news  

Ini Alasan BRIN Pantau Cuaca Antariksa via Observatorium Timau

Ini Alasan BRIN Pantau Cuaca Antariksa via Observatorium Timau

Pengembangan Sains Antariksa di Indonesia Terus Berjalan

Pengembangan berbagai program dalam bidang sains antariksa terus dilakukan oleh lembaga riset nasional. Salah satu proyek yang sedang dikembangkan adalah teleskop di Observatorium Nasional Timau, yang berada di Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT). Fasilitas ini dirancang untuk mendukung eksplorasi luar angkasa dan memberikan data observasi Bumi yang penting bagi pembangunan nasional.

Selain itu, peralatan riset juga terus dikembangkan untuk memperkuat kemampuan pengamatan antariksa. Salah satunya adalah alat bernama Callisto, yang menggunakan teknologi software defined radio (SDR). Alat ini digunakan untuk mengamati cuaca antariksa dengan menerima frekuensi dari semburan matahari. Dengan demikian, pemantauan intensitas semburan bisa dilakukan secara intensif sepanjang hari, baik itu semburan kecil, sedang, maupun besar.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Menurut Rizal Suryana, peneliti dari Pusat Riset Antariksa BRIN, teknologi seperti Callisto lebih murah dan penggunaannya bisa dikuasai sepenuhnya. Hal ini sangat penting dalam meningkatkan kapasitas riset di dalam negeri.

Parameter Utama Cuaca Antariksa

Cuaca antariksa dipengaruhi oleh tiga parameter utama, yaitu aktivitas matahari, geomagnet, dan ionosfer. Perubahan pada ketiga parameter ini dapat berdampak langsung pada kehidupan manusia. Misalnya, gangguan pada sistem komunikasi, operasional satelit, atau peralatan navigasi seperti GPS.

Salah satu dampak dari cuaca antariksa adalah menurunkan akurasi posisi GPS. Hal ini bisa memengaruhi berbagai aktivitas sehari-hari, seperti pemesanan ojek atau pengiriman makanan secara online. Oleh karena itu, teknologi pengukuran cuaca antariksa semakin penting untuk dipertahankan dan dikembangkan.

Pendekatan Pengamatan Cuaca Antariksa

Untuk mengantisipasi dampak dari fenomena antariksa, BRIN melakukan dua pendekatan utama dalam pengamatan. Pertama, pengamatan berbasis satelit (space-based), yang memanfaatkan data dari satelit yang mengorbit bumi. Kedua, pengamatan berbasis bumi (ground-based), yang menggunakan alat-alat yang dipasang di permukaan bumi untuk memantau kondisi atmosfer dan lapisan ionosfer.

Kombinasi kedua pendekatan ini memungkinkan pengamatan yang lebih akurat dan menyeluruh. Dengan demikian, para peneliti dapat memperkirakan dan mengantisipasi berbagai dampak cuaca antariksa yang mungkin terjadi.

Pentingnya Pengembangan Teknologi Riset Antariksa

Pengembangan teknologi riset antariksa tidak hanya penting untuk kepentingan ilmiah, tetapi juga memiliki dampak nyata terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi, masyarakat dapat lebih siap menghadapi ancaman dari luar angkasa, termasuk gangguan pada sistem komunikasi dan navigasi.

Selain itu, pengembangan riset antariksa juga menjadi bagian dari upaya membangun kemandirian nasional dalam bidang teknologi dan sains. Dengan adanya observatorium dan alat pengamatan yang memadai, Indonesia dapat berkontribusi lebih besar dalam penelitian antariksa global.

Dengan terus berkembangnya program-program ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang mampu memahami dan menghadapi tantangan dari cuaca antariksa secara mandiri.