,
Bandung
– Seniman sekaligus desainer
keramik
Sasanti Puri Ardini menggelar pameran tunggal karyanya yang berjudul Nerikomi Memetika di Galeri Ruang Dini Bandung sejak 20 Juni hingga 13 Juli 2025. Kekaryaannya menampilkan karakter kelembutan kain pada keramik yang bersifat keras. Lulusan Kriya Keramik dan Magister Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung itu membuatnya dengan teknik nerikomi alias neriage yang populer di Jepang.
Helaian Kain dari Keramik
Pada seri karya berjudul
Flowing into Form
, Sasanti menggunakan bentuk lingkaran bergaris tengah 17 sentimeter dengan warna krem muda sebagai latar bagi helai-helai keramiknya yang seperti potongan kain. Bentuk helaian keramiknya itu dibuat bergelombang, menekuk, sedikit terlipat, dengan pola garis-garis lurus dan beraneka warna.
Pola serupa dengan bentuk yang berbeda pada bagian latarnya tampak di seri karya
Flowing Over Stillness
. Sedangkan pada sebagian seri karya
Tracing The Form,
Sasanti memakai bentuk gentong atau guci untuk menyampirkan keramik berbentuk kainnya. Namun pada seri karya berjudul
Drapped
, ia membebaskan helai keramiknya dari benda tempelan.
Karya keramik berjudul Flowing Into Form #8 buatan Sasanti Puri Ardini di pameran tunggal Nerikomi Memetika. (Dok. Galeri Ruang Dini)
Teknik Keramik Nerikomi
Menurut kurator
pameran
Rifky Effendy, teknik keramik nerikomi dari beberapa sumber pertama kali ditemukan dalam bentuk tembikar bercorak marmer di peradaban kuno Mesir dan Cina hingga ke Jepang sejak abad ke-16 hingga awal abad ke-20. “Teknik ini meroket popularitasnya sekitar 1978-1995 di Jepang karena sebuah iklan menampilkan karya produk Aida Yusuke dan Matsui Kousei yang disebut neriage,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Ahad 22 Juni 2025.
Pembuat keramik itu harus mencampurkan dua atau lebih pilinan tanah liat alias lempung yang diberi pewarna berbeda dan menggabungkannya untuk menciptakan elemen dekoratif lalu dibakar di dalam tungku. Sasanti mengatakan bentuk keramik yang seperti lembaran kain dan mengalir itu sesuai dengan bahan tanah liat yang fleksibel, lentur, dan mudah dibentuk. “Sifat ini yang akhirnya saya analogikan seperti kain,” kata dia lewat keterangan tertulis, Ahad 22 Juni 2025. Keramiknya itu juga menggambarkan diri manusia yang fleksibel, adaptif, dan dinamis, di lingkungan dan situasinya.
Selain bekerja sebagai desainer keramik, perempuan kelahiran 1984 itu aktif berpameran karya seni sejak 2010 seperti di Los Angeles, Jakarta, Bandung, Bali, juga di kampus almamaternya. Dia juga memproduksi sendiri berbagai perhiasan dari keramik nerikomi, seperti cincin, kalung, dan anting-anting yang digabungkan dengan elemen logam.
ANWAR SISWADI