KEPRI POST
– Batik, warisan budaya tak benda Indonesia yang diakui UNESCO, telah lama menjadi simbol identitas nasional. Di tengah geliat Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), batik tidak hanya hadir sebagai produk budaya, tetapi juga menjelma menjadi penggerak ekonomi kreatif yang memberi dampak nyata bagi masyarakat.
Salah satu pionir batik di Batam adalah Indra Sugiyono, pendiri Indra Batik Batam, yang mengusung konsep batik limited edition. Karya-karyanya menjadi bukti bahwa seni bisa bersanding dengan nilai ekonomi tinggi, tanpa kehilangan akar budaya.
Satu Motif Satu Dunia
Batik karya Indra tidak diproduksi massal. Setiap helai kain yang dihasilkan adalah motif tunggal, tak ada duanya di dunia.
Dengan filosofi “satu motif, satu dunia”, batik ini menjadi incaran para kolektor, pencinta batik, dan tamu-tamu penting, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Kami bahkan memberi garansi uang kembali jika ada motif kami yang menyamai. Karena setiap desain adalah eksklusif,” ujar Indra kepada di galeri batiknya, The Hill Residence No. 7, Batam Center.
Dengan harga mencapai Rp2 juta per helai, batik ini memang menyasar pasar menengah ke atas. Namun, para pelanggan justru merasa puas, karena selain desainnya unik dan sarat nilai seni, kenyamanan dan kualitas kainnya pun terjaga.
Motif Batam yang Ikonik, dari Barelang hingga Gonggong
Salah satu keunikan Indra Batik Batam adalah kemampuannya menghadirkan motif khas lokal yang terinspirasi dari kekayaan bahari Kepri. Di antaranya ada motif Jembatan Barelang, gonggong atau kerang laut yang jadi ikon kuliner Batam, dan biota laut lainnya.
Semua desain dirancang oleh desainer khusus dan dikerjakan oleh para perajin lokal yang telah terlatih. Hasilnya adalah kain batik yang tidak hanya indah, tetapi juga merepresentasikan identitas daerah.
“Banyak pelanggan dari Singapura dan Australia yang menjadikan batik ini sebagai oleh-oleh atau cinderamata untuk tamu-tamu internasional,” kata Indra.
Dari Pekalongan ke Batam: Melatih dan Mencetak Pembatik Baru
Lahir dan besar di Pekalongan, kota yang dikenal sebagai sentra batik nasional, Indra telah terbiasa hidup di lingkungan pembatik. Namun, baru pada tahun 2010 ia mulai serius mengembangkan batik di Batam.
Seiring waktu, permintaan terus meningkat. Kini, selain menjadi produsen batik premium, Indra juga aktif menjadi trainer dan asesor batik.
Ia kerap diundang untuk memberikan pelatihan membatik di Kepri, Pekanbaru, dan kota lain serta mendidik ibu-ibu rumah tangga dan komunitas sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi. Ia juga pernah menjadi asesor nasional, menguji kompetensi calon pembatik secara resmi.
“Saya ingin batik tidak hanya dikenal, tapi juga menjadi sumber penghasilan. Semakin banyak yang bisa membatik, semakin kuat ekonomi keluarga dan budaya kita,” harapnya.
Dengan pendekatan eksklusif, Indra Batik Batam membuktikan bahwa lokalitas bisa bersaing di level global. Batik bukan hanya soal kain, tapi juga cerita, karakter, dan keberanian untuk tampil berbeda.
Tak heran, jika karya-karyanya kini menjadi bagian dari identitas budaya Batam yang modern, berkelas, dan membanggakan. ***