PIKIRAN RAKYAT
– Presiden Donald Trump sudah memberikan instruksi pada administrasinya untuk memulai langkah membuka dan merevisi fasilitas penjara Alcatraz, yang ada di sekitar pantai San Francisco, California. Perintah tersebut dimaksudkan untuk menampung ‘sampah masyarakat,’ ungkapan yang dipakai presiden untuk menyebut para pelaku kejahatan ulangan yang dilihat sebagai bahaya besar bagi publik.
Pada Minggu, 4 Mei 2025 lalu, dalam sebuah pernyataan diplatform media sosial bernama Truth Social, presiden Amerika Serikat memberi instruksi kepada Biro Pemasyarakatan serta badan federal lainnya untuk merestorasi struktur fisik Pulau tersebut dan menjadikannya sebagai tempat tahanan. Alcatraz, yang sudah tidak berfungsi selama lebih dari enam dekade, populer dikarenakan riwayatnya sebagai penjara federal dengan keamanan tinggi mulai tahun 1934 sampai 1963.
AS sudah terlalu lama dilanda oleh para kriminal brutal, keras kepala, bersiklus ulang, serta merusak masyarakat, orang-orang ini tak akan memberikan apapun selain duka dan penderitaan,” kata Presiden Trump melalui postingnya tersebut. Dia memfokuskan pentingnya langkah tegas bagi mereka yang melakukan kejahatan secara berulang-ulang, menyebut era dimana bangsa lebih serius dalam menangani penjahat-penjahat berbahaya sebagai suatu hal yang dibutuhkan.
“Di masa lalu, saat kita masih menjadi negeri yang lebih konservatif, kita tanpa keraguan mengurung para penjahat paling membahayakan dan mencegah mereka merugikan orang lain. Itulah cara idealnya. Sekarang ini, kita tak bisa lagi mentolelir para pelaku tindak pidana berseri yang mencemari, menimbulkan darah bertebaran, serta membuat chaos di jalanan kita,” demikian lanjutannya dalam postingan itu.
Presiden pun menegaskan bahwa instalasi Alcatraz yang telah ‘direnovasi dan dikembangkan dengan pesat’ bakal menjadi lambang dari hukum, disiplin, serta keadilan. Akan tetapi, penerapan perintah tersebut dihadapkan pada sejumlah kendala dalam hal pengelolaan sumber daya.
Presiden Trump turut menegur hakim federal atas perlambatan usaha pemerintahnya dalam melakukan deportasi terhadap dugaan anggota geng serta mengembalikan mereka ke penjara besar di El Salvador. Dia merujuk kepada putusan Hakim Distrik Fernando Rodriguez, yang melarangan menggunakan UU Lawan Asing sebagai dasar untuk mendepartasikan para pelaku dari kelompok Venezuela bernama Tren de Aragua.
Agar dapat mendorong upaya pembukaan kembali Alcatraz, Presiden Trump memerintahkan FBI, Departemen Kehakiman, serta Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk menyediakan dukungan yang dibutuhkan. Ini tidak menjadi kali pertamanya sang presiden mencetuskan ide menggunakan instalasi tahanan yang menuai pro-kontra tersebut; sebelumnya, dia juga pernah menghidupkan kembali operasi pusat penahanan di Teluk Guantanamo guna menampung para pelaku kejahatan imigran.
Gagasan untuk menjadikan Alcatraz sebagai tempat tahanan pernah disuarakan oleh Donald Trump Jr., yang menunjukkan kesetujuannya dengan ide itu dalam rangka membuka kembali Teluk Guantanamo.
“Ide ini luar biasa. Bisa jadi kita perlu menghidupkan kembali Alcatraz lagi?!?” tulis anak presiden Amerika Serikat tersebut dalam postingan miliknya.
Mengenal Alcatraz, 6 Dekade Tak Berpenghuni
Pulau Alcatraz saat ini dikelola oleh National Parks Service sebagai objek wisata yang menarik ribuan pengunjung setiap tahun, dan telah ditetapkan sebagai Landmark Nasional. Selain itu, penutupan Alcatraz pada tahun 1963 disebabkan oleh infrastruktur yang rusak dan biaya operasional yang tinggi, mengingat kebutuhan untuk mengangkut makanan, perlengkapan, dan kebutuhan lainnya melalui perahu.
Sejarah Alcatraz sebagai penjara federal mencakup penahanan beberapa penjahat terkenal, termasuk Al Capone dan George ‘Machine Gun’ Kelly. Kondisi geografis pulau, yang dikelilingi oleh arus kuat dan air dingin, membuatnya hampir tidak mungkin untuk melarikan diri. Selama 29 tahun beroperasi, 36 tahanan mencoba melarikan diri, dengan sebagian besar berakhir dengan kematian atau penangkapan. Salah satu upaya pelarian yang paling terkenal adalah pada tahun 1962, yang melibatkan John dan Clarence Anglin, serta Frank Morris, yang nasibnya masih belum diketahui hingga saat ini. ***