Iran Mengancam Hentikan Kerja Sama dengan IAEA
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, memberikan peringatan keras kepada Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) agar menghentikan praktik “standar ganda” sebelum kerja sama nuklir dapat dilanjutkan. Pernyataan ini disampaikan melalui pembicaraan telepon dengan Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa, pada hari Kamis (10/7/2025).
Pezeshkian menegaskan bahwa kelanjutan kerja sama antara Iran dan IAEA bergantung pada upaya badan tersebut untuk memperbaiki standar yang dinilai tidak adil terkait isu nuklir. Ia juga menyampaikan bahwa setiap agresi berulang terhadap Iran akan direspons dengan lebih tegas dan disesalkan.
Penghentian Kerja Sama dengan IAEA
Beberapa waktu sebelumnya, Pezeshkian menandatangani undang-undang yang menangguhkan kerja sama dengan IAEA. Akibatnya, badan pengawas nuklir PBB itu menarik inspektur terakhirnya dari Iran ke markas besar IAEA di Wina. Alasan yang diberikan adalah masalah keamanan.
Kepala IAEA, Rafael Grossi, menyatakan bahwa pembicaraan dengan Iran tetap menjadi prioritas utama. Namun, hingga saat ini, IAEA belum memiliki akses ke fasilitas nuklir Iran sejak serangan terjadi. Meskipun demikian, IAEA menegaskan kesiapan untuk melanjutkan pemantauan sesegera mungkin.
Kenaikan Ketegangan Setelah Serangan AS-Israel
Hubungan antara Iran dan IAEA memburuk tajam sejak pertengahan Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan udara ke Iran yang menargetkan fasilitas militer, nuklir, dan wilayah sipil. Serangan tersebut diikuti oleh serangan udara Amerika Serikat menggunakan bom penghancur bunker.
Iran merespons dengan meluncurkan rudal dan drone ke Israel dalam konflik singkat selama 12 hari. Serangan rudal Iran ke pangkalan AS di Qatar menjadi eskalasi terakhir sebelum gencatan senjata rapuh diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Iran Menuduh IAEA Berpihak Barat
Teheran menuduh IAEA gagal bersikap netral, termasuk tidak mengutuk serangan AS dan Israel pada bulan Juni. Iran juga mengkritik pengesahan resolusi IAEA pada 12 Juni—yang menuduh Iran melanggar kewajiban nonproliferasi—sebagai bukti bias. Resolusi ini dikeluarkan hanya sehari sebelum pengeboman terjadi.
Pezeshkian menyatakan bahwa kegagalan IAEA mematuhi prinsip imparsialitas dalam pelaporan menimbulkan keraguan terhadap status dan kredibilitas organisasi tersebut. Iran menegaskan bahwa program nuklirnya hanya bertujuan damai dan membantah adanya niat untuk mengembangkan senjata nuklir.
Ancaman Terhadap Kepala IAEA
Tensi meningkat setelah televisi pemerintah Iran menayangkan kartun kontroversial yang menggambarkan Rafael Grossi dalam bidikan senapan dengan simbol Israel dan AS. Kartun tersebut memicu kecaman internasional dan dianggap sebagai ancaman terselubung.
IAEA merespons dengan menarik semua inspektur dari Iran demi keselamatan staf. Grossi menekankan pentingnya membahas cara melanjutkan inspeksi dan pemantauan di Iran sesegera mungkin.
Respons Amerika Serikat
Menurut laporan dari Al Jazeera, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyebut keputusan Iran menghentikan kerja sama dengan IAEA sebagai langkah yang “tidak dapat diterima.” Ia mendesak Iran untuk “membalikkan arah dan memilih jalan perdamaian.”
Bruce juga menegaskan bahwa Iran tidak bisa dan tidak akan memiliki senjata nuklir.
Kecaman BRICS terhadap Serangan Juni
Sementara itu, para pemimpin blok BRICS pada Minggu lalu mengecam keras serangan AS dan Israel terhadap Iran pada Juni. Mereka menyebut tindakan tersebut sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.”