JAKARTA,
– Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12, M. Jusuf Kalla menyampaikan pandangannya mengenai keputusan tariff pengembalian yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Jadi isu ini, isu
pressure
(sebenarnya tekanan), masalah politik yang bertujuan mempertahankan kompetitivitas AS agar dapat bernegosiasi,” ujar Jusuf Kalla di Jakarta, Sabtu (5/4/2025). Demikian dilaporkan oleh media.
Breaking News
KompasTV
.
Dia juga menyatakan bahwa dampak dari pelaksanaan tariff tersebut pada Indonesia tidak akan serumit yang dikhawatirkan.
“Hasilnya, sekitar 10% dari biaya tersebut akan ditanggung, yaitu oleh para pebisnis dan konsumen di Amerika Serikat,” jelas dia.
Jusuf Kalla menyatakan bahwa barang-barang yang diekspor dari Indonesia ke Amerika Serikat meliputi produk-produk sektor pertanian dan perikanan, sebagai contohnya adalahصند
crude palm oil
(CPO)/minyak kelapa sawit murni, elektrolik, atau suku cadang mobil, jika nanti diperbaharui menjadi produk akhir di Amerika Serikat, harganya akan meningkat beberapa kali lipat.
Sebagai contoh, CPO akan diproses menjadi minyak goreng atau sabun, komponen elektronik akan berubah menjadi peralatan elektronik, serta komponen mobil akan terbentuk menjadi kendaraan.
Beberapa komoditas Indonesia lainnya juga memiliki potensi untuk tetap diminati di pasaran AS, seperti sepatu dan pakaian.
Maka itu, menurut Jusuf Kalla, Amerika Serikat tidak akan dapat menghentikan pembelian barang-barang dari Indonesia.
Ujung-ujungnya dampaknya kurang signifikan bagi Indonesia. Mengapa? Sebab mustahil Amerika Serikat menghentikan pembelian pakaian, sabun, kelapa sawit, dan sepatu.
sparepart
,” ujarnya.
Jusuf Kalla mengatakan bahwa dampak yang paling besar sebenarnya akan dirasakan oleh Amerika Serikat itu sendiri.
“Ketika komoditas Indonesia diimpor, bukan kita (Indonesia) yang membayar, tetapi dampaknya lah yang dirasakan, yakni daya beli Amerika diproyeksikan akan turun akibat kenaikan harga,” terangnya.
Biaya tersebut nantinya akan dipergunakan untuk melunasi hutang serta meringankan beban pajak.
“Maka, warga Amerika tersebut akan membeli barang dengan harga agak tinggi, namun pajaknya berkurang,” jelas Jusuf Kalla.
Menurut pandangannya, memang kemampuan pembelian Amerika sengaja dirancang agar tidak mengalami penurunan yang berarti, sehingga perekonomian AS diharapkan juga tidak akan mengalami dampak besar.
Jusuf Kalla juga menyatakan bahwa kebijakan Trump tersebut diperkirakan tidak akan bertahan cukup lama.
Menurutnya, jika maksud dari kebijakan tersebut adalah memperkuat sektor industri di dalam negeri Amerika, hal itu tak bisa dicapai dengan mudah.
Jusuf Kalla memberikan contoh, seperti jika Amerika berkeinginan untuk mendirikan pabrik sepatu tetap di wilayahnya sendiri.
Mungkin Amerika bakal menemui hambatan berkaitan dengan tenaga kerja, konstruksi pabrik, serta biaya produksi. Bisa jadi takkan sehemat produk yang dibuat di wilayah Asia.
Maka dari itu, Jusuf Kalla memperkuat pandangannya bahwa keputusan Trump ini bertujuan sebagai dorongan bagi proses perundingan.
Betul, karena dia menyebutkan bahwa proses negosiasinya masih berlangsung, sesungguhnya hal ini.
pressure
Untuk melakukan negosiasi. Seperti ketika Anda membeli sesuatu, tawarkan harga yang lebih tinggi terlebih dahulu lalu mulailah bernegosiasi,” jelasnya.