Pernahkah Anda merasa seperti ‘dikendalikan’ oleh orang lain? Sepertinya mereka mengetahui bagaimana membuat Anda merasa bersalah, bingung, atau malahan hilang arah. Jika demikian, kemungkinan besar Anda tengah menghadapi manipulasi emosional.
Yang menjadi masalah adalah bahwa manipulasi tersebut biasanya muncul dengan cara yang halus, tak terlihat, dan disertai penampilan seperti mereka peduli. Namun pada kenyataannya, mereka justru berupaya untuk mempengaruhi pemikiran serta perilaku Anda demi mendapatkan untung pribadi.
Berdasarkan artikel di Psychcentral, berikut adalah 14 jenis manipulasi dalam psikologi yang dapat membantu Anda menjadi lebih peka serta memahami bagaimana menghadapi situasi tersebut.
1. Teknik Memeras Rasa Bersalah: Cara ini melibatkan upaya menjadikan Anda merasa bersalah tentang suatu masalah yang memang tak menjadi kesalahan Anda. Pelakunya biasa menyebut-nyebut kebaikannya kepada Anda atau hal-hal tertentu yang telah dilakukan atau justru ditinggalkan oleh Anda agar Anda merasa terbebani secara moral dan mau mengabulkan permintaannya. Sebagai contoh, “Sudah banyak aku pengorbankan demi kamu namun hasilnya seperti itu.”
2. Gaslighting: Salah satu yang paling berbahaya ini. Menurut Verywell Mind, pelaku membuat Anda ragu tentang kenyataan dan memori Anda sendiri. Misalnya: Anda yakin bahwa mereka pernah berkata hal-hal yang menyinggung, tetapi sebaliknya, mereka menjawab, “Saya tidak pernah mengucapkan seperti itu, mungkin Anda saja yang membayangkan.” Seiring waktu, Anda menjadi kebingungan dan mulai meragukan identitas Anda sendiri.
3. Cinta Ledak: Secara tiba-tiba, dia menjadi sangat peduli, penuh kasih sayang, dan romantis. Kau merasa diperlakukan dengan istimewa. Namun, semuanya hanyalah umpan awal untuk membuatmu bergantung secara emosional. Ketika sudah berhasil menjaring cintamu, ia mulai mempengaruhi keputusanmu secara bertahap.
4. Taktik Diam-Diam: Sebuah metode penghukuman tanpa kata-kata yang membuatmu cemas. Orang tersebut sengaja tak berbicara atau menanggapimu selama periode tertentu. Alasannya adalah agar kamu merasa bersalah serta menjadi pihak pertama yang mengajukan permintaan maaf, padahal sebenarnya kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa.
5. Berperan Sebagai Korban: Di tengah perseteruan, mereka cenderung menjadikan dirinya pihak yang tertindas. Mereka dapat membentuk kembali narasi sehingga tampak seolah-olah Anda adalah seseorang dengan niat buruk. Hal ini membuat Anda sering kali berkesimpulan untuk bersikap menyerah demi rasa iba tersebut.
6. Perilaku Pasif-Agresif: Orang tersebut tidak secara terbuka mengungkapkan kekesalan mereka, tetapi malah membuat sindiran atau melancarkan tindakan-tindakan yang menjadikan Anda merasa bersalah tanpa disadarinya. Sebagai contoh: “Ya sudahlah, terserah saja deh… Aku hanya ikut-ikutan sih, padahal jelas-jelas ini menyakitiku.”
7. Triangulasi: Strategi manipulatif ini menggunakan orang ketiga agar Anda merasa kurang memadai. Sebagai contoh, mungkin mereka akan berkata, “Mantan saya jauh lebih mengerti dibanding Anda,” atau “Sahabatku tak pernah bertindak seperti dirimu.” Sasaran dari taktik tersebut adalah supaya Anda merasa terdorong untuk bersaing dan berusahalah ekstra guna membahagiakan mereka.
8. Memindahkan Salah: Bagaimanapun juga, kau yang sering dianggap bersalah. Meski jelas-jelas kesalahan ada pada diri mereka sendiri, mereka tetap bisa mengubah kebenaran sehingga tampak seolah-olah semuanya karenamu.
9. Penundaan: Mereka menyimpan kasih sayang, penghargaan, dan bahkan informasi vital seperti metode untuk mencoba menjatuhkan Anda dalam kontrol atau hukuman. Misalnya saja; mereka mendadak menjadi sangat acuh tak acuh ketika Anda sedang membutuhkandukungan emosional.
10. Balikan Gaslighting: Cara ini cukup tipu muslihat. Saat Anda berusaha mengungkapkan bahwa mereka sedang melakukan gaslighting, justru diri mereka sendiri yang menyebut Anda sebagai pelaku gaslighting. Hal itu dapat membawa perasaan rasa bersalah menjadi dua kali lebih besar serta membingunkan pikiran Anda semakin parah.
11. Proyeksi: Mereka mengatakan bahwa Anda melakukannya padahal itu adalah tindakan mereka sendiri. Sebagai contoh: mereka berkhianat, tetapi justru menuding Anda sebagai pihak yang bersalah terlebih dahulu.
12. Kelebihan Informasi: Ketika Anda berusaha mendapatkan pemahaman yang jelas, mereka malahan merespons dengan penjelasan kompleks, bertele-tele, dan membingungkan. Hal ini dilakukan untuk membuat Anda tersesat dan hilang arah, sehingga Anda melupakan pokok permasalahan sebenarnya.
13. Pengalihan: Mereka menyelesaikan perubahan pembicaraan ke topik lain agar Anda tidak dapat mendiskusikan kesalahan atau masalah asli yang sedang Anda tanyakan.
14. Berbohong: Melakukan penipuan dengan jelas atau menutupi informasi vital untuk mempertahankan imej mereka serta dapat mengontrol perkembangan suatu situasi. Terkadang mereka memberitahu sebagian kebenaran sehingga Anda masih akan mempercayai mereka, namun tetap berada di bawah pengaruh manipulasinya.
Memahami jenis-jenis manipulasi ini tidak berarti membuat kita menjadi parno terhadap setiap orang yang ada di sekitar kita. Namun, sangatlah vital untuk mengenalinya saat kita sedang dimainkan dengan emosi kita sendiri, serta menentukan kapan perlu membentuk batasan.
Manipulasi emosional adalah masalah serius yang jangan diabaikan, karena dapat merusak kesehatan mental secara bertahap. Jika situasinya sudah tak tertoleransi lagi, tidak ada salahnya mengungkapkan pendapatmu, mencari dukungan dari orang lain, atau bahkan memutuskan untuk mundur jika hubungan tersebut telah menjadi sangat beracun.
Anda pantas ada dalam suasana hati yang positif, mendapat dukungan, serta saling menghormati. Oleh karena itu, mari dari sekarang, lebih percayalah pada perasaan Anda sendiri dan jangan ragu untuk menyampaikan: “Sikap seperti ini membuat saya tidak merasa nyaman.”