dianggap sebagai simbol tirani monarki. De Launay tewas dalam bentrokan yang terjadi, kepalanya dipenggal dan diarak keliling kota.
Camille Desmoulins
Camille Desmoulins adalah jurnalis yang sangat berpengaruh dalam Revolusi Prancis. Ia memainkan peran penting dalam memicu peristiwa penyerangan Bastille melalui tulisan dan pamfletnya. Namun, kehidupannya berujung tragis karena dituduh kontrarevolusioner dan akhirnya dieksekusi mati pada 5 April 1794.