,
Jakarta
– Penipuan suara atau
voice phishing
merupakan salah satu jenis modus kejahatan yang kerap menyasar nasabah perbankan atau layanan keuangan digital lainnya. Mengutip beberapa ulasan, termasuk dari situs
Safe Computing
University of Michigan
,
voice phishing
adalah istilah modern untuk panggilan telepon palsu, biasanya untuk menipu seseorang agar menyerahkan data pribadi atau uang.
Pelaku biasanya menyamar sebagai perwakilan dari institusi resmi, seperti perusahaan besar, lembaga keuangan, atau instansi pemerintah. Calon korban biasanya ditawari berbagai keuntungan, seperti perpanjangan garansi, hadiah liburan gratis dari sebuah undian, atau sekadar mengingatkan soal keberadaan virus di perangkat lunak khusus. Ada juga
voice phising
yang meminta donasi untuk organisasi amal.
Agar bisa mengantisipasi modus
penipuan
ini tersebut, penting bagi Anda untuk mengetahui berbagai contoh modus
voice phishing
. Berikut beberapa modus yang paling sering terjadi:
1.
Mengirim Link via SMS, WhatsApp, atau Email
Pelaku penipuan kerap mengirim pesan lewat pesan pendek, WhatsApp, atau
email
yang mengandung tautan berbahaya. Tautan itu biasanya membawa korban ke situs tiruan yang tampilannya dibuat semirip mungkin dengan laman resmi bank. Di halaman situs gadungan, korban akan diminta memasukkan informasi pribadi mereka, yang kemudian disalahgunakan oleh pelaku.
2. Berpura-pura menjadi Karyawan Bank
Penipu biasanya menelepon calon korban dengan menyamar sebagai petugas dari bank. Mereka menggunakan nomor telepon yang tampilannya mirip dengan nomor resmi bank, membuat korban meyakini bahwa panggilan tersebut benar-benar berasal dari pihak yang berwenang.
3.
Menyarankan Pemblokiran Data Pribadi
Dengan dalih ingin “mengamankan” akun atau kartu kredit korban, penipu akan membujuk korban untuk melakukan langkah-langkah memblokir kartu atau memulihkan akses akun. Selama proses tersebut, mereka akan meminta data pribadi yang sangat rahasia, seperti nomor kartu kredit, nomor rekening bank, tanggal kedaluwarsa kartu, kode
card verification value
/CVV, kode
one time password
(OTP), maupun kata sandi akun.
4. Membuat Laporan Palsu Adanya Aktivitas Mencurigakan
Pelaku kejahatan sering menghubungi korban dengan alasan bahwa ada aktivitas tidak biasa pada akun mereka, seperti transaksi mencurigakan atau penyalahgunaan kartu kredit. Dalam skenario lainnya, penipu bisa saja mengabarkan bahwa korban memenangkan hadiah atau undian tertentu. Namun untuk mengklaimnya, korban diminta memberikan data pribadi sebagai bagian dari proses verifikasi.
5. Melakukan Panggilan di Waktu Krusial
Salah satu strategi umum yang digunakan oleh penipu adalah menelepon pada waktu-waktu genting, seperti larut malam atau saat korban sedang tidak fokus. Mereka sengaja memilih momentum tersebut karena tahu korban cenderung lengah, sehingga lebih mudah terjebak dan mengikuti arahan tanpa berpikir panjang.