Berkarya secara efektif tak sekadar berarti bersusah-payah, namun juga tentang memanage tenaga mental dengan cermat. Banyak individu merasakan kelelahan tidak disebabkan oleh jumlah pekerjaan fisik yang besar, melainkan akibat otak yang terus-menerus beroperasi tanpa tujuan yang pasti.
Orang-orang yang produktif memiliki pola pikir khusus yang memungkinkannya untuk selalu terfokus, tenang, serta efisien sepanjang harinya. Salah satunya ialah dengan tidak menyia-nyiakan energi mental pada perkara-perkara yang tak bernilai.
Menurut kutipan dari DMNews, berikut ini adalah tujuh perilaku yang dielakkan oleh individu-individu produktif, beserta dengan fokus pengganti yang dipilihnya:
1. Perfeksionisme
Sebaliknya dari mencari keperfectionan yang tidak ada akhirnya, orang-orang yang produktif lebih cenderung untuk menuntaskan tugas mereka dengan mutu optimal sesuai kemampuan dan jangka waktu yang ditentukan.
Mereka percaya bahwa
Selesai lebih baik daripada sempurna.
, karena terlalu lama memperbaiki detail untuk mencapai sempurna hanya akan mencegah perkembangan.
2. Mengingat Pendapat orang lain
Orang-orang yang produktif mengetahui bahwa berusaha membuat setiap orang senang hanyalah pemborosan waktu. Meskipun demikian, mereka masih menerima kritikan konstruktif dengan lapang dada, tapi tidak memperbolehkan komentar negatif dan tak bermanfaat mengalihkan perhatian mereka dari tujuan utama.
Mereka cenderung mengikuti intuisi mereka dan berkarir sejalan dengan prinsip-prinsip yang mereka anut.
3. Terus-Menerus Melakukan Kekeliruan dari Dahulu
Tiap individu pasti telah melakukan kekeliruan suatu saat, tetapi mereka yang produktif memahami bahwa terus-menerus merenungkannya cuma membuang-buang tenaga saja. Sebaliknya, mereka mendapatkan pengalaman dari kesempatan untuk gagal tersebut dan kemudian melanjutkan langkah dengan penuh kematangan.
4. Menyesali Masa Lalu
Rasanya menyesal tak berdaya merubah kejadian apapun, dan individu yang produktif sangat paham tentang ini. Alih-alih terus-menerus memikirkan tindakan-tindakan “yang harusnya” dikerjakan di masa lampau, mereka justru berkonsentrasi pada upaya saat ini guna membentuk suatu masa depan yang lebih cemerlang.
5. Mengerjakan Semuanya Sendiri
Sebagai gantinya dari mencoba menuntaskan segalanya dengan paksa sendirian, seseorang yang produktif mengenali waktu terbaik untuk menserahkan tugas kepada orang lain.
Mereka yakin bahwa kerjasama serta memercayai pihak lain merupakan kuncinya agar bisa meraih prestasi luar biasa tanpa harus mengosongkan energi mereka.
6. Tertimpa oleh Pikiran Buruk
Pribadi yang produktif merawat kesejahteraan mental dengan cara bersikap optimis. Mereka tak memungkinkan pemikiran buruk terus-menerus mendominasi hidupnya.
Ketika pemikiran negatif muncul, mereka lebih memilih untuk menyingkirkannya, mengganti dengan pernyataan positif, atau justru fokus mencari penyelesaian masalah tersebut.
7. Mengucapkan “Ya” Berlebihan untuk Hal-hal yang Kurang Penting
Orang-orang yang produktif menyadari bahwa setiap kali mereka mengatakan “iya” terhadap sesuatu yang kurang penting, sebenarnya sedang menolak peluang yang lebih besar dan lebih signifikan.
Mereka berani mengucapkan “tidak” secara halus sambil lebih memilih untuk menumpukan energi pada tugas-tugas yang sesuai dengan nilai-nilai serta ambisi pribadi mereka.
Kesimpulan:
Produktivitas sesungguhnya bukan hanya ditentukan oleh berapa banyak tugas yang diselesaikan, melainkan juga dari cara kita menyeleksi apa saja yang harus dihindari karena tak memberikan manfaat dan justru merugikan tenaga.
Dengan meninggalkan ketujuh aspek tersebut dan memilih untuk berfokus pada pendekatan yang lebih positif, Anda dapat menikmati setiap harinya dengan lebih ringan, bernilai, serta banyak keberhasilannya. (*)