Mengapa Khan Younis Jadi Kuburan bagi Militer Israel?

Mengapa Khan Younis Jadi Kuburan bagi Militer Israel?

Pada Jumat, 4 Juli 2025, media Israel melaporkan bahwa dua tentara dari Brigade Golani tewas setelah tank yang mereka naiki terkena serangan roket anti-tank di Khan Younis, bagian selatan Jalur Gaza. Insiden ini menambah daftar panjang korban militer Israel dalam konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.

Sehari sebelumnya, empat “insiden keamanan” telah dilaporkan terjadi di berbagai wilayah Jalur Gaza. Salah satunya terjadi di Khan Younis, sementara dua insiden lainnya terjadi di Beit Hanoun, dan satu insiden tambahan masih dalam penyelidikan lebih lanjut. Sebuah laporan menyebutkan adanya “insiden sulit” yang memakan waktu hingga lima jam untuk diselesaikan, meski detail pasti tidak dapat diungkap karena pembatasan informasi akibat blokade media di medan perang.

Dalam perkembangan terpisah, pasukan Israel mengonfirmasi kematian seorang prajurit teknik tempur dari Brigade Utara, Sersan Yair Eliyahou (19), yang gugur dalam pertempuran di utara Gaza. Kematiannya disebut sebagai kecelakaan operasional terkait pertempuran di wilayah tersebut, meskipun investigasi masih berlangsung.

Perlawanan Palestina Terus Berlanjut

Perlawanan bersenjata Palestina belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, beberapa kali berhasil melancarkan serangan besar terhadap pasukan dan kendaraan Israel. Di antaranya adalah penembakan roket Q20 ke pemukiman Israel di Nir Yitzhak dan Miftahim, utara Khan Younis. Serangan-serangan ini merupakan bagian dari operasi yang lebih luas yang dikenal sebagai “Operasi Banjir Al-Aqsa”, di mana pejuang Palestina terus menargetkan pasukan Israel secara langsung, baik melalui penyergapan maupun bentrokan senjata.

Brigade al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina, juga turut aktif dengan menyerang pusat komando Israel di dekat Masjid Khadra menggunakan roket jenis 107 mm. Bersama Brigade Martir Abu Ali Mustafa, mereka juga menembaki pasukan Israel di Jalan al-Badaw di barat al-Satar dengan mortir.

Salah satu operasi paling spektakuler terjadi ketika Brigade al-Qassam berhasil menghancurkan pengangkut pasukan Israel dengan peluru Yassin 105 di Jalan al-Mujamma al-Islami, Khan Younis. Serangan ini membuat kendaraan terbakar dan memaksa evakuasi korban dengan helikopter. Tak hanya itu, Brigade Martir al-Aqsa juga sukses menghancurkan kendaraan militer Israel menggunakan alat peledak Asif 3 di al-Qarara, utara Khan Younis.

Juni 2025: Bulan Paling Mematikan bagi Pasukan Israel

Menurut catatan Middle East Monitor, bulan Juni 2025 menjadi bulan paling mematikan bagi militer Israel sejak awal tahun. Sebanyak 20 tentara Israel dilaporkan tewas dalam berbagai operasi di Jalur Gaza. Surat kabar berbahasa Ibrani Yedioth Ahronoth mencatat bahwa jumlah korban ini merupakan yang tertinggi sejak Januari, meskipun fokus utama Israel pada saat itu adalah konflik dengan Iran.

Salah satu insiden paling dramatis terjadi di dekat Masjid Ali bin Abi Talib di Khan Younis. Dalam penyergapan tersebut, satu atau dua pejuang Palestina berhasil mendekati kendaraan lapis baja Puma, memasang alat peledak, dan meledakkannya. Ledakan hebat membakar kendaraan tersebut, menewaskan tujuh tentara Israel dan melukai enam belas lainnya.

Penyelamatan tentara yang terjebak di dalam kendaraan sempat tertunda selama berjam-jam karena api yang tak kunjung padas dan kesulitan pasukan Israel dalam mengamankan lokasi. Video dokumentasi dari Brigade al-Qassam menunjukkan momen-momen penting dari operasi tersebut, termasuk para pejuang Palestina yang tampak tenang, terorganisir, dan penuh keyakinan saat menjalankan misi.

Kampanye “Batu Daud” dan Kegagalan Operasi Gideon

Kampanye militer yang diberi nama “Batu Daud” oleh kelompok perlawanan Palestina semakin menunjukkan efektivitasnya. Nama ini merujuk pada strategi taktis yang digunakan untuk melawan kekuatan militer superior dengan cara-cara yang inovatif dan presisi tinggi. Operasi ini terutama terjadi di wilayah-wilayah dekat pagar perbatasan Gaza-Israel, yaitu area yang sebelumnya diduduki oleh pasukan Israel.

Kegagalan Operasi Kereta Perang Gideon, yang bertujuan untuk sepenuhnya menghancurkan infrastruktur perlawanan di Gaza, semakin jelas. Meski Israel telah mengerahkan ribuan pasukan dan teknologi canggih, mereka gagal mengendalikan situasi di lapangan, khususnya di Khan Younis. Wilayah ini telah menjadi simbol ketahanan rakyat Palestina meskipun telah mengalami lebih dari 625 hari pemboman dan pengepungan tanpa henti.

Khan Younis: Zona Bahaya Bagi Pasukan Israel

Pada 19 Juni 2025, militer Israel mengeluarkan perintah pemindahan paksa baru yang menargetkan warga sipil di Khan Younis dan sekitarnya. Perintah ini dikeluarkan oleh juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, melalui platform X (sebelumnya Twitter). Warga diminta untuk pindah ke arah barat menuju al-Mawasi, yang diumumkan sebagai zona kemanusiaan oleh Israel, meskipun daerah tersebut kerap menjadi target operasi militer.

Khan Younis, sebagai salah satu kota terbesar di selatan Gaza, menjadi benteng utama bagi kelompok perlawanan seperti Hamas dan Jihad Islam Palestina. Pejuang-pejuang mereka terus melakukan penyergapan, penembakan roket, dan penghancuran terowongan bawah tanah yang digunakan sebagai jalur logistik dan posisi strategis.

Aktivitas intensif kelompok perlawanan di Khan Younis telah membuat pasukan Israel kesulitan. Penyergapan pada 24 Juni 2025, di mana satu unit kendaraan lapis baja Israel hancur total, menjadi bukti betapa kompleksnya situasi di lapangan. Selain itu, upaya Israel untuk menghancurkan terowongan bawah tanah juga terus menemui hambatan karena struktur geografis dan ketahanan infrastruktur bawah tanah yang dibuat oleh militan.

Area padat penduduk seperti al-Mawasi pun menjadi sorotan karena statusnya yang ambigu—dinyatakan sebagai zona aman namun tetap rentan terhadap serangan balasan Israel. Hal ini meningkatkan risiko korban sipil dan memicu kritik dari lembaga-lembaga internasional serta badan kemanusiaan.

Kesimpulan

Konflik di Jalur Gaza, khususnya di Khan Younis, terus menjadi episentrum ketegangan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina. Serangkaian serangan besar yang diluncurkan oleh Brigade al-Qassam, al-Quds, dan faksi-faksi lainnya telah menunjukkan kemampuan taktis yang tinggi dan koordinasi yang baik. Di sisi lain, militer Israel menghadapi tantangan besar dalam mengontrol wilayah, terlepas dari jumlah pasukan dan teknologi yang mereka kerahkan.

Juni 2025 menjadi bukti nyata bahwa Jalur Gaza masih merupakan front yang sangat dinamis dan berdarah bagi Israel. Meskipun Netanyahu terus mengklaim kemenangan di berbagai front, realitas di lapangan menunjukkan sebaliknya. Khan Younis, sebagai simbol ketahanan Palestina, terus menjadi “kuburan” bagi ambisi militer Israel untuk mengakhiri perlawanan secara total.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com