, JAKARTA –
Dalam momen Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Bhayangkara yang digelar megah di Monas, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025), Polri memamerkan teknologi terbaru dalam dunia penegakan hukum: Robot Polisi dan Anjing Robot atau Robodog.
Inovasi ini menjadi sorotan karena dibandingkan secara langsung dengan anjing pelacak konvensional dari Detasemen K-9.
Kehadiran robot-robot ini, termasuk robodog, disebut sebagai bagian dari strategi jangka panjang Polri dalam menghadapi tantangan keamanan masa depan.
Namun, publik bertanya-tanya: lebih baik mana antara robot anjing polisi dan anjing pelacak K-9 yang sudah lama menjadi andalan dalam tugas-tugas kepolisian?
Berikut ini 4 aspek utama perbandingan antara Robodog dan K-9 Polri:
1. Harga dan Efisiensi Biaya
Robot anjing polisi seperti Unitree Go1 Air dan Go1 Pro dibanderol dengan harga masing-masing sekitar Rp 43,5 juta dan Rp 56,5 juta.
Sementara robot humanoid G1 mencapai Rp 258 juta per unit.
Dalam perayaan HUT Bhayangkara, total 20 unit robot termasuk robodog dan humanoid ditampilkan, dengan nilai investasi sekitar Rp 3 miliar.
Sebaliknya, anjing pelacak K-9 seperti German Shepherd atau Belgian Malinois memerlukan biaya pelatihan sekitar Rp 150-250 juta per ekor, termasuk biaya perawatan, makanan, dan pelatihan rutin.
Meski terlihat lebih murah di awal, robodog tidak memerlukan makan, istirahat, atau pelatih, sehingga dianggap lebih hemat dalam jangka panjang.
2. Kemampuan Tugas dan Fungsi
K-9 telah lama teruji dalam berbagai tugas seperti pelacakan narkoba, bahan peledak, penyelamatan korban, dan pengamanan massa.
Mereka dibekali insting tajam, loyalitas, dan dapat menjalin ikatan emosional dengan pawangnya.
Namun robodog memiliki keunggulan dalam ketahanan ekstrem: tidak lelah, tahan cuaca, mampu mendeteksi benda berbahaya melalui sensor, dan dapat dikontrol dari jarak jauh.
Menurut Irwasum Polri Komjen Dedi Prasetyo, robot-robot ini mampu melakukan tujuh fungsi utama kepolisian termasuk patroli pintar, deteksi bahan berbahaya, dan dokumentasi forensik.
3. Pelatihan dan Perawatan
Pelatihan anjing K-9 memakan waktu minimal 10 minggu, dan harus berkelanjutan.
Mereka juga membutuhkan pemeliharaan intensif, termasuk kesehatan dan kesejahteraan mental.
Sementara robodog cukup di-upgrade software dan pengecekan perangkat keras.
Tidak perlu tenaga pelatih atau proses adaptasi yang lama.
Namun, teknologi AI yang mendasari perilakunya masih butuh pengujian agar sebanding dengan kepekaan anjing sungguhan.
4. Citra, Interaksi, dan Kemanusiaan
Kehadiran robot-robot polisi dalam defile Bhayangkara menarik perhatian masyarakat, bahkan dianggap futuristik dan ramah publik.
Namun sebagian kalangan menilai robodog tetap kurang menyentuh sisi humanistik seperti interaksi antara polisi dan anjing pelacak yang sudah terjalin emosional.
Dalam tugas SAR, misalnya, seekor K-9 dapat merespons emosional korban.
Di sisi lain, robodog unggul dalam menjangkau area berbahaya tanpa risiko terhadap nyawa personel.
Buatan Anak Bangsa
Semua robot dalam defile adalah hasil kolaborasi dengan PT Sari Teknologi, perusahaan lokal.
Mereka merancang robot dengan daya tahan hingga 8 jam serta sistem AI berbasis behavior analysis.
Meski masih tahap pengembangan, proyek ini merupakan wujud transformasi digital Polri hingga 2045.
Anjing K-9 dan Robodog sama-sama punya keunggulan. K-9 unggul dalam insting dan empati, sementara robodog unggul dalam efisiensi dan daya tahan.
Polri tengah membangun keseimbangan antara keduanya, tidak menggantikan secara penuh, tetapi mengombinasikan kekuatan biologis dan kecerdasan buatan.