Zara, merek mode terkenal di dunia, dianggap mengejek krisis kemanusiaan di Palestina karena merilis foto katalog koleksi terbarunya yang menggambarkan korban kemanusiaan di Gaza. Akhir-akhir ini, ada banyak protes untuk memboikot produk tersebut.
Sebuah foto dari koleksi terbarunya, “ZARA Atelier Collection 04”, ditampilkan oleh Marta Ortega, putri pendiri konglomerat Amancio Ortega, yang memimpin grup sejak April. Propertinya dihiasi dengan patung-patung anggota tubuh yang hilang serta reruntuhan bangunan yang berdebu.
Selain itu, foto yang menampilkan model katalog menggendong manekin yang dibungkus plastik warna putih sehingga mirip dengan jenazah yang sudah dikafani telah dihapus dari laman resmi dan media sosial.
Perlu diketahui bahwa Zara termasuk dalam grup perusahaan fesyen Inditex, yang juga memiliki delapan merek kelas atas lainnya, termasuk merek remaja Stradivarius dan Massimo Dutti.
Amancio Ortega dan Zara
Menurut Forbes, yang diungkapkan pada Selasa (12/12/2023), kekayaan Amancio Ortega kini mencapai US$ 95,6 miliar, atau setara Rp 1.492,2 triliun, menempatkannya di posisi ke-14 terkaya di dunia.
Namun, sejarah hidup Ortega sangat sulit dilacak. Dia tidak mau bertemu dengan wartawan dan menceritakan kisah hidupnya, meskipun dia sangat terkenal dengan usahanya. Profilnya sebagian besar terdiri dari wawancara dengan orang-orang yang dia kenal.
Ortega lahir di Leon, Spanyol, pada tahun 1936. Ayahnya dimutasi ke kota lain, La Coruna, dan anak bungsu dan ketiga kakaknya ikut pindah. Ortega baru berusia 14 tahun pada saat itu.
Ortega terpaksa berhenti sekolah pada usia semuda itu dan bekerja sebagai pekerja kantor di sebuah pabrik baju di sudut kota La Coruna. Saat dia diberi kesempatan untuk bekerja sebagai pembantu penjahit, kariernya sedikit berkembang.
Pekerjaan keras Amancio Ortega Gaona berubah ketika dia tiba-tiba memiliki ide untuk membuat pakaian sendiri. Ini adalah inspirasi untuk mendirikan Zara, jaringan toko pakaian yang dikenal di seluruh dunia.
Pakaian Zara dan jaringan toko pakaian sejenisnya sering dikritik karena meniru desain mahal dan membuatnya lebih murah.
Saat itu, ia melihat gaun malam dengan motif kembang yang sangat mahal. Ia memiliki gagasan untuk meniru gaun itu. Alasannya sederhana: hanya orang kaya yang bisa membeli pakaian berkualitas tinggi.
Ia ingin membuat pakaian yang bagus tetapi murah. Dia kemudian menghabiskan waktu luang di mesin jahit iparnya untuk menjiplak negligee mahal itu selama beberapa minggu. Dia menjual karya tiruan ke toko-toko di daerah itu, dan ternyata mereka laku. Ia segera membuat model baru.
Ortega mulai mengambil bisnis ini serius. Selanjutnya, dia membuat pakaian berkualitas tinggi dengan harga terjangkau, membeli kain murah dari Barcelona, dan menjualnya di toko-toko di sekitar rumahnya di La Coruna. Karena bisnisnya berkembang, pada usia 27 tahun, ia mendirikan perusahaan sendiri, Confecciones Goa, pada tahun 1963. Pabrik ini membuat dan menjual kimono mandi yang bagus.
Ia tidak puas meskipun usahanya berhasil. Ia membuka toko Zara pertamanya pada tahun 1975. Konsepnya adalah toko pakaian yang selalu modis dengan harga murah dan penampilan yang “wah”.
Toko pertamanya terletak di depan toko serba ada La Coruna paling elit. Ortega kemudian menerima titel tambahan, “pinter mencari lokasi strategis”, berkat posisi tokonya yang strategis. Tokonya terkenal sebagai toko pakaian murah dengan kualitas desain yang bagus, jadi dia menerima pujian ini.
Pabrik Amancio Ortega Gaona tidak pernah memproduksi satu model dalam jumlah banyak karena kebijakannya agar tokonya dengan cepat berganti isi. Sebaliknya, ia lebih suka menyediakan stok lebih sedikit dan lebih sering mengganti isi dengan yang baru. Ini dapat mengurangi biaya logistik dan penyimpanan.
Setelah Zara berkembang pesat, Ortega mendirikan perusahaan induknya, Industria de Diseño Textil, S.A. (Inditex), yang membawahi sekitar 100 perusahaan, termasuk Zara. Perusahaan-perusahaan ini berurusan dengan pakaian, mulai dari desain tekstil, konfeksi, hingga toko.
Inditex saat ini memiliki 5.500 toko di seluruh dunia, beroperasi di lebih dari 80 negara dan di lima benua. Selain Zara, mereka juga memiliki merek seperti Massimo Dutti, Bershka, Oysho, Pull and Bear, Stradivarius, Tempe, dan Uterqüe. Lefties juga merupakan merek baju murah.
Sebagian besar tokonya dimiliki secara langsung oleh mereka. Inditex berkembang dengan sistem waralaba hanya di negara-negara yang membatasi kepemilikan asing. Pada tahun 2001, perusahaan melepas saham pertamanya ke pasar saham.