news  

Waspada! Jika Pasangan Bersikap Seperti Ini, Mungkin Dia Iri dengan Kesuksesanmu

Waspada! Jika Pasangan Bersikap Seperti Ini, Mungkin Dia Iri dengan Kesuksesanmu

Tanda-Tanda Pasanganmu Mungkin Tidak Bisa Menerima Keberhasilanmu

Kesuksesan seringkali seperti sinar matahari yang terang dan hangat, namun bagi sebagian orang, sinar itu bisa terasa menyilaukan. Ketika semua perhatian tertuju padamu karena pencapaianmu, apakah pasanganmu tersenyum bangga atau justru mengernyitkan wajah karena merasa silau?

Rasa iri bisa dengan diam-diam masuk ke dalam hubungan, perlahan mengubah rasa kagum menjadi persaingan. Jika kamu merasa setiap pujian terasa hambar dan keberhasilanmu justru membuat suasana canggung, mungkin kamu sedang bersama seseorang yang kesulitan menerima sinarmu.

Berikut 7 tanda yang bisa membantumu memahami situasi sebelum hubungan berubah menjadi ajang adu gengsi:

1. Dia Meremehkan Setiap Kemenanganmu

Saat kamu mendapat promosi, komentarnya malah seperti, “Wajar sih… pasti karena atasanmu suka kamu.” Komentar ini bukan sekadar bercanda, tapi menunjukkan tekanan dalam dirinya. Dalam hubungan yang sehat, keberhasilan satu pihak seharusnya dirayakan bersama. Jika reaksi pasangan justru mengurangi arti pencapaianmu, bisa jadi dia sedang menghadapi rasa minder yang tak terucap. Pujian setengah hati bisa lebih menyakitkan daripada tidak dipuji sama sekali.

2. Kompetitifnya Kebablasan (Bahkan Untuk Hal Sepele)

“Dokumenter pilihanku lebih keren, kan?” atau “Sudokuku selesai duluan!” Bercanda boleh, tapi jika segala aktivitas berubah menjadi arena adu kemampuan—bahkan hanya soal belanja atau masak mie instan—itu bisa jadi sinyal bahaya. Menurut peneliti Brené Brown, perbandingan dan persaingan lahir dari rasa tidak aman. Jika pasanganmu mulai terlihat berlomba, bukan berjalan bersama, tanyakan: Apakah dia ingin bersenang-senang atau membuktikan sesuatu?

3. Langkah Besarmu Selalu Dipertanyakan

“Program S2 lagi? Bukannya kamu sudah stres?” atau “Konferensinya mahal, yakin akan sepadan?” Kekhawatiran sah-sah saja, tapi kalau komentarnya hanya berupa kekhawatiran tanpa solusi, bisa jadi dia sedang menyabotase langkahmu dengan nada perhatian. Tiap kali kamu siap melompat lebih tinggi, justru muncul hambatan dalam bentuk “saran”. Bisa jadi itu bukan karena dia tidak percaya kamu bisa, tapi karena dia takut kamu terlalu jauh meninggalkannya.

4. Dia Suka “Meminjam” Ide Tapi Lupa Menyebut Namamu

Kamu bantu cari ide konten, lalu beberapa minggu kemudian kamu menemukan kata-katamu muncul di proyeknya tanpa atribusi. Dia bilang “itu kolaborasi”, padahal jelas-jelas kamu yang lebih dulu mengajukan. Jika ini terjadi lebih dari sekali, hati-hati. Pasangan yang menghargai akan menyebut sumber ide. Kalau dia alergi dengan kalimat, “Itu idemu,” mungkin dia sedang mengisi kekosongan egonya dengan prestasimu.

5. Pujian yang Punya Aftertaste Aneh

“Keren banget kamu hari ini… jauh lebih bagus dari biasanya.” Atau, “Presentasinya bagus… mungkin karena pelatihan SDM kemarin, ya?” Pujian setengah-setengah ini terdengar seperti pujian, tapi terasa seperti sindiran. Menurut psikoterapis Esther Perel, ini bisa jadi tanda “ambivalensi relasional”—di mana cinta dan iri hati berdampingan. Jika setelah pujian selalu ada selipan kecil yang menusuk, bisa jadi dia sedang mencoba menyeimbangkan dinamika kekuasaan di antara kalian.

6. Lingkaran Sosialmu Membuatnya Tidak Nyaman

Perhatikan gesturnya saat kamu mengenalkan ke teman-teman kerja yang mengagumi kariermu. Apakah dia antusias atau justru membisu, bahkan menyindir setelah acara selesai? Pasangan yang percaya diri akan ikut senang saat kamu bersinar. Tapi jika dia mulai memperlakukan teman-temanmu seperti “pesaing” atau “fans rival”, bisa jadi dia terlalu sibuk membandingkan diri dan diam-diam merasa kalah.

7. Dia Tidak Hadir Saat Kamu Butuh Dukungan

Inilah sisi tergelapnya: seseorang yang iri pada keberhasilanmu, kadang merasa sedikit lega saat kamu gagal. Kamu kesusahan, tapi responnya lambat dan tidak tulus. Kamu sedih, tapi empatinya tipis. Tapi begitu kamu cerita tentang orang lain yang butuh bantuan, dia bisa langsung sigap. Itu bisa jadi bukan karena dia tidak peduli, tapi karena melihatmu “jatuh” sesaat, membuatnya merasa lebih setara.

Pada akhirnya, cinta yang sehat seharusnya membuatmu tumbuh, bukan menyusut. Seharusnya kamu merasa didukung, bukan ditandingi. Jika kamu melihat beberapa tanda di atas, ini bukan undangan untuk langsung putus, tapi ajakan untuk jujur menilai: apakah hubungan ini membantumu berkembang atau justru membuatmu ragu setiap kali ingin naik level?